Chapter 18

1.1K 173 21
                                    


JISOO

Jisoo menatap Jennie dari seberang ruangan. Dia duduk bersama pria itu, tertawa, berbicara, sepenuhnya dalam zona nyamannya dengan meja yang penuh dengan masyarakat aristokrat Seoul. Dia salah satunya, dan sepertinya Jisoo tidak bisa menghubungkan gadis manis dan lugu yang membuatnya tertarik dengan Jennie Kim.

Jisoo berharap Jennie bukan salah satu dari mereka, dan hanya seorang gadis normal dari Busan saja.

"Kau tidak bisa mengalihkan pandanganmu darinya untuk sesaat, kan?" Seungwan menghela nafas.

Jisoo menyesap birnya. "Tidak."

"Bagaimana kelanjutannya?" Lisa mengernyit. "Dia tidak boleh terlihat berbicara denganmu. Menurutmu apa sebenarnya yang akan terjadi di sini, Jisoo?"

Jisoo memutar matanya dan menghembuskan napas berat, memilih untuk tidak menjawab pertanyaan itu.

Musik semakin keras, dan orang-orang berduyun-duyun ke lantai dansa setelah formalitas resmi berakhir.

Jisoo belum berbicara sepatah kata pun kepada Jennie sejak musuhnya itu menyeretnya menjauh darinya.

Ponselnya bergetar di sakunya, dan Jisoo mengeluarkannya untuk membaca pesannya.

Itu dari Jennie.

Hai.

Jisoo tersenyum dan membalas kembali.

Hai.

Jennie kemudian menjawab.

Temui aku di bar?

"Dia mengirimiku pesan saat kita bicara." Jisoo menyeringai ke arah teman-temannya, dan kemudian, tanpa berpikir, dia berdiri dan berjalan ke bar sesuai permintaan Jennie.

Jennie muncul di sampingnya sesaat kemudian, membuat jantung Jisoo berdebar kencang di dadanya.

"Halo." Jennie tersenyum padanya, wajahnya penuh harapan.

"Aku tidak suka kau di sini bersamanya," Kata Jisoo jujur.

"Kami hanya berteman, aku janji." Dia melirik ke arah Jongin yang sedang berbicara dengan sekelompok orang, sementara mereka berdua terlindung dari keramaian. "Kau dan dia tidak akur?" Jennie membuatnya terdengar seperti pernyataan dan pertanyaan.

"Sama sekali tidak. Dimulai dengan pekerjaan beberapa tahun yang lalu. Sejak itu, kami memiliki beberapa perselisihan satu sama lain selama bertahun-tahun. Dia juga tidak akur dengan Manoban atau Seungwan."

"Manoban?"

"Lisa. Nama belakangnya adalah Manoban. Dia juga pernah bertemu dengan Jongin di tempat kerja."

"Apa yang Lisa lakukan?"

"Dia seorang hakim."

"Oh." Jennie mengerutkan kening.

"Dia akan memperingatkanmu untuk menjauh dariku, tidak diragukan lagi." Jisoo bergumam ke dalam minumannya. "Ternyata aku iblis disini." Jisoo mengangkat alisnya.

Pertahankan dia di depanku. Lihat apa yang akan terjadi.

Jennie menatapnya sejenak, dan Jisoo tidak tahu apa yang wanita itu pikirkan.

Apakah aku salah menilai semua ini di antara kami?

"Kami bahkan belum membicarakanmu sama sekali." Jennie memberitahunya.

Mata Jisoo menatap dalam manik mata Jennie dan dia tahu wanita itu berbohong. Pria itu memang memperingatkannya agar menjauh dari dirinya, dan oh god, Jisoo merasa ingin mengatur ulang wajah pria itu. Sayangnya, Jisoo seorang pecinta bukan seorang petarung.

Apa yang harus dia lakukan adalah membiarkan temannya Byul Yi membalas pria itu. Byul Yi seorang petarung... untuk bersenang-senang. Temannya itu cukup jahat sekali untuk musuhnya.

