Syasha diberi waktu untuk memikirkan pernikahan yang semesta saja pasti terkejut seperti dirinya saat ini.
Masih didepan teras mansion, tepatnya dibangku yang seharusnya dipakai untuk para bodyguard berjaga. Kini, Syasha duduk meresapi, atau merenungkan sambil menghirup udara yang sejak beberapa menit yang lalu menipis akibat rasa terkejutnya.
Syasha sebenarnya, malu.
Malu saat hari yang seharusnya berharga, kini jadi tidak terlihat indahnya sebab dia datang hanya dibaluti baju tidur bergambar Minnie mouse yang Arsen belikan semalam. Cowok itu berpikir karena dia memakai casing ponsel Minnie mouse, maka ia terobsesi dengan barang lainnya juga. Padahal nyatanya, tidak. Casing itu dibeli bersamaan ponselnya sendiri.
Daddy yang membelinya. Jadi saat itu ia hanya menerima, dan tidak mengganti-ganti aksesoris apapun karena menurutnya, hadiah yang paling ia tunggu-tunggu dan berharga adalah saat keluarganya sudah mempercayakannya untuk memegang ponsel.
Itu saat umurnya delapan belas tahun. Saat dimana hari kelulusan sekolahnya tiba.
Hari dimana Syasha memilih untuk kuliah. Saat dimana ia bertemu dengan Jena.
Jena? Syasha berharap Jena datang ke hari istimewanya ini. Cewek tulen yang sangat patuh pada pekerjaannya, semoga saja bisa memilih untuk datang ke hari bahagianya.
Semoga saja.
Syasha cemberut. Itu mungkin kalau campur tangan oleh keluarganya bukan? Jena pasti sungkan menolak.
Tapi memangnya keluarganya ingat dengan Jena?
Syasha semakin cemberut. Apalagi saat melihat segerombolan orang yang baru turun dari mobil yang semalam menjemputnya.
Padahal Syasha ingin sendiri. Seperti yang ia ucapkan pada abang-abangnya beberapa menit yang lalu.
"Sayang?"
Dan wanita itu.
Syasha mendongak menatap wajah wanita itu dengan seksama. Garis wajah yang keriput, senyuman mengembang dengan mata berbinar cerah setiap menatapnya.
Dan kini, wajah setengah tuanya tengah kebingungan karena ia berada diluar.
"Wahhh! Kalo udah pulang berarti udah mau nikah, ya?"
"Mommy siapin lagi ya, besok nikah."
Syasha kira,
itu candaan.
"Tante."
"Iya sayang?" jawab Renata dengan cepat. Tidak ingin membuatnya menunggu sedetik apapun itu. Tas Dior yang dibawanya segera diberikannya pada bodyguard, setelah itu Renata semakin mendekati Syasha dengan duduk disebelahnya. "Kenapa? Mau makan? Kata Arsen kamu belum sarapan," lanjut Renata begitu perhatian. Padahal Syasha baru mengenalnya semalam.
Syasha kembali bungkam. Matanya perlahan mengedip beberapa kali.
"Mommy pesan makanan kesukaan kamu, semuanya akan datang sepuluh menit lagi, kalo lebih, itu bodyguardnya harus dipecat."
Sesimpel itu hidupnya.
Syasha semakin cemberut, matanya justru melirik Arsen yang masih berdiri tanpa ingin berucap apa-apa.
Syasha kembali beralih menatap Renata. "Ini Syasha nikah?"
"Lho?" Renata terkejut sebentar sebelum akhirnya tersenyum. "Ya iya atuh, sayang. Nanti kalo nggak nikah, kamu mau jadi perawan seumur hidup?"
Syasha menggeleng, cengo.
Arsen? Datar. Persis seperti triplek.
"Tapi kenapa tiba-tiba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Syasha (Sudah Terbit)
Non-Fiction(Follow because private) Saran, mumpung masih lengkap, mending baca. Sebelum di hapus untuk terbit. *** Syakila Ratu Anderson, seorang gadis yang terlalu indah untuk menjadi manusia. Dia mempunyai 1 abang kandung dan 4 abang sepupu laki-laki yang b...