|MSH 35| Biologis

1.4K 78 0
                                    

Diri kita memang tak bisa menilai kemiripan, tapi orang lain bisa menilai bagaimana wajah kita sangat mirip dengan seseorang. Pada dasarnya penilaian bukan terletak pada diri yang bisa memandang, tapi dari orang lain yang bisa menilai.
|Mentari Sebelum Hujan|

🌿🌿🌿🌿

Senja sudah berganti dengan malam. Bintang dan bulan yang selalu beriringan kini bersanding dalam kedamaian sebuah malam. Udara yang terasa dingin, langit yang gelap gulita, dan beberapa kendaraan yang mulai sepi menjadi pertanda aktivitas di kota Jakarta telah berhenti sejenak di jam istirahat. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. Sebuah mobil yang berjalan dengan kecepatan sedang berusaha mengantarkan tiga penumpang perempuan dengan damai dan selamat hingga tujuan. Malam ini pangeran berkuda besi mengantarkan mereka hingga depan rumah masing-masing. Kali ini diawali dengan kediaman Yasinta sebagai adik Yuda yang sudah turun dari mobilnya lalu melambaikan tangan dan masuk ke gerbang rumah nya. Ralat, rumah mereka jika Yuda tak tinggal di apartemen pribadinya.

Tentu saja mobil yang hanya berdiri di depan gerbang tanpa masuk ke dalam menjadi sebuah pertanyaan bagi dua perempuan yang tersisa di dalam. Kenapa mobil Yuda hanya mengantar hingga gerbang? Padahal Yasinta dan Yuda adalah sepasang kakak beradik yang harusnya tidak tinggal terpisah seperti ini.

"Kenapa cuman sampai depan gerbang aja kak? Padahal kakak bisa masuk ke dalam," tanya Ika pada Yuda yang kembali mengemudikan mobilnya menuju kediaman Ika yang kira-kira hanya ditempuh dengan 15 menit saja dari rumah Yasinta.

Pertanyaan Mentari seolah terwakilkan saat ini. Melihat beberapa interaksi mereka membuat Mentari juga memiliki pertanyaan kenapa Yuda tidak masuk ke dalam rumahnya?

"Pertanyaan Lo penting buat gue jawab?" tanya Yuda balik membuat Ika yang memang tak paham tentu saja berceloteh kembali.

"Penting banget. Kalau Lo gak jawab mungkin gue gak bisa tidur kak," sahut Ika terlalu lebay.

"Derita Lo," balas Yuda cuek, lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi agar bisa mengantarkan Ika dengan cepat.

"Enggak adeknya, gak kakaknya sama-sama menyebalkan kalian berdua," tutur Ika seraya menatap ke arah jendela.

"Namanya satu produk," sahut Yuda membuat Mentari tertawa dengan jawaban kakak kelasnya, sementara Ika yang tidak mendapatkan jawaban apa-apa tampak terdiam di tempatnya.

Kurang lebih lima belas menit lamanya akhirnya mereka tiba disebuah halaman rumah yang tampak lebar namun tidak sekaya Yuda dan Yasinta. Yap, mobil yang dikendarai oleh Yuda telah tiba di rumah Ika. Rumah yang dipenuhi oleh pohon hijau dan beberapa tanaman anggur merambat di depan rumahnya.

"Makasih, kak. Hati-hati. Gue duluan, ya," ucap Ika pada Yuda dan Mentari.

Setelah kepergian Ika dan Yasinta, keadaan dalam mobil sunyi seketika. Mentari yang duduk di belakang sendiri, sementara Yuda yang belum juga menjalankan mobil nya membuat Mentari tampak bingung di tempatnya.

"Duduk di samping gue. Lo pikir gue sopir Lo? Keluar mobil terus duduk di samping gue," pinta Yuda seraya menolehkan kepalanya dan melihat Mentari.

"Emang gak apa-apa kak?" tanya Mentari.

"Aman. Gue gak punya pacar kok," balas Yuda kemudian mengalihkan pandangannya ke depan. "Duduk di samping gue. Kalau belum duduk di sini gue gak akan antar Lo pulang."

Mentari Sebelum Hujan (SQUEL RAINA HUJAN TELAH DATANG) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang