Bab 16 : Sebelum Hari-H.

129 8 0
                                    

Esoknya anak-anaknya pulang di siang hari karena mereka libur kampus yang di tutup selama beberapa minggu untuk renovasi.

Tiba-tiba bell pintu rumahnya berbunyi dan Hendery langsung membukanya saat mendengar bell pintunya berbunyi.

" Permisi Tuan, ini rumah pak Johnny Suh berada? ini baju yang dipesan sudah siap semua " kata wanita itu dengan sopan ke Hendery

" Iya ini rumah pak Johnny Suh dan ini sudah di bayar? " tanya Hendery balik

" Sudah pak, pak Johnny Suh selalu melakukan pembayaran online ketika berbelanja di kami dan dengan izin kami menata baju milik tuan-tuan semua " ucap wanita itu sambil menunduk di depan Hendery

" Tidak perlu cukup tempelkan nama-nama pada baju itu, dan saya akan mengurusnya " sahut Hendery yang membantu wanita itu berdiri lagi

" Apa tidak apa-apa Tuan? " tanya wanita itu lagi dengan sopan

" Iya, tidak apa-apa dan saya kasihan melihat kamu yang harus tunduk kepada saya padahal kamu lebih tua dari pada saya " jelas Hendery lalu tersenyum lebar

" Baiklah mohon tunggu sebentar tuan akan saya siapkan " timpal wanita itu sebelum kembali ke mobilnya

Hendery pun menunggu dan menerima barangnya lalu melihat semua barang itu, benar-benar barang mewah dan bahannya juga lembut.

Hendery pun menyusun masing-masing dan memberikannya kepada orang-orang yang ada disana, Johnny baru saja keluar dari kamarnya dan melihat Hendery yang membereskan jas yang dia pesan semalam.

" Dery? kenapa kamu yang membereskan dan bukannya mereka?  " tanya Johnny yang menghampirinya

" Kasihan ngeliat wanita tua ngurusin baju kita, kan ga enak daddy jugaan si wanita itu tampak kelelahan " jelas Hendery kepada Johnny

Johnny yang mendengarnya terkejut karena dia pernah di katakan seperti itu oleh Ten karena nyuruh orang lain.

" Ntar kalau sudah taruh punya daddy sama mae di meja, daddy mau balik dulu " kata Johnny sebelum dia meninggalkan Hendery seorang

Hendery pun meletakkan baju-baju itu di kamarnya masing-masing begitu juga dengan Ten yang duduk di kasur.

" Mae? mae ga turun ke bawah? " tanya Hendery yang melihat Ten sedang badmood

" A-ah ngga dulu deh males soalnya " jawab Ten gugup lalu tersenyum lebar

" Kalau gitu Dery tinggal dulu deh " ucapnya sebelum meninggalkan kamar itu

" Iya sayang " balas Ten

Ten sedang kesal karena semalam dan dia merasakan semua tubuhnya lengket, sakit dan lainnya karena hal itu saja.

Johnny pun menghampirinya dan duduk disebelahnya, Ten awalnya buang muka karena masalah semalam tapi tatapan Johnny seakan-akan ingin menyampaikan sesuatu.

" Ten? jangan marah dulu aku mau bilang kita nikah tanggal berapa? " tanya Johnny dengan tenang yang membuat Ten langsung melihat ke arah Johnny

" Are you seriously Johnny Suh? " tanya Ten balik yang masih kaget karena perkataan tadi

" So you think I'm lying? I just want a legitimate relationship." jelas Johnny yang mengelus kepala Ten dengan lembut

Nyaris Ten tak bisa berkata-kata karena dia berpikir bahwa nikahnya sebulan lagi ternyata bukan ini, Dia langsung diam seribu bahasa.

" Apa jawaban mu Ten? jangan diam saja " kata Johnny yang melihat Ten yang seperti itu sedari tadi

" Nikahnya tiga atau empat hari lagi saja, aku ga bisa jalan karena ulah kamu " jelas Ten yang agak kesal

" Oke oke, berarti aku tinggal menyiapkan yang lain saja dan pernikahannya private atau publik? " sambung Johnny lalu bertanya lagi

" Biar anak-anak aja yang jawab, kita juga butuh hak mereka " kata Ten dengan yang menunduk ke bawah

" Iya sayang, you want something? " tanya Johnny yang melihat Ten yang menginginkan sesuatu

" I want ice cream! bukan punya kamu tapi dan rasanya yang manis! " teriak Ten yang tak terlalu kencang

" Why? kamu ga mau? " tanya Johnny balik dengan senyumannya itu

" Ngga dulu aku maunya es krim manis dan dinginn " rengek Ten yang kesal

" Iya deh iya aku beliin " ucapnya lalu beranjak dari sana dan memakai baju

" Yang banyakk ya?? " kata Ten lagi

" Iya loml iya " balas Johnny yang keluar dari kamar

Johnny turun dari tangga dan melihat ruang tamu hanya ada Haechan yang main play station, sedangkan Choisan menemaninya namun bermain hp saja.

" Daddy pergi dulu, kalian jaga rumah oke? " ucap Johnny yang pergi begitu saja

" Iya " balas Choisan singkat

Johnny pun pergi ke supermarket terdekat dengan motor nya itu lalu membeli beberapa es krim, cemilan yang penting makanan manis.

Johnny membayarnya dan tak sengaja bertemu dengan Taeil yang ingin membayar juga, mereka pun berbincang' singkat lalu berpisah satu sama lain.

Johnny pulang lalu memberikan beberapa makanan pada Haechan dan Choisan, begitu juga dengan Hendery barulah dia memberikan ice cream nya ke Ten yang menunggunya sedari tadi.

" This your ice cream, just choose which one " jelas Johnny yang memberikan satu plastik putih yang tak terlalu besar

Ten pun membukanya dan melihat semua rasa dari es krim itu, dia gembira saat melihat es krim rasa choco mint.

Johnny senang ketika melihat Ten yang selalu ceria tanpa ada masalah sedikit pun, dia selalu berharap bahwa Ten selalu seperti ini.

Begitu juga dengan Choisan yang akhirnya main bersama Haechan karena tak ada yang dia lakukan juga di layar ponsel itu.

Berbeda dengan Hendery yang sedang maraton anime dan dia menontonnya begitu tenang meskipun mati lampu, tiba-tiba dia teringat tentang Xiaojun.

Xiaojun adalah gebetannya namun tak pernah confess karena takut di tolak, friendzone, ga di bolehin ortu lah dan banyak lagi alasannya.

Dia mendadak menjadi orang yang benar' bingung setelah mengingat itu, memang awalnya dia mengira bahwa dia bisa memilikinya namun dia salah. Dia selalu mengira bahwa Xiaojun tak mau tapi dia juga tak pernah menyatakannya.

Hendery berencana bahwa sore nanti dia mengajak Xiaojun jalan' sekalian confess, awalnya jantungan karena tak siap namun dia tak ingin Xiaojun dimiliki orang lain.

Haechan dan Choisan seru-seruan bareng hingga ada yang memencet bel rumah mereka dan Haechan lah yang membukanya.

" Permisi ini benar dengan kak Haechan? " tanya kurir kepadanya

" Iya itu saya pak dan ini paket dari siapa pak? " tanya Haechan balik yang heran melihat paket yang agak besar

" Ini paket atas nama kakak sendiri dan nama pengirimnya tak di buat " jelas kurir itu lalu memberikannya kepada Haechan

Haechan pun membawa masuk paket itu dan berjalan menuju sofa yang dimana Choisan sedang asyik bermain.

" Paket dari siapa Chan? " tanya Choisan yang sibuk memainkan sticknya

" Gatau ga ada namanya soalnya " jelas Haechan yang masih melihat' ke paket itu

Haechan masih berpikir keras itu dari siapa dan dia sedikit takut untuk membukanya lalu dia meletakkannya di kamarnya.

" Johnten Story " ft. Choisan | END!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang