Bab 32 : Hilang.

99 12 0
                                    

Siang itu Ten siap-siap karena mau keluar sebentar, bisa dibilang dia mau ke suatu toko parfum yang memang pemilik toko itu adalah teman masa kuliahnya Ten.

" Kalian jagain rumah ya? mae mau keluar sebentar " kata Ten yang lagi turun dari tangga.

" Emang mau kemana? " tanya Haechan dengan spontan.

" Oh mae mau pergi ke tempat teman mae sebentar, ga lama kok " jawab Ten sambil mengambil sepasang sepatu kets.

" Sini abang anterin sekalian di temanin deh " kata Hendery yang tiba-tiba nawarin diri buat anterin.

" Ga usah bang, mae udah pesan taxi online dan kalian juga lagi sibuk semua " balas Ten seperti itu kepada Hendery.

" Yaudah mae hati-hati ya, nanti kalau ada apa-apa langsung chat atau call aja ya? " ujar Choisan yang melihat maenya di depan pintu.

" Iya deh " itu jawaban singkat dari Ten sebelum dia meninggalkan rumah.

Sejujurnya mereka bertiga khawatir dengan maenya itu karena tidak ada mendampingi, apalagi Johnny sedang kerja karena ada pertemuan client dari luar negeri dan ada meeting juga.

" Bang gue khawatir sumpah.. feeling gue ga enak sejak mae pergi tadi " kata Haechan yang masih mengelus bagian dadanya untuk menenangkan dia sendiri.

" Hush jangan ngomong gitu, doa aja biar mae ga kenapa-kenapa " balas Choisan meskipun memang ga melihat ke arah Haechan.

" Bener tuh, ga boleh asal ngomong loh " sambung Hendery yang memperingatkan Haechan.

" Iya deh tapi gue ga bohong bang " jelas Haechan lagi.

" Udah deh mending minum sana buat tenangkan diri " kata Choisan yang membuat Haechan menuruti perkataannya.

Hingga satu jam berlalu, mereka tidak mendapatkan pesan dari sang ibu negara dan Johnny juga sudah pulang kala itu. Haechan mengechat maenya namun tidak aktif, kegelisahan Haechan semakin menjadi hingga dia telepon pun tidak mengangkat.

Haechan berlari ke arah kamarnya lalu menghidupkan laptopnya dan melacak lokasi mae, dan benar saja bahwa maenya sedang ada di gedung kosong yang terbengkalai.

" Halo? bang kumpulin anak-anak ya, gue mau ngomongin sesuatu di markas " kata Haechan dalam telepon itu.

" Siap gue bilang sekarang ya " jawab dari seberang.

Haechan pun bersiap-siap sambil membawa pisau yang dia selipkan di dalam jaketnya, dia pun keluar dan meminta izin kepada kedua abangnya dan daddy nya buat keluar.

" Dad dan abang, echan minta izin ya buat keluar sebentar " kata Haechan di depan kursi tamu.

" Mau kemana emangnya? " tanya Johnny dengan tatapan tajam.

" Oh mau night ride sama yang lain aja kok dad, ga lama kok " jawab Haechan dengan santai.

" Hati-hati. nanti kalau ada apa-apa call kita bertiga " sambung Choisan kali ini.

" Syap bang " kata Haechan sambil memberi hormat.

Haechan pun pergi dengan motornya itu, dia pergi dengan kecepatan tinggi dan sesampainya di markas, dia langsung menjelaskan semuanya dan menyuruh yang lainnya menuju ke arah gedung itu yang memang ga terlalu jauh dari rumah Haechan.

" Sesuai rencana yang gue jelasin. " kata Haechan yang memimpin saat itu.

Dan semuanya menurutinya, mereka banyak bersembunyi di tempat yang mungkin agak sulit untuk di lihat. Banyak dari mereka membawa senjata api namun ada sebagian termasuk Haechan yang membawa pisau saja.

Haechan dan dua orang lainnya berjalan memasuki gedung dengan hati-hati, gedung itu tidak terlalu terang namun mereka semua masih bisa melihat dengan jelas.

Ternyata ada penjaga gedung di belakang mereka, jelas mereka tidak menyadarinya karena mereka bersembunyi di langit-langit gedung itu, Haechan terkena sayatan di bagian wajahnya dan lainnya juga hanya terkena sayatan, akhirnya penjaga itu tumbang dan mereka pun melanjutkan rencana mereka tadi.

Haechan berjalan di depan sambil membawa pisau, begitu juga dengan lainnya yang membawa senjata api dan pisau.

" Haru, call polisi buat datang ke sini. " kata Haechan dengan tiba-tiba.

" Siap bang, gue usahain " jawabnya.

Haruto pun melakukan itu dengan cepat, dan polisi menerima telepon dari mereka karena adanya sedikit foto yang di ambil dari hpnya itu.

Haechan menemukan lorong kamar yang banyak sekali hingga dia bingung harus membuka yang mana terlebih dahulu, dia pun memberikan bahasa isyarat untuk menyuruh teman-temannya agar mengeledah isi kamar bagian kiri sedangkan Haechan dan lainnya bagian kanan.

Mereka pun menjalankan instruksinya, hingga akhirnya Haechan menemukan kamar yang lumayan pojok dan menemukan maenya terduduk dengan lemas dalam keadaan pingsan.

" Mae! mae bangun mae! " teriak Haechan sambil membuka ikatan di tangan dan mulut Ten.

Tiba-tiba pintu itu tertutup dengan sendirinya, dan lampu di ruangan itu hidup lalu datanglah beberapa pengawal dan orang yang menangkap maenya adalah mantan Ten sebelum dia bertemu dengan Johnny kala itu yang bernama Peter.

" Apa tujuan mu untuk menculik dia? " tanya Haechan tanpa basa basi.

" Tentu saja membawanya kembali ke Thai dan menikah dengan ku, dan engkau siapanya dia? " tanya Peter balik dengan santai.

" Kau tak perlu mengenali ku siapa, namun aku ingin kau melepaskan dia " kata Haechan dengan nada datar.

Haruto termasuk anak-anak lainnya menjaga Ten yang sudah terlepas tadi di pojok kamar itu, Ten di ambil oleh salah satu pengawal mereka dan di bawa ke ruangan terkunci lalu di sekap lagi di sana.

" Cepat lepaskan dia atau kau ku lapor pada polisi! " teriak Haechan kepada Peter.

" Tidak akan ku lepaskan, bukannya mudah bagi ku untuk mencari dia. " bentak Peter kepada Haechan saat itu.

" Persetan dengan itu, aku sudah bilang lepaskan dia baj*ngan " kata Haechan lalu menonjok pipi bagian kanan Peter dengan kuat hingga hidung Peter berdarah karena itu saja.

" Tidak semudah itu bocah sial*n " ujar Peter lalu menendang perut Haechan hingga dia tersungkur lumayan jauh.

Haruto dan Jay langsung membantu Haechan dan melawan Peter saat itu, Peter tak sanggup melawan Jay dan Haruto saat itu.

" Hey cepat kabari keluarga Haechan, agar mereka bisa menolong mereka " kata Felix kala itu yang membuat Asahi langsung menelepon Hendery dengan hati-hati.

" Halo kak? tolongin kami kak, kami lagi di sebuah gedung kosong yang ga jauh dari rumah kalian sekalian bawa ambulance juga " kata Asahi dengan pelan-pelan.

" Siap lima menit lagi sampai kesana. " jawab Hendery dengan dingin.

Asahi pun mematikan telepon itu, berbeda dengan Hendery yang menjelaskan hal yang terjadi kepada Choisan dan Johnny dengan cepat mereka bertiga langsung menghampiri kesana, Hendery bertemu dengan salah satu teman Haechan yaitu Yoshi yang berjaga di luar.

" Yoshi mana ruangan Haechan sama lainnya? " tanya Hendery dengan datar.

" Di ruangan yang ada lampunya bang, yg lainnya ga ada " jelas Yoshi dengan cepat.

" Call police right now Yoshi, makasih ya " ujar Choisan sambil tersenyum ke arah Yoshi.

Johnny, Choisan dan Hendery mencari ruangan itu, memang agak sulit mencarinya karena ada banyak lorong namun akhirnya ketemu setelah hampir setengah jam mereka bertiga mencari.

" Johnten Story " ft. Choisan | END!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang