Chapter 6

2.1K 235 22
                                    


JENNIE

Hari Kamis, dan hari mulai gelap ketika Jennie meninggalkan pekerjaan dengan tiga rekannya. Dia bekerja untuk Philanthropic Society di Busan. Tugas mereka adalah mengumpulkan uang untuk amal lokal. Ibu Jennie sebelumnya berada di dewan direksi, dan ketika dia meninggal, Jennie ingin melanjutkan proyek yang sedang ibunya kerjakan saat itu. Jennie tidak pernah berencana untuk berada di sana dalam jangka panjang tetapi entah bagaimana hal itu terjadi. Sejujurnya, dia pikir dia di sana karena pekerjaan itu membuatnya masih merasa dekat dengan sang ibu. Semua orang yang bekerja di sana mengenal Mommy Kim dan dia sering dibicarakan.

Mereka berempat mengunci gedung dan mengobrol tentang hari itu saat mereka berjalan keluar. Itu adalah salah satu hari yang gila. Mereka seharusnya selesai satu jam yang lalu. Sekarang jam 6 sore dan mereka baru saja berangkat pulang.

"Jennie?" Panggilan suara yang deep. Jennie berbalik, terkejut.

"Nona Jisoo." Dia mengerutkan kening.

Jisoo bersandar di pohon di sisi trotoar, dan Jennie langsung merasakan sesuatu di perutnya.

Jisoo mengenakan celana jeans biru, yang ketat di semua tempat yang tepat, serta jaket olahraga biru tua di atas T-shirt putih. Rambutnya lebih panjang dan sedikit berantakan di bagian atas. Matanya menatap mata wanita di depannya, dan dengan rahang itu dia terlihat seperti seharusnya berada di sampul majalah.

God, Jisoo sangat cantik.

Jennie melirik teman-teman kerjanya, membuatnya sadar bahwa mereka mendengarkan apa yang akan dia katakan.

"Sampai jumpa lagi, girls." Dia bergumam, terganggu oleh wanita cantik di depannya.

"Bye," Ucap mereka semua. Jennie juga tidak ketinggalan cara teman-teman kerjanya memeriksa Jisoo dan kecantikannya. Dia tersenyum ketika membayangkan pertanyaan yang akan diberikan padanya besok. Dia punya beberapa pertanyaan seperti 'Apa yang dia lakukan di sini?' Teman-teman kerjanya akhirnya membelok ke arah mobil mereka, menghilang dari pandangan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Jennie.

Mata Jisoo masih menatap matanya. "Menunggumu."

Jennie menggigit bibir bawah saat jantungnya mulai berpacu di dalam dadanya. Dia tidak memikirkan hal lain selain Jisoo sejak Sabtu lalu. Ciuman pada malam itu menusuk ke dalam jiwanya, dan rasa tubuh Jisoo di tubuhnya telah meninggalkan bekas yang tak bisa.

Jisoo melirik jam tangannya. "Sebenarnya selama dua jam. Di sini dingin sekali, kau tahu."

Jennie menyeringai. "Kenapa kau tidak mengetuk pintu saja?"

"Aku tidak ingin terlihat terlalu bersemangat." Dia mengangkat bahu. "Kupikir melacakmu dengan gaya detektif, mengambil cuti kerja, dan kemudian mengemudi dua jam hanya untuk mencoba dan melihatmu tampak cukup bersemangat."

Jennie tersenyum, sarafnya berdenyut. Ada sesuatu tentang diri Jisoo. Dia bertanya-tanya apakah dirinya membayangkan Jisoo malam itu.

Sama sekali tidak. Dia dapat memastikan bahwa Jisoo, pada kenyataannya, adalah spesimen yang sangat baik.

"Maukah kau makan malam denganku?" Jisoo bertanya dengan lembut.

Jennie melirik ke jalan, lalu ke mobil di seberang jalan tempat sang bodyguard -- Vernon menunggu.

"Emm.."

Jisoo menunggu jawaban, mengeluarkan senyum seksi. "Apakah aku benar-benar tidak menarik, Jennie, sehingga kau harus berpikir sekeras ini?"

Nona Jisoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang