|MSH 10| Asa Untuk Mentari

1.2K 97 28
                                    

Halo guys! Maaf baru bisa update sekarang. Semoga kalian tidak lupa dengan jalan ceritanya. Yang belum baca Raina Hujan Telah Datang bisa baca dulu ya, biar nyambung baca cerita ini. Give me VOTMENT PLEASE 1 komen dari kalian sangat berarti buat aku guys. Happy Reading
------------------------------------------------------

Tidak ada orang tua yang ingin menjerumuskan anaknya. Pada dasarnya protect mereka adalah pelindung bagi anak-anaknya. Namun ada kalanya seorang anak juga ingin merasakan kebahagiaan seperti anak-anak pada umumnya, tanpa bayang-bayang kedua orang tua mereka.
|Mentari Sebelum Hujan|

------------------------------------------------------

Usianya bukan lagi balita yang harus di jaga oleh kedua orang tuanya untuk berjalan. Pada usianya yang sudah menginjak remaja, ada beberapa hal yang ia sesali, salah satunya adalah kenapa kedua orang tuanya tidak benar-benar mengizinkan ia untuk menikmati usia mudanya sendiri. Kata orang masa SMA adalah masa dimana kisah kehidupan di mulai, namun bagi Mentari yang memang homeschooling di rumah, masa SMA adalah awal kehidupan. Selama ini ia hidup dalam bayang-bayang kedua orang tuanya. Sekolah di rumah, pergi mengandalkan kedua orang tuanya, bahkan makan pun harus menunggu mereka. Tapi untuk pertama kalinya ia merasakan kehidupannya berubah ketika masuk SMA.

Mentari menutup pintu kamarnya rapat-rapat, berharap tak ada satu pun orang yang tahu tentang tangisannya. Tangisannya bukan tanpa sebab. Ia kecewa pada permintaan sang ayah yang meminta dirinya untuk menjauhi Yuda. Padahal Yuda adalah teman baru untuknya.

Mentari yang kerap kali mendapatkan perilaku tidak adil bagi kedua orangtuanya, segera menelepon seseorang yang tak lain adalah Saskia perempuan yang kerap kali ia panggil sebagai kakak bagi dirinya.

"Halo sayang. Kenapa?"

Baru saja mendengar suaranya, tangisan Mentari pecah seketika. Tentu saja bagi Mentari, Saskia adalah sosok orang yang selalu memahaminya dari berbagai sudut.

"Ada apa sayang? Kok nangis?"

"Mentari butuh kakak. Menta -----"

"Tunggu Kakak. ya. Kakak ke sana sekarang."

"Iya, hati-hati Kakak. 

Tut.

Mentari kemudian mematikan ponselnya. Ia menelungkup kan tubuhnya di kasur seraya meneteskan air matanya. Bagaimana pun ia begitu kecewa dengan permintaan sang ayah. Hingga beberapa menit kemudian, suara ketukan pintu membuat Mentari bangun dan membukanya.

"Kak," lirih Mentari seraya memeluk Saskia erat ketika pintu terbuka lebar.

Tentu saja Saskia yang mendapatkan pelukan seperti itu membawa Mentari masuk ke dalam kamarnya. Ia menepuk-nepuk punggung Mentari berusaha untuk membuatnya tenang.

"Jangan di tahan. Kamu bisa cerita apa pun sama kakak. Kakak pasti akan dengerin kok," balas Saskia yang begitu menyayangi Mentari sebagai keponakannya. Harusnya ia bisa di panggil Tante, tapi karena identitas Mentari tidak bisa di ungkapkan, menjadi kakak baginya bukan masalah yang besar untuk dirinya.

Mentari melepaskan pelukannya. Ia menatap Saskia yang bahkan terlihat letih dari raut wajahnya. Bisa di pastikan setelah ini ia akan menambah beban pikiran kakaknya.

"Maaf buat kakak ke sini. Pasti kakak capek, ya?"

Saskia yang mendengar itu menggelengkan kepalanya. "Enggak kok. Kakak justru senang kamu panggil kakak ke sini. Ada apa? Cerita coba sama kakak. Barangkali kakak bisa bantu."

Melihat Mentari yang seperti ini membuat ia teringat bagaimana Raina menangis ketika masa depannya hancur, mentalnya tak lagi sekuat baja, dan peran ia sebagai sahabatnya tidak ada arti untuk bisa membantunya. Mungkin itu adalah alasan kenapa ia selalu datang ketika Mentari membutuhkan dirinya. Bahkan ketika ia lelah sekali pun, jika Mentari membutuhkan nya, maka ia akan datang untuk menemuinya.

"Apa Mentari salah, kak? Kalau punya teman seorang laki-laki? Bahkan untuk pertama kalinya Mentari punya seorang teman selain Dinda. Jujur Mentari senang, tapi kenapa ayah justru marah? Ayah bilang kak Yuda gak baik. Terus Mentari harus jauhi dia. Tapi Mentari gak mau."

Mentari terlihat menghentikan kata-katanya. Matanya menatap dalam retina mata Saskia yang bahkan menatapnya.

"Salah kak Yuda ada dimana? Kenapa selama ini Mentari tak boleh berteman dengan lawan jenis? Kenapa ayah sama bunda selalu aja over protective ke Mentari? Kenapa kak?" tanya Mentari menggebu-gebu atas perasaan kecewanya.

"Mentari tidak salah, ayah mentari juga tidak salah. Namanya orang tua ingin menjaga anaknya dari segala masalah. Apa pun yang ayah dan bunda lakukan pada Mentari, itu adalah hal terbaik buat Mentari," balas Saskia pada Mentari.

"Tapi harus seperti itu kak? Bagaimana pun Mentari juga ingin seperti yang lainnya. Ingin hidup bebas seperti kupu-kupu tapi tahu kapan pulang."

"Menjadi bebas itu bukan jaminan kamu akan baik-baik saja. Terkadang anak tidak tahu bagaimana perasaan orang tuanya, begitu juga sebaliknya. Kakak yakin, ayah atau pun bunda menginginkan yang terbaik buat kehidupan kamu selanjutnya. Karena dulu ------"

Saskia tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia memalingkan wajahnya di saat Mentari menunggu kelanjutan atas kata-katanya.

"Dulu kenapa kak?" tanya Mentari pada Saskia.

"Dulu kakak juga merasakan hal yang sama. Jadi kakak yakin apa pun yang dilakukan oleh kedua orang tua kamu, itu yang terbaik buat kamu," ujar Saskia mampu menjawab pertanyaan Mentari tanpa rasa ragu sekalipun.

Mentari yang mendengar itu melepaskan pegangan tangannya. Ia menatap sisi lain. Kali ini ia juga kecewa dengan kata-kata kak Saskia pada dirinya. Kata-katanya begitu sama dengan kedua orang tuanya. Apakah di rumah ini tak ada yang benar-benar berpihak pada dirinya?

"Mentari mau sendiri kak."

Saskia yang paham akan hal itu tentu saja segera berdiri. Ia terlihat mengusap lembut rambut Mentari sebelum pada akhirnya pergi dari kamarnya menuju lantai bawah dan bertemu Surya.

"Saya tahu kamu juga punya hak atas Mentari, tapi saya jauh lebih berhak dari keluarga kamu," ucap Surya dengan sorot matanya yang menatap kedatangan Saskia.

Saskia yang mendengar itu duduk di hadapan Surya. Ia tahu betul bagaimana baiknya Kakak Raina menjaga sepupunya yang sudah di anggap anak olehnya, tapi ada satu hal yang harus Surya pahami. Bagaimana pun anak juga mempunyai hak untuk menentukan tujuan hidupnya sendiri.

"Abang bisa gak? Jangan terlalu melarang Mentari. Takutnya dia akan melanggar apa pun yang kedua orang tuanya selalu tekan," pinta Saskia pada Surya yang sibuk dengan laptopnya.

"Saya tidak mau Mentari seperti yang sudah-sudah. Kehidupan yang layak dan baik adalah tanggung jawab saya sebagai orang tuanya. Saat ini tidak membutuhkan saran dari siapa pun. Saya tahu tujuan kamu baik, tapi perlu di ingat hak asuh Mentari sepenuhnya jatuh pada saya sebagai kakak Raina, bukan keluarga Dion yang sudah merusaknya," ucap Surya yang kemudian pergi meninggalkan Saskia yang sama-sama kecewa dengan keputusan Surya atas Mentari.

#TBC

TERLALU PENDEK GAK GUYS?

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN

BANYAK YANG KOMEN AKU UP LAGI

SAMPAI BERTEMU DI PART SELANJUTNYA 🌼

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang