"Pak, saya izin ke toilet sebentar." Aleesha sedikit mendekat pada Brillian. Cowok itu mengangguk mengizinkan. Aleesha lantas berdiri, mengulas senyum ramah pada dua tamu makan siang mereka hari ini sebelum akhirnya meninggalkan tempat.Perut Aleesha agak nyeri. Sepertinya ini gara-gara Aleesha tidak sarapan pagi tadi. Ia memang rentan terserang magh, Aleesha harusnya setidaknya membeli roti sebelum ke kantor. Di depan toilet, ia berhenti sejenak. Aleesha menatap tanda di atas dua pintu yang saling berhadapan di depannya.
Mengerjap. Aleesha bingung. Ia lupa jika dirinya dalam penyamaran. Aleesha tidak mungkin masuk dalam toilet cewek. Jika ada orang di sana, Aleesha bisa dipukul habus-habisan. Mau tidak mau ia mesti masuk dalam toilet cowok.
Meraih gagang pintu, dengan ragu, Aleesha membukanya perlahan. Ia sedikit melongokkan kepala. Tidak ada siapa pun. Aleesha menghela lega dan melangkah masuk ke dalam. Ia menyakan keras air di wastafel, mencuci tangannya sebentar.
Saat Aleesha hendak berbalik masuk dalam bilik, cewek itu membeku kala pintu terbuka. Seorang pria bertubuh besar masuk. Berjalan melewati Aleesha tanpa peduli. Aleesha menatap pria itu mulai memelorotkan restleting celanya. Ia segera berbalik, membelakang pria itu seraya menahan napas.
Ini adalah suasana paling horor dalam hidup Aleesha. Tidak mau terjebak lebih dalam, ia segera keluar dari sana. Sayang, begitu membuka pintu Aleesha malah menabrak seseorang. Aleesha mundur beberapa langkah, nyaris terjungkal. Ia mendongak, mendapati seorang pria paruh baya lagi.
"Ma–maaf, saya gak sengaja." Aleesha menunduk sebentar sebelum akhirnya menyegerakan pergi. Tapi, ia membeku kala pria itu mengatakan sesuatu.
"Kamu sekretaris Brillian Langitra, kan? Pasangan gay CEO itu."
Memutar tubuh 180 derajat, berdiri dari jarak dua meter, Aleesha memberi sorot intimidasi. Pria paruh baya di depannya tersenyum menghina. Kumis tebal yang nyaris menenggelamkan bibirnya dia pegang.
"Anda bilang apa?" Aleesha mengatakan dengan nada dingin. Tidak bisa ia terima. Brillian jelas-jelas bukan gay. Dan yang paling penting ...
Gue bukan gay!
"Kalau kamu belum tahu, kamu dan bos kamu itu udah terkenal. Kalau emang Brillian bukan gay, dia ga akan ngasih syarat hanya laki-laki yang bisa jadi sekretarisnya."
"Pak Brillian bukan gay. Sekali lagi Anda mengatakan hal buruk tentang beliau, saya sendiri yang akan memberi Anda pelajaran."
Pria itu tertawa. "Ah, apa sekarang kamu berusaha belain kekasih kamu, hm? Menjijikkan."
Aleesha tidak mau mencari masalah. Tapi, pria di depannya ini terlalu menjelekkan Brillian –walau sebenarnya cowok itu memang memiliki sifat yang jelek. Ia menatap tajam pria di depannya. Maju dua langkah, menunjuk memberi peringatan.
"Saya tidak akan segan-segan melaporkan Anda atas pencemaran nama baik jika Anda sekali lagi mengatakan hal buruk tentang Pak Brillian."
"Ah, kamu ternyata laki-laki yang lumayan manis. Pantes Brillian merekrut kamu."
"Anda ... " Aleesha menggantung kalimatnya. Dalam hitungan dua detik, kepalan tangan Aleesha menghantam wajah pria setengah baya di depannya. Prianutu mundur dua langkah. Memegangi pipinya yang merah. Ia melotot murka pada Aleesha.
"Kamu! Berani kamu mukul saya, hah?!"
"Maaf, saya liat ada nyamuk di pipi Anda." Aleesha berkata lugu, menunjukkan bangkai nyamuk yang berdarah di punggung jari tengahnya. Ia merogoh tisu lalu membersihkan noda itu dengan santai. Tidak mengindahkan air muka penuh amarah dari lawan bicara.
![](https://img.wattpad.com/cover/315141772-288-k15857.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GIRL IN SUIT (SUDAH TERBIT)
RomanceAleesha Wijaya rela menyamar sebagai laki-laki dan menjadi sekretaris Brillian Langitra, CEO perusahaan saingan sang kakak, Keandra, untuk mengulik informasi dan menjatuhkan perusahaannya. Demi sang kakak yang selama ini membencinya, Aleesha bahkan...