Keputusan terbaik itu adalah keputusan yang menguntungkan dua belah pihak, bukan merugikan salah satu pihak.
|Mentari Sebelum Hujan|"Stop. Jangan paksa saya buat melakukan kekerasan pada kalian berdua. Mulai sekarang kamu, Saskia tidak saya izinkan untuk menemui Mentari," ucap Surya yang mencegah dua orang tersebut menemui Mentari yang pingsan di kamarnya.
Mata Saskia memerah seketika. Inilah yang ia takutkan dari perjuangan Dion menemui Mentari. Ia takut kak Surya akan melarangnya, dan saat ini semua itu terjadi. Mentari adalah obat kerinduan untuk dirinya yang kehilangan Raina. Tapi itu semua lenyap saat ini. Dion merampas semuanya, termasuk aksesnya untuk menemui Mentari.
"Kak, jangan pisahkan Saskia dengan Mentari. Kakak tahu sendiri Saskia gak bisa lepas dari Mentari kak," pinta Saskia dengan suara yang bergetar menahan tangisannya.
Surya membuang mukanya. Ia tak mau menatap Saskia yang sudah benar-benar mengecewakan dirinya. Tatapannya kini beralih pada pria dewasa yang tak kunjung lenyap dari dunia. Melihat wajahnya saja ia terpancing emosinya. Rasanya ia ingin melenyapkan pria ini hidup-hidup karena kematian adiknya yang sia-sia.
"Ambil tindakan hukum kalau kamu tidak menerima keputusan saya! Akan saya pastikan walau harta dan darah kamu habis, kamu tidak akan mendapatkan hak asuh Mentari. Jika kalian punya malu dan menyayangi Mentari, silahkan pergi dari sini," ucap Surya seraya menunjuk Dion dengan jari telunjuk nya.
Dion tak menjawab apa-apa. Ia segera meraih tangan adiknya yang terus berusaha untuk melepaskannya. Bahkan walau air mata Saskia menetes diiringi dengan permintaannya, Surya berjalan membelakangi dan menuju kamar anaknya. Kecewanya ia adalah ketika Saskia yang ia percaya membohongi dirinya.
"Bagaimana keadaan Mentari?" Surya yang baru saja tiba disambut oleh sang istri dan ibunya yang menjaga Mentari. Kain lap yang terpasang di dahinya menjadi pertanda bahwa kondisi anaknya tak baik-baik saja.
"Mentari demam mas. Dia syok mendengar kabar ini. Maaf mas karena -----"
"Ini bukan salah kamu. Mungkin memang jalannya Mentari tahu kebenarannya," potong Surya cepat berusaha menenangkan istrinya.
Tatapan Surya terarah pada seorang pria yang bahkan terduduk di sofa. Pria itu menatap penuh khawatir atas kondisi Mentari yang tengah pingsan saat ini.
"Boleh keluar dari kamar? Saya mau bicara penting dengan keluarga saya," pinta Surya pada Leo yang kemudian berdiri kemudian tersenyum pada dirinya.
"Kalau ada apa-apa terutama tentang kondisi kesehatan Mentari, tolong hubungi saya ya kak," ucap Leo pada Surya.
"Pasti. Terimakasih Leo."
"Sama-sama kak. Kalau begitu saya permisi dulu kak," ucap Leo seraya meninggalkan kamar Mentari.
Kepergian Leo membuat Surya duduk di bibir ranjang milik Mentari. Dina yang paham tentu saja memberikan ruang bagi Surya untuk berinteraksi dengan Mentari. Mentari yang mengalami demam tinggi setelah mengetahui kebenarannya, membuat ia tak tega pada anaknya. Mentari adalah orang yang ceria, namun gara-gara dirinya Mentari kini basah oleh air hujan yang membuat dirinya basah kuyup saat ini. Setelah memberikan elusan pada anaknya Mentari, tatapan Surya tertuju pada Dinda yang hanya terdiam di tempatnya. Dinda yang menatap kakaknya penuh rasa khawatir, namun tatapannya kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG)
FanfictionAkan banyak ujian di hidupmu jika kamu benar-benar berjuang melalui proses yang ada. Setiap tetesan air mata, doa yang selalu teriring untuk pencapaiannya, nyatanya kembali pada takdir yang menentukan semuanya. ~Mentari Putri Diana~ Bercerita tent...