JENNIE"H-hai," Kata Jennie parau.
Jihyo menjabat tangan Younghoon, lalu Jisoo. "Senang sekali akhirnya bisa bertemu denganmu."
Mereka berdua berdiri, bergerak mengitari meja untuk menjabat tangan Jennie juga, dengan Younghoon meraihnya terlebih dahulu.
"Halo, Ruby." Younghoon tersenyum. Dia tampan dengan rambut coklat tua dan mata coklat besar.
Kemudian Jisoo menoleh ke arahnya dan meraih tangan Jennie. Rasa panas dan geli, dan Jennie langsung ingat bagaimana rasanya tangan itu di punggungnya.
"Halo, Jen." Jisoo menyapa dengan suaranya yang sangat seksi.
Jennie memaksakan senyum paksa dan melepaskan tangannya dari cengkeraman Jisoo. "Hai." Dia duduk di kursinya.
"Namanya Ruby." Jihyo tersenyum. "Ruby Jane Kim. Dia baru mulai bekerja dengan ku di ruang surat minggu ini."
Jisoo mengerutkan kening, matanya melayang kembali ke mata kucing milik Jennie dengan pertanyaan.
Ya Tuhan, dia akan membuka penyamaranku.
Itu adalah ide paling bodoh yang pernah dia miliki.
"Kau bekerja di ruang surat?" Jisoo bertanya pada Jihyo, meliriknya sekilas.
"Untuk saat ini... sementara aku mencari yang lain." Jihyo tersenyum.
Perhatian Jisoo kembali pada Jennie. "Dan kau... bekerja di ruang surat juga?"
"Uh huh." Jennie berpura-pura tertawa, merasakan ketiaknya mulai berkeringat. "Aku harus pergi ke kamar mandi."
"Iya, aku juga," Kata Jisoo tajam.
Jennie sedikit berlari ke depan restoran, dan ke sudut, tapi tentu saja Jisoo mengikutinya.
"Apa yang terjadi?" Dia berbisik dengan marah.
"Oh, Jisoo." Lirih Jennie bingung. "Jangan bongkar penyamaranku. Aku berpura-pura menjadi orang lain."
Jisoo mengerutkan keningnya keras. "Mengapa?"
"Karena aku tidak suka menjadi Jennie Kim."
"Apa salahnya menjadi Jennie Kim? Kebetulan aku menyukainya." Jisoo dengan cepat melihat ke sudut untuk melihat apakah mereka ketahuan sedang berbicara. "Dan pakaian sialan apa yang kau kenakan?" Jisoo mendesis saat melihat ke arah Jennie.
"Tentu." Jennie menghembuskan nafas dengan kasar. "Kau sangat menyukai Jennie sampai-sampai kakimu hampir patah saat melarikan diri darinya."
"Sebenarnya, bodyguard sialanmu itu yang mengusirku... atas desakanmu."
"Karena ekspresi jijik di wajahmu." Jennie berbisik dengan marah. Beraninya Jisoo melemparkan ini kembali padanya? Dia merasa seperti sampah selama dua minggu karena hal ini.
Mata Jisoo melotot, kemarahan terpancar darinya. "Jijik?"
"Ya, karena keperawananku!" Jennie membentak. "Aku sangat menyesal telah mengecewakanmu." Luahnya.
Jennie tidak tahu mengapa, tapi mereka berdua saling marah antara satu sama lain.
Jisoo mendongakkan kepalanya sejenak. "Kau pasti bercanda kan?"
Sesuatu amarah dalam diri Jennie mulai muncul, dan dia tidak ingin menjadi Jennie Kim yang manis lebih lama lagi.
"Well, kau tidak perlu mengkhawatirkanku lagi, Nona Jisoo." Jennie mencibir, geram. "Situasi itu telah ditangani dengan baik dan benar."