"Aku ingin bertemu denganmu berduaan."

Jennie menatap Jisoo. "Aku juga ingin seperti itu."

"Aku bisa datang menemuimu. Malam ini?" Jisoo menawarkan.

Jennie mengerutkan kening lagi, pikirannya semakin jauh.

"Beri aku kunci kamarmu, Jennie. Aku akan menunggu bodyguardmu pergi dan menyelinap masuk. Mereka bahkan tidak akan tahu aku ke sana. Kita bisa minum kopi dan hidangan penutup." Jisoo mengangkat bahu. "Kita bisa bicara saja, okay."

Dada tampak naik turun dengan berat.

Jisoo hampir bisa mendengar otak wanita itu berdetak seperti bom.

Jennie melirik ke sisi ruang dansa, dan Jisoo mengikuti pandangannya, hanya untuk melihat Vernon berdiri diam, punggungnya menempel ke dinding. Jisoo bahkan tidak menyadari bodyguard itu, dia terlalu asyik dengan Kim.

"Mereka akan melihat aku memberi mu kuncinya," Bisik Jennie. "Dan bagaimana aku bisa masuk ke kamar ku ketika aku sampai di rumah?"

"Tinggalkan kuncinya di suatu tempat di sini agar aku dapat mengambilnya tanpa terlihat, lalu mintalah kunci lain di resepsionis saat kau sampai di sana. Beri tahu mereka bahwa kau meninggalkannya di dalam kamar."

"Di mana?"

Jisoo berpikir sejenak. "Pergilah ke ke belakang. Ada gudang. Kirimkan saja pesan padaku untuk memberitahuku di mana kau meninggalkannya."

Mata Jennie menatap Jisoo saat dia menelan dengan berat di tenggorokannya.

Jisoo menautkan jari kelingking mereka lagi. "Aku perlu bertemu denganmu sendirian," Bisiknya. "Dan ini adalah satu-satunya cara agar kita mendapatkan privasi."

Jennie menjilat bibirnya. "Okay?" Dia mengangguk pelan, tidak mengucapkan sepatah kata pun sebelum dia pergi ke arah belakang.

Jisoo berbalik dan memesan minuman untuknya, kegembiraan memenuhi dirinya.

Akhirnya.

***

Jisoo mencengkeram kunci di sakunya dan dengan santai berjalan-jalan di depan Four Seasons. Jennie meninggalkan pestanya satu jam yang lalu, tapi dia baru saja mengiriminya pesan bahwa semuanya sudah baik-baik saja.

Jangan sampai ketahuan, jangan sampai ketahuan, Jisoo mengingatkan diri sendiri.

Dia tidak terlalu peduli jika dia tertangkap, tetapi tidak bisa melihat Jennie jika dia tertangkap membuatnya khawatir.

Jisoo kesulitan berjalan ke arah wanitanya itu.. Dia merasa ingin lari.

Cepat.

Jisoo masuk ke lift dan memindai kuncinya. Lantai penthouse menyala, dan dia menghembuskan napas berat, jantungnya berdegup kencang. Menjadi gugup di sekitar seorang wanita adalah hal baru baginya.

Jangan mengacaukannya. Jangan mengacaukannya.

Pintu akhirnya terbuka. Jisoo menjatuhkan bahunya, mengembuskan napas berat, dan dia melanjutkan langkahnya. Satu set  pintu ganda besar berwarna hitam berdiri di hadapannya, dan dia dengan ragu memutar gagang pintu.

Terbuka, dan Jisoo berjalan masuk.

Jennie ada di depannya, masih mengenakan gaun pesta sebelumnya dan secantik yang Jisoo ingat. Jantungnya berdetak kencang saat melihat wanitanya.

Mata Jennie mencari tatapan mata Jisoo.

Jisoo otomatis tersenyum lembut dan kemudian melangkah maju untuk membawa Jennie ke pelukannya. "Akhirnya sendiri."

Tbc...

Nona Jisoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang