|MSH 16| Flashback On

1.2K 91 10
                                    

Tidak ada manusia yang lepas dari masalah, derita, dan penyesalan. Semua manusia pasti sama-sama merasakannya, hanya saja yang membedakan adalah, mereka ingin keluar dari zona tersebut atau bertahan dengan segala rasa.

|Mentari Sebelum Hujan|

🌴🌴🌴🌴🌴
Happy Reading
Give me VOTMENT PLEASE 💜

"Yah, kok hujan, sih. Padahal Mentari mau pulang lebih cepat," tutur Mentari yang baru saja tiba di halte bus dekat pemakaman tantenya.

Suara gemuruh terdengar jelas dari langit yang sudah mendung di atas sana. Rintik hujan bahkan sudah menerpa membuat ia tak bisa kemana-mana selain duduk dan menunggu bus datang menemuinya. Hari ini ia harus menunggu begitu lama untuk mendapatkan bus yang bisa mengantarkannya. Mentari yang lelah terlihat menyandarkan kepalanya di tiang penyanggah. Ia terlihat memejamkan matanya, meresapi bau dan tetesan hujan yang menyambut dirinya.

Kedua tangannya mendekap tubuhnya erat begitu hawa dingin menerpa tubuhnya. Sialnya, sore ini ia tidak membawa jaket yang bisa menjadi pelindung nya. Hanya bisa berharap hujan reda agar ia bisa menemui keluarganya di rumah. Ia juga berharap sebuah bus hadir segera, karena hawa dingin tak tahan lagi untuk ia rasakan dalam tubuhnya.

Mata Mentari kemudian terbuka, ketika suara deru motor terhenti tepat di hadapannya. Seorang pria berhelm dengan pakaian seragam sekolah yang sama terlihat berteduh di sampingnya. Bola mata Mentari seketika membulat sempurna, ketika pria itu tersenyum dan membuka helmnya.

"Loh, kak Yuda!" seru Mentari dengan rasa terkejutnya.

Yuda yang mendengar itu tersenyum. Ia menaruh helmnya di kursi besi dan duduk di samping Mentari yang terlihat menjaga jarak dengannya.

"Kenapa gak minta jemput?" tanya Yuda pada adik kelasnya.

"Bunda sama ayah sibuk. Mentari gak enak mau minta jemput mereka," balas Mentari.

"Kalau gitu sah-sah aja, kan? Kalau gue anterin Lo pulang sore ini?" tanya Yuda to the point.

Mentari yang mendengar itu menggelengkan kepalanya. Ia merasa tak enak hati jika harus melibatkan kakak kelasnya. Ia lebih baik menunggu bus datang agar tidak merepotkan nya.

"Aku naik bus aja kak. Lagian baju kakak juga basah. Nanti masuk angin loh," sanggah Mentari.

"Cuaca kaya gini gak bakal ada bus yang datang. Yang ada Lo di sini sampe malam. Lo mau?"

Mentari terlihat menggelengkan kepalanya.

"Jadi gimana?"

"Boleh, deh."

Yuda yang mendengar itu menganggukan kepalanya. Ia menolehkan kepalanya menatap Mentari yang terlihat kedinginan di sampingnya. Secara spontan ia membuka tasnya, mengeluarkan sebuah jaket kulit yang kemudian ia sematkan di bahu Mentari. Melihat bagaimana Mentari terkejut kembali membuat ia menatapnya.

"Pakai aja. Tujuan gue baik kok," ucap Yuda sebelum Mentari salah paham.

"Tapi kakak?" tanya Mentari lagi.

"Gue? Gampang. Gue tahan dingin kok. Gak gampang sakit juga, jadi santai aja," balas Yuda membuat Mentari merasa tak enak hati menerima bantuannya.

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang