Osamu mengernyitkan matanya begitu melihat Atsumu yang berada ditengah hujan dan basah kuyup. Satu tangannya terbuka di atas alisnya menutupi wajah dari tempias hujan, dari balik pintu Osamu memperhatikan kakaknya sebelum berakhir memanggil Atsumu. Apa yang Atsumu lakukan tengah malam seperti ini dan sekarang hujan mengapa dia keluar seenaknya, bagaimana kalau Atsumu demam.
Orang itu menoleh ke arah pintu, tepat di mana Osamu berdiri. Di dalam hujan yang sangat deras Atsumu menyerukan nama adiknya tak bersuara.
"Samu.."
Osamu keluar membawa payung yang hampir tak seimbang karena badai mulai bercampur menjadi satu dengan hujan yang seperti diguyur. Payungnya dibagi dua dengan Atsumu.
"Ayo masuk"
"Sam, gua sembuh."
"Hah? apaan sih buruan masuk lo ngapain sih diluar begini, hujan deres gini ada angin badainya ngapain lo diluar gila!"
"Gua, gua ga ngerasain sakit denger suara hujan sama guntur Sam."
"Yaudah iya. Sekarang masuk."
Bukannya mendengarkan. Atsumu justru memejamkan maniknya, Osamu yang berusaha menarik lengan lelaki itu kembali menyipit menatap kakaknya.
"Ah."
Payungnya lepas dari genggaman, Osamu basah kuyup karena hujan deras menimpa keseluruhan dari tubuhnya.
"Tsum, ayo."
Dia meraih payung di bawah sana. Sesekali mengusap wajahnya yang masih terkena hujan.
"Atsumu!"
"Sam, maaf kalau selama ini ada banyak hal yang lo ga tau tentang gua. Maaf kalau lo merasa ga dipedulikan karena sikap gua yang sembunyi sembunyi dari lo.."
wajah sendu masih terlihat jelas meski dihantam air tak hentinya dari langit. Osamu menatap Atsumu tidak mengerti, seharusnya mereka masuk sekarang tetapi keduanya malah tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Maaf kalau, gua ga kasih tau tentang penyakit ini secepat itu."
"Sam, gua tau. gua tau lo udah denger tentang gua yang masuk rumah sakit tiga hari."
"Hah..?"
"Kanoka cerita."
"Lo kenal Kanoka? jadi lo bohong selama ini, Tsum."
"Dia cerita banyak soal apa yang lo lakuin selama gua kritis tiga hari dan gua lupa tentang Kanoka karena masalah Hana dan kita bertiga itu udah lama. Gua ga mau inget lagi, tapi Kanoka malah ketemu sama lo."
Jadi, selama ini Osamu sempat memperlakukan Atsumu dengan buruk dan bukannya meminta kejelasan Osamu bersikap kekanakan dengan memusuhi kakaknya bahkan sampai iri karena mama lebih sayang Atsumu.
"Sam, ga semua hal lo harus tau tentang gua itu karena gua ga mau lo terjerembab dalam lingkup kehidupan gua yang mumet dan bikin stress."
"Lo tau kan, lebih baik pusing karena punya tujuan dari pada pusing karena sesuatu yang gak jelas. Ya kayak penyakit gua ini contohnya."
Atsumu bergetar di bawah air hujan yang turun mengalir pada setiap lekuk tubuh. Osamu melihat tangan kakaknya terkepal.
"Tapi semua itu gua rasa udah baik baik aja. Lo tau, gua baru aja nemuin cara biar gua bisa keluar lagi. Kalau gua denger suara hujan tiap kali keluar gua pasti gak papa."
"Gua juga udah mulai membaik. Tubuh gua udah bisa merespon lebih baik meski mata gua belom sepenuhnya membaik."
"Gua bisa normal lagi, Sam."
"Dan, ini semua karena lo. Lo yang kasih gua keyakinan, kepercayaan, kekuatan biar gua bisa sembuh lagi Sam. Biar gua bisa terus sama sama bareng lo, biar kita hidup normal lagi kaya dulu."
Atsumu menarik sang adik ke dalam dekapannya. "Jangan merasa lo sendiri, lo ada di sini salah satu hal yang gua syukuri. Makasih Osamu, makasih udah jadi adik gua." dekapan itu mengerat seiring waktu air mata Osamu turun menjadi salah satu bagian dari hujan malam itu.
▪︎•▪︎
satu part lagi dan tamat, ada plus tambahan extra part tolong ditunggu sedikit lagi.Enjoy!
jadi akhirnya happy atau sad ending? wkwkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Elusifonem
FanficTerkadang Atsumu membenci suara lalu Osamu akan selalu berada di sana untuk membuat Atsumu tidak begitu membencinya lagi. Penyakit yang sangat langka ini hanya 0,1% jiwa yang mengalaminya, tetapi mengapa harus Atsumu? Karakter milik, Haruichi Furuda...