|MSH 7| Menunggu Di Gerbang

1.3K 99 62
                                    

Hari ini adalah hari dimana dua insan yang tak saling mengenal bersatu untuk berada lebih dekat satu sama lain.
🌼🌼🌼
Happy Reading
Give me 50 komen 💜
🌴🌴🌴🌴

Hari ini adalah hari kedua ia bersekolah di SMA Citra Bangsa. Hari kedua ini tentu saja agendanya sudah mulai masuk ke kelas tanpa mengikuti kegiatan yang akan menguras tenaga dan membuat dirinya lemah. Hari ini Mentari sengaja datang lebih pagi, tapi begitu kakinya turun dari mobil, halaman dan gerbang seolah terlihat begitu ramai. Padahal saat ini jam sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi. Yah, padahal ia berharap tak ada satu pun orang, agar ia bisa menuju kelasnya dengan aman dan tentram.

Pagi ini ia berangkat sendirian. Bundanya tak lagi mengantarkan dirinya dengan alasan ia ingin menggali keberanian untuk dirinya. Ia sudah dewasa, sudah seharusnya ia berjalan dan berdiri sendiri menggunakan kedua kakinya. Ya, walaupun ketika keluar dari mobil ada kekhwatiran dalam tubuhnya. Tapi tetap saja ia terus melangkahkan kakinya.

"Mentari," panggil seseorang pria yang ternyata sudah berdiri di dekat gerbang sekolah.

"Iya, ada apa kak?" tanya Mentari yang masih ingat sekali dengan wajah pria yang bahkan sudah membuat dirinya pingsan kemarin.

Yuda menatap Mentari dengan tatapan tajam saat ini. Kurang lebih dua puluh menit ia menunggu gadis ini turun dari mobilnya. Sampai-sampai ia harus menjadi perhatian dari beberapa siswa atau siswi yang masuk ke dalam sekolah. Posisinya yang berada di gerbang membuat para siswa leluasa menatapnya saat ini. Jujur dalam kondisi seperti ini, ia tak suka jika harus mendapatkan tatapan dari orang lain atas parasnya.

"Buruan masuk. Gue benci jadi perhatian orang lain," ajak Yuda membuat Mentari bingung. "Kenapa diam?"

"Aku harus ikuti kakak? Aku bisa jalan sendiri kok," balas Mentari yang menolak ajakan dari Yuda.

"Kemarin aja Lo pingsan. Buruan sebelum makin rame. Gue yakin, Lo juga gak tahu kelasnya ada dimana," sahut Yuda lagi membuat Mentari membenarkan apa yang dikatakannya.

Benar kata pria ini, kalau ia berdiri di sini saja, maka keadaan akan semakin ramai dan kecemasannya akan timbul merusak suasana hatinya. Dengan terpaksa ia mengikuti pria yang ia ketahui adalah ketua OSIS di sekolahnya. Langkahnya tak berhenti, sebelum pria yang ada di hadapannya berhenti melangkah. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya ketika para siswa saat ini melihat dirinya. Ia yang menyusuri koridor sekolah di buat menciut mentalnya. Saat ini ia bagaikan tersangka narapidana yang ditatap sinis seolah ia mempunyai salah.

"Pagi kak Yuda!" sapa salah satu siswi yang tentu saja menahan untuk tidak histeris ketika ketua OSIS tampan itu melewati dirinya.

"Pagi! Jangan lupa segera masuk kelas," sahut Yuda yang berusaha untuk ramah.

"Siap kakak ganteng."

Yuda yang mendapatkan hal itu hanya bisa tersenyum sebelum kembali mengubah wajahnya menjadi datar. Tepat ketika ia ingin menaiki tangga, gadis yang berusaha untuk ia bantu seolah memelankan jalannya. Ia tahu, bahwa reaksi itu timbul ketika gadis yang ia ketahui bernama Mentari sedang melawan rasa takutnya saat ini. Sontak saja Yuda meraih tangannya dan menggegam nya. Ia tak suka jika Mentari terlalu alay dan lebay ketika bertemu dengan manusia.

"Kalau jalan itu cepet, jangan kaya siput. Lo itu manusia," ucap Yuda seraya menggegam tangan Mentari.

"Kok kakak pegang-pegang?" tanya Mentari yang berusaha untuk melepaskannya, tapi Yuda enggan untuk membiarkan.

"Jangan salah paham. Gue cuman pegang tangan biar Lo cepat jalannya. Abaikan aja tatapan orang lain. Mulai sekarang Lo gue tunggu di gerbang," sahut Yuda membuat Mentari menaikan kedua alisnya.

"Kakak gak ada kerjaan, ya? Ngapain coba nungguin aku di gerbang. Aku bukan anak kecil ya," balas Mentari seolah tak suka dengan cara Yuda yang memperlakukan dirinya.

Yuda melepaskan tangannya. Ia menatap Mentari yang saat ini juga menatapnya.

"Kerjaan gue banyak. Tapi gue baik mau menolong Lo," ucap Yuda pada Mentari.

"Tapi Mentari bisa sendiri. Mentari gak mau merepotkan siapa pun. Mentari juga bukan anak kecil," balas Mentari lagi.

Yuda terdiam. Ia menatap gadis yang ada di hadapannya saat ini. Sungguh luar biasa bukan? Sudah di perlakukan begitu baik masih saja menyebalkan dan alay seperti ini. Kalau saja ia tak berjanji kala itu, mungkin saat ini ia sudah pergi dari hadapannya. Tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah berjanji pada ibunya, mau tak mau ia menolongnya walaupun orang yang ia tolong tak mau mendapatkan bantuan darinya.

"Sekarang Lo noleh ke belakang," pinta Yuda membuat Mentari menuruti perintahnya. "Ada banyak orang yang natap kita saat ini. Dari pada banyak kata, mending Lo terus jalan sama gue."

Mentari pun menganggukkan kepalanya. Luar biasa memang bersekolah di tempat yang ramai. Ia lewat saja banyak sekali yang melihat dari arah mana pun. Memangnya kenapa? Ada apa dengan dirinya? Sampai-sampai semua orang saat ini melihat dirinya seolah barang yang di pajang di toko.

"Ini kelas Lo.  Silahkan masuk. Mulai sekarang gue akan tunggu Lo di gerbang. Jangan pakai lama."

Setelah mengatakan hal itu, Yuda pun pergi meninggalkan Mentari yang terdiam di depan kelasnya. Tentu saja kepergian Yuda membuat ia harus menimbulkan keberanian berlipat lagi untuk tetap masuk ke dalam kelas tanpa rasa takut. Saat ia akan memasuki kelas, seorang perempuan dari dalam menghampiri dirinya. Menghampiri dan meraih tangannya lalu duduk di sampingnya.

"Kenalin gue Dinda. Gue adik Yuda. Salam kenal."

"Salam kenal juga. Aku Mentari."

Mereka berdua yang sama-sama tidak suka keramaian pun kembali terdiam di tengah-tengah siswa siswi lain yang saling memperkenalkan diri.

#TBC

Give me 50 komen guys 🌼

Jangan lupa komen. Maaf kalau part kurang panjang. Aku lagi gk fokus nulis hehehe.

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang