23. Jovan Si Perusuh

798 95 5
                                    


"Al!"

Tersentak.

Aleesha menolehkan kepala. Ia melotot horor menemukan Jovan di seberang jalan. Melambaikan tangan ke arahnya. Aleesha melirik Brillian yang baru turun dari mobil. Mereka berada di depan kafe, baru sampai beberapa detik lalu. Sang bos itu memasang air muka dingin, diam, memperhatikan Jovan yang berlari dengan sorot dalam.

Aleesha melipat bibir ke dalam. Memandang Brillian waswas. Apa yang cowok itu pikirkan? Air muka Brillian tidak bisa diterka sama sekali. Brillian tidak sedang merencanakan penyiksaan terhadap Jovan, kan?

Aleesha menggelengkan kepala samar-samar. Ia menepis pemikiran kurang ajarnya terhadap bosnya sendiri. Cewek itu menoleh begitu Jovan berdiri di depannya. Cowok itu tersenyum sambil meninju kecil lengan Aleesha.

"Yo, Al. Lo ke sini gak ngajak-ngajak gue, mau sombong lo ama gue?" tanyanya. Menatap sok garang ke arah Aleesha. Aleesha meringis dalam hati. Cowok di depannya ini benar-benar membuat Aleesha ingin menampol bibirnya.

Aleesha mengerling sekilas ke arah Brillian. Cowok itu menatapnya intens. Bagus. Aleesha terancam. Ditatap penuh intimidasi begitu, ia harus segera menyelamatkan diri.

Menarik Jovan menjauh dari Brillian, memastikan sang bos tidak mendengar percakapan mereka. Aleesha memukul lengan Jovan keras. Si korban langsung memekik. Menatap Aleesha tidak mengerti.

"Kenapa, sih, lo?" Jovan bertanya kesal. Kebiasaan Aleesha satu ini tidak pernah bisa hilang. Jovan bukan cuma sekali dua kali mendapat tabokan sadis. Tiap kali Aleesha marah –karena Jovan juga sebenarnya– Jovan adalah sasaran paling sttategis untuk tangan Aleesha.

"Lo ngapain di sini? Pake teriak-teriak manggil nama gue. Ampe lo manggil nama asli gue di depan Pak Bos gue, gue jorokin lo ke jurang."

Jovan bergidik. Ia menjitak kepala Aleesha. Walau tidak keras, tapi Aleesha tetap mengaduh. Ia memelototi Jovan sebal. "Sakit, lo beneran mau gue dorong ke jurang, ya? Mau gue cariin jurang sekarang?"

"Lo PMS, ya? Lo senewen banget, anjir. Pusing gue dengerinnya." Jovan mundur selangkah, mengernyitkan dahi. Matanya menatap memindai Aleesha. Jovan mendesah panjang. Berkacak pinggang, menatap Aleesha lekat-lekat. "Lo sama sekali gak kelihatan macho barang sedikit pun."

"Van, jangan keras-keras." Aleesha memberi tabokan ke lengan Jovan. Kekerasan dalam persahabatan untuk kesekian kalinya. "Ampe ada yang denger awas aja, ya, lo. Bos gue di sini lo tahu, kan?"

"Biarin aja dia denger. Cuma manusia bodoh yang ngira lo cowok beneran. Bisa-bisanya." Jovan mendengus. "Terus ngapain lo ke sini sama dia? Mau nge–date lo? Lo dijadiin uke dia beneran?"

"Your lambe minta disilet, ya?" Aleesha memicingkan mata.

Jovan bergidik. "Dih,  gue tanya doang kali."

"Pertanyaan lo gak ngotak tahu, gak?" Aleesha menghela napas. Ia memundurkan tubuh, melirik ke tempat di mana Brillian berdiri sebelumnya. Aleesha tercekat mendapati tatapan tajam Brillian menghunus ke arahnya. Aleesha buru-buru menegakkan punggung, mendorong Jovan menjauh.

"Udah, jangan deket-deket gue kalo gue lagi sama Pak Bos. Dia natap kita curiga mulu tahu gak dari kemaren. Gara-gara lo juga, sih."

"Human mana yang gak kaget ngeliat orang pengen ngubah gender?"

Aleesha memutar paksa tubuh Jovan, mendorong punggung cowok itu agar pergi dari sana. Mendengar penuturan Jovam, Aleesha mendesis sebal, "Gue gak ngubah gender, Somplak. Gue cuma nyamar."

"Penyamaran lo itu yang gak ngotak. Bukan, maksud gue kakak lo yang gak ngotak."

"Berisik! Udah lo mending pergi aja, deh."

GIRL IN SUIT (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang