Halo teman-teman sekalian. Sebelumnya terimakasih untuk kalian yang senantiasa nunggu Arum up. Arum minta maaf untuk semua pembaca MSH karena baru bisa up lagi sekarang. Sebenarnya bukan di sengaja, tapi kesibukan kuliah dan semester tua itu lah yang buat aku sempat Hiatus di beberapa cerita termasuk MSH. Untuk yang baca MSH aku sarankan baca terlebih dahulu kisah ibunya RAINA HUJAN TELAH DATANG biar kalian nyambung baca cerita ini ya. 💜 Terimakasih guys.
------------------------------------------------------Kalau tak ada satu pun orang yang mengerti bagaimana perasaan mu, maka yang harus kamu andalkan adalah diri mu sendiri.
|Katanya MSH|🌴🌴🌴🌴🌴
Happy Reading
Tahu cerita ini dari mana guys? Komen di bawah🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴🌴
Ada banyak tanda tanya yang terus terngiang dalam kepalanya. Hanya bisa memendam tanpa bisa bercerita itu lah yang Mentari rasakan selama hidup di dunia. Terkadang ada suatu momen dimana kedua orang tuanya tak benar-benar mengizinkan dirinya keluar rumah, bahkan membeli apa pun harus terus bersama. Sebenarnya ada apa? Kenapa ia di jaga seperti tahanan di sel penjara? Padahal usianya adalah masa dimana ia bisa mengeksplorasi dirinya selama masa remaja. Banyak yang ingin ia ketahui, namun sudah untuk terealisasi. Lagi-lagi hanya bisa duduk diam dan mengamati.
Selama ini ia bercerita pada Saskia yang merupakan sahabat baik dari tantenya Raina. Selain itu, ia tak lagi pernah bercerita apa-apa dengan siapa pun termasuk orang tuanya. Namun ketika ia menemukan sosok yang tepat untuk mengutarakan semuanya, kenapa orang tuanya menolak dan melarang ia berdekatan dengan kakak kelasnya Yuda? Padahal yang ia amati Yuda adalah orang yang baik dan perhatian padanya.
"Tante, Mentari harus apa? Kenapa ayah gak pernah benar-benar mendengarkan permintaan Tari?" tanya Mentari dengan tatapan mata yang terarah pada foto Raina yang berada di atas meja belajarnya.
"Apa Mentari harus melawan Ayah sama Bunda? Atau Mentari harus nurut sama mereka? Coba aja ada Tante, pasti Mentari punya teman untuk cerita," ujar Mentari lagi dengan tangan yang memeluk foto Raina saat ini.
Tak ada yang bisa ia lakukan selain berbincang dengan sebuah foto dan bingkai yang ada di kamarnya. Walau Tantenya tak akan pernah menjawabnya, setidaknya ia mempunyai teman bercerita selain kak Saskia. Terkadang ia merasakan bahwa Tantenya benar-benar mendengarkannya, mungkin itu lah yang menjadi alasan kenapa ia kerap kali bercerita.
Beberapa menit setelah mendekap sebuah foto dan memejamkan mata, secara tiba-tiba Mentari menaruh foto itu kembali ke atas meja. Ia segera meraih buku diary nya membuka lalu menulis apa pun yang ia rasakan di dasar hatinya.
15 Maret 2023
Hari ini Ayah melakukan hal yang sama. Ayah melarang Mentari untuk berdekatan dengan seorang pria, bahkan memarahi Mentari setelah pulang sekolah. Apa Mentari salah, ya? Kalau Tari berteman dengan Kak Yuda? Padahal Kak Yuda baik dan perhatian. Sebenarnya ayah kenapa sih? Kenapa Ayah gak pernah izinkan Mentari pergi, main, atau punya teman laki-laki. Jujur Mentari sedih tahu, Yah. Mentari juga ingin seperti Dinda. Mentari mau bebas sebagai Remaja, tapi juga paham aturan dan kapasitasnya. Semoga suatu saat nanti Ayah bisa baca ya. Mentari sayang ayah.Salam sayang
Mentari anak ayahSetelah mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya, Mentari menutup kembali bukunya, memasukan ke dalam sebuah lemari lalu menguncinya. Bersamaan dengan hal itu, pintu yang terbuka membuat Mentari menolehkan kepalanya. Melihat jelas bahwa sang ayah menghampiri nya dengan segelas susu putih untuknya.
"Anak ayah belum minum susu loh," ucap Surya dengan senyumannya, berjalan mendekati Mentari yang duduk di kursi belajar nya.
"Mentari gak mau! Mentari mau sendiri aja!" seru Mentari ngambek pada ayahnya.
Surya yang mendengar itu memahaminya. Ia menaruh gelas berisi susu itu di atas meja. Berjalan mendekati anaknya kemudian duduk bersimpuh di hadapannya. Tak lupa juga ia meraih tangan Mentari yang berada di hadapannya.
"Mentari tahu, kan? Kalau ayah sayang sama Mentari?" tanya Surya pada Mentari yang menganggukkan kepalanya. "Ayah gak mau kamu kenapa-kenapa. Ayah mau kamu hidup bahagia dan bisa meraih apa pun yang kamu inginkan di dunia ini. Jadi gak salah, kan? Kalau ayah protect kamu?"
Mentari yang mendengar itu menggelengkan kepalanya. "Tapi kenapa Dinda gak di perlakukan sama yah? Padahal Dinda juga anak ayah."
Surya yang mendengar itu terdiam. Mungkin hal ini yang menjadi dasar pemikiran bahwa Dinda selalu di bebaskan, padahal tidak. Ia juga tetap menjaga Dinda, namun ia lebih protektif pada Mentari. Dulu ia sudah berjanji pada almarhumah adiknya, bahwa ia akan menjaga Mentari seperti ia menjaga Raina. Dulu ketika adiknya masih hidup, Surya terlalu banyak bekerja, hingga tak sadar bahwa adiknya tertipu oleh rayuan seorang pria. Berangkat dari pengalaman, ia tak ingin Mentari merasakannya. Ia tak ingin ponakannya itu merasakan derita, dihina, bahkan di anggap sebagai sampah bagi masyarakat sekitar rumahnya. Hanya itu tujuannya menjaga Mentari.
"Kata siapa? Dinda justru lebih parah. Ayah gak akan kasih dia ponsel sebelum belajar, kan? Sementara Mentari? Boleh main ponsel. Ayah dan bunda tahu mana yang kalian butuhkan, makanya perlakuan kami terkesan tidak sama," jelas Surya seraya tersenyum pada anaknya.
"Tari tadi ngadu sama Tante. Mentari ngadu kalau ayah jahat. Ayah gak bolehin Mentari dekat sama kak Yuda. Padahal kak Yuda sama Tari cuman temanan yah! Gak lebih kok," tutur Mentari dengan ekspresi kesalnya.
Tatapan Surya menatap bingkai foto yang berisi foto adiknya. Foto yang ada di kamar Mentari adalah foto terakhir Raina hidup di dunia. Foto yang ia bawa hingga Mentari sudah menjadi remaja. Selama itu lah, hanya ada ia dan Dina yang berusaha menjaganya, tanpa Dion di sisinya. Ia harap Dion tak akan pernah kembali. Atau justru mati lebih baik dari pada hadir di hadapan anaknya.
"Terus tante bilang apa?" tanya Surya pada Mentari.
"Tante gak jawab apa-apa, tapi setiap kali Mentari cerita, Tari ngerasa kalau Tante lagi dengerin curhatan hati Mentari," balas Mentari membuat Surya yang mendengar itu mengusap lembut rambut anaknya.
"Lebih baik kamu minum susu dulu. Biar cepet tinggi. Ayah tunggu kamu minum, terus tidur," ucap Surya memberikan segelas susu pada Mentari.
"Iya, yah." Mentari menerimanya lalu menghabiskannya. Setelah itu, Mentari yang begitu peduli dengan kondisi kesehatannya segera berjalan menuju ranjangnya dan menyelimuti tubuhnya.
"Selamat malam nak," ucap Surya mencium dahi anaknya dan mematikan lampu kamarnya.
"Malam ayah."
Setelah memastikan bahwa Mentari tidur, ia berjalan keluar dari kamar anaknya, namun sebelum itu dengan tatapan sendunya ia menatap sekeliling kamar anaknya. Ia tak tahu Raina hadir atau tidak, namun ia ingin menyampaikan suatu hal. Bahwa apa pun yang ia lakukan saat ini adalah demi kebaikan anaknya. Itu saja.
"Abang jaga anak kamu, Na. Abang ingin Mentari meraih mimpinya. Dia seperti kamu, Na. Bantu Abang jaga Mentari dari atas sana," batin Surya sebelum pada akhirnya menutup pintu kamar anaknya.
#TBC
Gimana part kali ini guys? Sedikit mengobati rasa kerinduan kalian tidak?
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak kalian berupa komen dan vote 💜
Kalian tahu cerita ini dari mana?
Insyaallah mulai sekarang bakal up terus ya
Terimakasih.
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG)
FanfictionAkan banyak ujian di hidupmu jika kamu benar-benar berjuang melalui proses yang ada. Setiap tetesan air mata, doa yang selalu teriring untuk pencapaiannya, nyatanya kembali pada takdir yang menentukan semuanya. ~Mentari Putri Diana~ Bercerita tent...