|MSH 22| Tersembunyi

830 76 15
                                    

Kebaikanmu tidak akan terlihat, namun apa yang kamu lakukan akan terus di kenang dan diapresiasi oleh orang yang telah kamu selamatkan.
|Dion Bagaskara|

🌴🌴🌴🌴

Halo besti. Seneng gak nih malam ini up lagi? Info ya beb. Cerita ini akan up malam sekitar abis isya versi WIB. So, pantengin terus ya🥰
Btw, terima kasih sudah komen di part sebelumnya.
1 komen 1 juta semangat buat aku 😍

🌼🌼🌼🌼

KAMU UDAH FOLLOW AKU?
BELUM? KOK BISA?
JANGAN LUPA FOLLOW YA BEB.
BACA CERITA RAINA HUJAN TELAH DATANG SEBELUM CERITA INI YA.
HAPPY READING 💜

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Kicauan burung sudah terdengar, sinar matahari yang tiba-tiba datang menjadi pertanda bahwa hari sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi saat ini. Terik matahari yang begitu hangat membuat Saskia berlari-lari kecil di halaman depan rumahnya. Saling sapa itu lah yang ia lakukan kala asisten rumah tangganya menyiram tanaman di taman. Dengan pengeras suara yang ia nyalakan, Saskia begitu semangat menikmati harinya yang akan sangat memuaskan.

Hari ini ia memiliki waktu senggang untuk mengajak ponakannya jalan-jalan. Tentu saja membahagiakan Mentari adalah fokus dirinya sekarang. Setidaknya ia akan merasakan kehadiran Raina jika membuat anaknya bahagia. Senyuman indah yang terpancar dari Mentari adalah cerminan senyuman ibunya, Raina sahabatnya.

"Mbak Inah, tadi malam lihat Dion pulang ke rumah gak, ya?" tanya Saskia pada asisten rumah tangganya.

"Waduh, setahu saya, sih, enggak, neng. Pak Imam aja nunggu bapak pulang aja sampe ketiduran. Tapi pas di cek lagi mobilnya sampe sekarang gak kelihatan," balas Inah apa adanya.

"Makasih, ya, mbak."

Pergerakan Saskia terhenti. Orang yang tiba-tiba ia tanyakan kini memasuki area rumah mereka dengan mobil yang ia pakai semalam. Melihat sang kakak turun dari mobil dengan pakaian santainya, Saskia cepat-cepat memalingkan wajahnya.

"Astaga, pak. Itu tangannya kenapa? Kok sampe di perban segala?" tanya Inah yang sontak membuat Saskia menoleh cepat ke arah Dion dan Mbak Inah berbicara.

"Biasa cowok, mbak. Bunda udah dibuatin sarapan?" tanya Dion pada assiten rumah tangga nya.

"Sudah saya buatkan udang mentega kesukaan ibu, pak. Aman kalau pesan bapak di sampaikan sama saya, mah," balas Mbak Inah tersenyum.

"Makasih, ya, mbak."

Melihat obrolan Mbak Inah dan Dion berakhir, dengan cepat Saskia masuk ke dalam rumahnya. Tentu saja ketika Dion pulang, maka yang ia tuju adalah meja makan untuk makan bersama. Dengan gerakan cepat ia duduk di salah satu bangku, melihat bagaimana Dion duduk di hadapannya dengan secangkir kopi dan ponsel genggam ditangannya. Namun pandangannya kemudian terarah pada tangan sebelah kanan yang terluka dan terdapat bercak darah dari kain perbannya.

"Bunda mana?" tanya Dion buka suara.

"Lagi di atas," balas Saskia cuek.

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang