27. Keandra dan Kecelakaan

889 94 7
                                    

Tangan Aleesha bergetar. Dia mengepalkannya. Tidak berani mengangkat pandangan, maniknya terus menatap sepasang sepatu hitam yang satu minggu belum dia cuci. Cewek itu tersentak kala mendengar bantingan buku di atas meja. Aleesha melirik lewat kelopak matanya. Keandra terus menatapnya tanpa berkedip.

Ia mendengkus. Berdiri dari kursinya, sebelah tangannya berkacak pinggang. Keandra menatap Aleesha remeh. Tidak berguna. Keandra harusnya tahu menturuh Aleesha melakukan semua ini hanyalah percuma. Cewek ini ... benar-benar tidak bisa apa-apa.

"Kenapa kamu gak bergerak, Aleesha?"

Ini pertama kalinya Keandra menyebut namanya setelah bertahun-tahun mereka terbentang jarak begitu jauh. Harusnya Aleesha senang. Tapi, kini dia menggigil ketakutan. Keandra begitu mengharapkannya. Dan Aleesha mengacaukan segalanya.

Ini memang salah Aleesha. Ia terlalu takut. Aleesha memang pengecut.

"Kak, gue minta maaf." Tidak ada kata lagi yang bisa Aleesha ucapkan selain itu. Seumur hidup, Aleesha tidak pernah menjadi mata-nata dan mengulik senua informasi orang lain. Ini terlalu curang dalam perbisnisan, bukan? Aleesha kesulitan mencarinya.

"Saya gak butuh permintaan maaf kamu." Keandra mendesis. Dia melempar semua dokumen di atas meja. Aleesha sampai dibuat terjengkut mundur. Dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua. Hanya Aleesha yang menyaksikan kemarahan Keandra.

"Kak, gue janji gue bakal lebih serius. Gue bakal lebih berusaha." Aleesha berusaha menghibur Keandra. Tapi,  cowok itu menengok ke arahnya, untuk kesekian kalinya melempar sorot menyedihkan.

"Saya gak perlu basa-basa kamu! Kalau kamu memang masih ingin di sini, lakukan pekerjaan kamu dengan benar!" Keandra detengah membentak. Aleesha tidak mampu berkutik.

"Maaf."

"Berengsek!" Keandra benar-brnar marah. Ia sudah lama mengincar kontrak kerjsama dengan Regantara Samuel Jang. CEO Jamg Group itu sangat sulit diyakinkan. Tapi, Brilian melakukannya semudah itu. Ditambah Aleesha sama sekali tidak bisa diandalkan.

"Kak, please jangan kayak gini." Aleesha membuka suara, menatap sendu ke arah kakak tirinya, "kita bisa kan bersaing secara baik-baik?"

"Kamu ngelawak, hah? Brillian yang nyaris menjatuhkan perusahaan saya. Dan saya gak akan pernah ngelepasin dia sampe kapanpun."

"Tapi, Kak, Pak Brillian–"

"Apa kamu mulai menentang saya, hm? Kamu ... mulai berpihak sama Brillian, hah?" Keandra menelengkan kepala, menyorot dengan alis terangkat. Aleesha buru-buru menggeleng. Menolak pernyataan barusan.

"Gak gitu, Kak. Gue cuma ngerasa ... bukannya kita gak boleh sampe main securang ini? Kalau ketahuan juga bahaya buat perusahaan Kakak, kan?"

"Kalau gitu kamu pastikan penyelidikan ini tidam tercium oleh pihak manapun." Keandra meneruskan kalimatnya. Dia menumpukan kedua tangan di atas meja. Memandang elang Aleesha, kembali berkata, "Saya gak mau tahu. Kalau kamu emang masih mau di sini, hancurkan perusahaan Langitra. Atau saya gak akan segan-segan untuk kirim kamu ke Australia lagi."

Keandra keluar dari mejanya, berjalan melengos melewati Aleesha. Tapi, belum sampai di ambang pintu, lengan jas Keamdra ditahan. Pergerakan Keandra terhenti seketika. Menoleh lerlahan, mendapati Aleesha menatapnya dengan sorot rumit. Keandra hanya memasang wajah datar.

"Gue minta maaf," kata Aleesha.

Keandra mendengkus. "Bukan saya udah bilang, kamu cuma perlu ngejatuhin perusahan Langitra–"

"Bukan. Bukan itu yang gue maksud." Aleesha menunduk. Keandra hanya menatap datar. Menarik tangannta hingga terlepas dari tangan Aleesha. Aleesha menggulirkan maniknya ragu-ragu, menatap balas Keandra. "Gue minta maaf atas nama nyokap gue."

GIRL IN SUIT (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang