9. Retak

1.1K 123 0
                                    


"Papa!"

Aleesha berteriak kegirangan. Berlari menuju sang papa, merentangkan kedua tangan. Ia melompat ke dalam pelukan Garda yang menjemputnya di sekolah. Pria itu menggendong Aleesha, menempelkan hidungnya ke hidung Aleesha gemas.

"Gimana sekolah baru kamu hari ini?" Garda bertanya. Ini adalah hari pertama kepindahan Aleesha di sekolah yang sama dengan Keandra. Aleesha memasuki SD kelas tiga, sedang Kenadra menginjak SMP kelas dua.

"Mereka baik-baik, Pa. Sha suka temenan sama mereka." Aleesha menjawab bersemangat. Garda tertawa kecil. Mencubit pipi Aleesha pelan.

"Papa seneng dengernya. Kita tunggu kakak kamu dulu, ya?"

"Kak Kean, Pa?"

"Iya, dong." Garda tersenyum lagi. Dia menciumi pipi Aleesha. Terus berulang kali. Aleesha terkekeh kegelian. Garda ikut tertawa. Hingga maniknya bergulir ke arah lain, senyuman Garda memudar. Menghilang dalam sekejap.

Keandra berdiri beberapa meter di depannya. Terdiam. Menatap dingin ke arah Garda dan Aleesha. Cowok berusia 14 tahun itu mengepalkan tangan. Erat sekali. Garda ikut terdiam selama beberapa saat. Sementar Aleesha memutar kepala. Berseru senang melihat Keandra.

"Kak Kean!" Aleesha meronta meminta diturunkan. Garda mau tidak mau menurutinya. Anak cewek itu berlari ke arah Kean, berdiri di depan sang kakak
Lalu meraih tangannya. "Kak, ayo pulang!"

Keandra menepis tangan Aleesha kasar. Anak cewek itu tersentak. Terlebih kala Keandra memberi atensi tajam. Menusuk begitu dalam. Aleesha menatap nanar sang kakak. Menyadari ada tatapan tidak suka yang terpancar dari kedua manik hitam Keandra. Tatapan yang selalu sama seperti sebelumnya.

Melihat interaksi tidak baik itu, Garda segera mendekat. Dia menarik Aleesha agak menjauh. Khawatir Keandra nekad menyakiti adiknya sendiri. Garda menatap tajam ke arah putra sulungnya.

"Kean, apa-apaan kamu ini? Apa gitu caranya bersikap sama adik kamu sendiri?"

Keandra balas menatap sang papa datar. Bergantian ke arah Aleesha yang terlihat takut. "Dia bukan adik aku. Dia anak selingkuhan Papa."

Garda tertegun. Dia menatap nanar sang putra. Lama. Tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Kean memberi tatapan intimidasi dan Garda tidak berkutik.

"Kean, tolong jangan bahas itu di depan Aleesha." Garda meminta. Aleesha masih tidak mengerti apa-apa. Anak itu masih terlalu kecil menerima kebencian Kean yang begitu besar. "Kita bisa bicara di rumah, kan?"

"Rumah?" Kean menaikkan sebelah alis, "rumah yang mana? Bukannya aku cuma numpang di sana?"

"Kean–"

"Itu ... bukan–rumah–aku." Kean menyela, menekan seluruh katanya. Garda menyorot sendu. Pria itu melangkah, mencoba mempertipis jarak. Tapi, Kean tidak sudi. Anak cowok itu memilih memutar langkah, meninggalkan Garda dan Aleesha.

"Kean..."

Garda menghela napas. Meraup wajahnya kasar. Frustrasi. Tidak tahu mesti berbuat apa agar Kean menerima kehadiran Aleesha. Agar Kean terbebas dari kebenciannya. Garda tahu. Sangat tahu bahwa di sini tidak lagi yang lebih pantas disalahkan selain dirinya sendiri. Tidak ada.

Garda melukai putranya sendiri. Garda menghancurkan hati istrinya. Garda membawa Aleesha dalam jurang tipis di mana siapa saja bisa mendorongnya, menjatuhkannya. Dan istri keduanya menghilang setelah ketahuan oleh istri pertama Garda, Lena.

Garda ... benar-benar berengsek.

"Papa." Aleesha memanggil, mengembalikan kesadaran Garda ke bumi. Pria itu menunduk, lalu berjongkok menyejajarkan tinggi mereka.

GIRL IN SUIT (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang