|MSH 32| Salah Sangka

839 64 0
                                    

Terkadang kita terlalu cepat menyimpulkan hingga tidak berusaha memahami sebuah kebenaran.
|Mentari Sebelum Hujan|

🌴🌴🌴

HAPPY READING
JANGAN LUPA UNTUK TINGGALKAN JEJAK KALIAN BERUPA VOTE DAN KOMEN GUYS

🌼🌼🌼🌼🌼

"Bagaimana sudah dilacak lokasi mereka di kamar nomor berapa?" tanya Dion seraya mengemudikan mobilnya.

"Apartemen Anggala Persada nomor 47 pak."

Tut.

Dion segera mematikan sambungan teleponnya. Kakinya terlihat menginjak pedal gas untuk segera tiba. Wajahnya yang memerah menjadi pertanda bahwa saat ini ia mati-matian menahan emosinya. Ia tidak ingin Mentari kenapa-kenapa dan merasakan hal yang sama seperti Raina. Cukup hanya ibunya, tidak dengan anaknya.

Bahkan lampu merah yang menyala diterabas saja oleh Dion yang tak lagi takut dengan aturan berkendara. Kalau ia berhenti dan menunggu lampu merah, maka nyawa anaknya dan masa depannya akan hilang begitu saja. Biarlah ia ditilang asalkan anaknya tidak kehilangan semuanya.

Beberapa menit berkendara, mobil Dion sudah berada di halaman parkiran apartemen Anggala Persada. Dengan cepat ia membuka pintu mobilnya lalu berlari kecil, seolah tidak sabaran untuk menghajar Yuda yang kurang ajar pada anaknya. Ia menaiki lift dan menekan lantai 10 untuk tiba di apartemen Yuda. Saat pintu lift terbuka matanya mengedar untuk menemukan dimana nomor 47 berada. Saat sudah menemukannya, ia menekan tombol bel berkali-kali tanpa henti, membuat sang pemilik apartemen membuka pintunya saat ini.

"Iya si -----"

Tanpa basa-basi Dion mencengkram ujung kerah milik Yuda, mendorongnya masuk ke dalam dengan tatapan menusuk dan tajam miliknya.

"Kamu apakan Mentari!" bentak Dion dengan gigi yang saling bergemelutuk menahan emosi. "Dimana Mentari!"

Yuda yang merasa di pojokan dengan sorot mata yang penuh amarah merasa bingung di tempatnya. Ada apa? Kenapa pak gurunya kemari dengan tatapan yang penuh emosi?

"Dimana Mentari! Kamu apakan dia!" teriak Dion hampir saja menghantam wajah Yuda, namun dengan cepat ditahan oleh Mentari yang menatapnya.

"Kakak apa-apaan, sih. Kenapa mau pukul kak Yuda?" tanya Mentari seraya menatap Dion yang akan memukul kakak kelasnya.

Dion yang melihat Mentari melepaskan cengkeramannya. Ia menelisik tubuh Mentari dan keadaan Mentari yang baik-baik saja. "Kamu gak apa-apa, kan, nak?"

Dion ingin memeluk Mentari, namun dengan cepat Mentari menghindar darinya. Mentari merasa takut dan risih saat ini. Apa lagi keberadaan kak Dion yang tiba-tiba masuk dan membuat keributan membuat ia merasa tak enak hati dengan teman-temannya.

"Mentari gak suka kalau kakak over kaya gini. Kenapa harus buat keributan, sih? Emang gak bisa tanpa kekerasan?" tanya Mentari seraya menatap Dion yang terdiam di tempatnya.

"Kakak harus jaga kamu dari pria jahat seperti Yuda ini! Kalau dia baik, gak mungkin dia ajak kamu sampai ke apartemen seperti ini. Bilang ke kakak, kamu sudah diapain aja sama dia? Bilang sama kakak," pinta Dion ingin mendekat lagi, namun Mentari memilih untuk memundurkan langkahnya kembali.

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang