Osamu melirik kakaknya yang duduk dipinggir tempat tidur. Baru saja dia menghampiri Atsumu dikamar orang itu.
Keduanya tengah diam, merenung dan penuh dengan pikiran masing-masing.
"Lo tahan semua ini sejak, SD?"
Atsumu menatap Osamu selintas.
"Baru sekarang keganggu."
"Kenapa baru aware nya sekarang, bokap nyokap gak pernah tahu?"
Atsumu menggeleng lesuh.
"Gak keliatan."
"Apa?"
"Lo sakit gak keliatan."
"Gua gak mau pusing, jadi gua biasa aja. Hidup gua juga sama bedanya sekarang nambah penyakit."
"Ya lo gak bisa begitu, semakin cepat tahu semakin cepat sembuh, Tsum."
"Gabisa sembuh."
Osamu juga tahu, dia sudah membaca semua yang ada di HPK milik Atsumu. Tetapi maksudnya bukan itu. Mengapa baru mendapat pengobatan sekarang? itu yang Osamu pertanyakan.
Yang Osamu maksud tentang mendewasakan diri bukan berarti menanggung segalanya sendirian, Atsumu kurang transparan kepadanya.
"Minta tolong apa susahnya sih?"
"Gua bukan careless. Gua udah pikirin ini matang matang, gua udah siapin waktu buat bilang. Tapi lo lihat sendiri tuhan gak setuju sama rencana gua."
"Bukan gak setuju, lo lagi disuruh buka mata. Gua sama yang lain itu peduli. Kalo minta tolong itu bukan berarti lo lemah dan lebih rendah dari kita."
"Gua gak ada pikiran begitu."
"Gua ngerti, tapi lo gak bisa jalan sendirian, Tsumu."
Atsumu selalu saja bersikap tegas kepada diri sendiri. Prinsipnya kuat sekali sampai dihantam banyak nasihat pun orang itu bebal.
"Enak nih onigirinya, tumben isi sayur."
Tatapan Osamu berubah menjadi kembali cemas. Dia tidak tahu apa yang ada dipikiran Atsumu meski banyak asumsi yang Osamu pikirkan, apa Atsumu tidak sedih mendapat penyakit seperti ini? dia terbiasa memendamnya sendiri.
"Tsum, lo gapapa kan?"
"Menurut lo ae, nyuk."
Sudah hampir satu tahun dia menutupinya dan keadaannya terlihat baik-baik saja.
"Tenang aja. Gua gak cepet masuk seleksi alam, dosa gua banyak hahah."
Ketawa lu brengsek.
Atsumu terlalu menggampangkan hal ini. Lihat saja, Osamu akan cari tahu sendiri kalau Atsumu tidak mau memberitahukannya.
"Gua baik baik aja. Kurangin khawatir sama gua. Mending khawatirin nilai prodi lu sana, jelek banget sumpah. Najis. Punya sodara tololers."
Memang titisan firaun. Tingkahnya bak kaum dakjal. Osamu jadi sadar kalau tidak ada rahasia yang bertahan selamanya. Masalahnya dia malu, tersungut, maniknya kekedutan saking kesalnya dengan Atsumu.
"Mingkem? takut disuruh ngaca? wkwk"
"Bacot."
"Belajar yang bener, jangan jalan mulu sama Suna."
Osamu sudah berjalan hendak keluar kamar kakaknya.
"Kemaren nonton ama Suna kaga ngajak. Sam! gua kaga cepu tapi nonton thor di dolby atmos."
Pintu tertutup. "Ogah!"
"Anjing, yang ini kok isinya wasabi."
Onigirinya dimuntahkan. Wajah Atsumu jengkel menatap jejak kepergian sang adik, Osamu terkekeh dalam kamarnya.
Misi sukses.
•▪︎•
to be continue..
KAMU SEDANG MEMBACA
Elusifonem
FanficTerkadang Atsumu membenci suara lalu Osamu akan selalu berada di sana untuk membuat Atsumu tidak begitu membencinya lagi. Penyakit yang sangat langka ini hanya 0,1% jiwa yang mengalaminya, tetapi mengapa harus Atsumu? Karakter milik, Haruichi Furuda...