Terkadang orang tua melarang tanpa memikirkan perasaan anaknya, membatasi tanpa pernah mengutarakan maksud dan tujuannya. Itu lah yang membuat seorang anak berpikir lebih dalam tentang hal-hal yang tak pernah ia ketahui.
|Mentari Sebelum Hujan|🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Tinggalkan jejak kalian please
Komen yuk guys yuk
Komen sebagai support kalian untuk cerita dan aku sebagai author nya 😍🌼🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
"Besok lagi kalau mau tempat Tante bilang sama Ayah. Ayah rela dan akan meluangkan waktu kalau soal kamu. Jangan buat ayah khawatir, Mentari," tutur Surya pada anaknya.
"Maaf, yah. Tapi Mentari bisa pulang sendiri, kok. Mentari tahu ayah capek, makanya Mentari gak mau merepotkan bunda dan ayah. Lagian, Dinda juga pulang sendiri, kan, yah? Kenapa cuman Mentari yang selalu di jemput? Padahal usia ----"
"Ini bukan perihal usia atau siapa yang paling dewasa. Ini perihal keselamatan kamu sebagai anak ayah," potong Surya cepat seraya tetap fokus mengemudikan mobilnya.
Mentari yang mendengar hal tersebut terlihat berpikir sejenak. Keselamatan dirinya? Emang siapa yang akan melukainya?
"Emang siapa yang mau mencelakai Mentari, yah? Kenapa ayah selalu protect ke Mentari aja. Emang siapa yang mau melukai Mentari, yah?" tanya Mentari meminta jawaban pada sang ayah.
Surya yang mendengar itu terdiam. Ia tak menjawab pertanyaan anaknya. Yang bisa ia lakukan saat ini adalah terus fokus mengemudikan laju kendaraannya. Memberi tahu Mentari tentang semuanya, hanya akan memberikan luka dan mengulik luka lama di dasar hatinya. Ia tak mau itu terjadi. Mungkin suatu saat nanti ia akan memberi tahu yang sebenarnya, tapi bukan hari ini atau waktu dekat ini.
"Kalau ayah gak mau kasih tahu, berarti Mentari boleh, kan? Kalau temanan sama kak Yuda?" tanya Mentari ragu pada sang ayah.
"Sejak kapan anak ayah berani mengancam ayahnya?" tanya Surya balik.
"Ini bukan mengancam yah. Ini kemauan Mentari. Kak Yuda itu baik, perhatian, dan suka menolong Mentari lagi. Oh, iya, satu lagi. Dia pintar sama sopan, loh, Yah," jelas Mentari pada Surya.
"Sebaik apa pun, sih, Yuda, dia tetap laki-laki yang akan melukai kamu pada waktunya," balas Surya tanpa menolehkan kepalanya.
"Tapi, yah, Mentari sama kak Yuda cuman teman aja kok. Mentari nyaman kalau ngobrol sama kak Yuda. Masa gak boleh, sih, yah?" tanya Mentari lagi pada ayahnya yang selalu saja merasa tak suka pada kakak kelasnya.
Surya yang mendengar itu tampak tersenyum. Mentari dan Raina ini memang tak dapat di pisahkan jika sudah berdebat dengannya. Selalu saja mencari alasan agar dirinya mengizinkannya. Padahal apa yang ia lakukan saat ini adalah bentuk peduli dirinya sebagai ayah, yang berusaha untuk menjaga anak perempuannya.
"Yang namanya perempuan dan laki-laki, tidak ada yang namanya teman sejati. Pasti salah satu dari mereka menyimpan rasa, entah itu kamu atau dia. Mungkin gak akan berterus terang, tapi tetap saja perempuan dan laki-laki tidak bisa murni berteman," tutur Surya pada anaknya.
"Emang, iya, yah? Tapi ada loh, yah, yang murni berteman bahkan setia sampai temannya meninggal dunia," sahut Mentari membuat Surya menolehkan kepalanya singkat, sebelum pada akhirnya kembali fokus mengemudi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG)
أدب الهواةAkan banyak ujian di hidupmu jika kamu benar-benar berjuang melalui proses yang ada. Setiap tetesan air mata, doa yang selalu teriring untuk pencapaiannya, nyatanya kembali pada takdir yang menentukan semuanya. ~Mentari Putri Diana~ Bercerita tent...