08. The Middleman

2.4K 194 17
                                    

Setelah sekitar lima menit mencari, akhirnya Win berhasil mendapatkan tempat parkir terdekat yang aman dan terpercaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sekitar lima menit mencari, akhirnya Win berhasil mendapatkan tempat parkir terdekat yang aman dan terpercaya. Ia kemudian belari dengan segera ke arah trotoar tempat terakhir kali keempat sahabatnya terlihat. Win mengedarkan pandangannya hingga punggung Dew yang bertubuh paling tinggi terlihat di sisi jalan Praditmanutham.

Terdengah-engah Win berusaha mengatur napas ketika akhirnya berhenti berlari dan mengistirahatkan tangannya di pundak Dew sebagai tumpuan. "Bagaimana?"

Dew menjawab dengan matanya yang mengarah ke kedai hewan peliharaan di seberang jalan. Di dalam ruangan yang dikelilingi oleh dinding kaca transparan berlapis kayu berpernis merah di setiap sudutnya itu, Nanon tampak sedang berdiri menunggu. Punggung bersandar pada pilar kecil di bagian tengah, dengan kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana.

"Kenapa tidak ke sana?" Bisik Win tepat di samping telinga Dew.

Dew hanya menggeleng tanpa memalingkan pandangannya. Begitu pula Nani dan Joong yang berada di depan mereka, tepat di samping kanan dan kiri Ohm. Mereka berlima berdiri tepat di sisi jalan raya.

"Apakah kita hanya akan menunggu di sini?" Win berbisik sekali lagi, namun belum sempat satu orang pun di antara mereka ada yang menjawab, sebuah pergerakan terjadi di kedai hewan peliharaan seberang jalan.

Nanon sedang berjalan lambat ke arah meja kasir. Melakukan transaksi pembayaran dengan selembar kartu berwarna hitam. Di sebelahnya, berdiri seorang gadis dengan kulit seputih susu. Rambutnya yang berwarna biru terang dibiarkan menjuntai sebatas bahu. Pucuk kepalanya sesekali bersandar di lengan Nanon. Hidungnya bahkan sesekali menempel dan mengendus wangi pakaian Nanon. Manja, tapi Nanon tampak sama sekali tidak keberatan.

Jika mengingat bagaimana Nanon mendesah saat Ohm memanjakannya, atau bagaimana dia meringkuk dalam pelukan Ohm seperti bayi sampai pagi. Nanon yang berada di kedai hewan peliharaan seberang jalan saat ini terlihat sangat berbeda. Sisi lembut dan menempel yang pernah Ohm lihat di dalam kamar, sama sekali tidak terlihat sekarang. Dia hanya seperti sosok pemuda gentleman yang bertanggungjawab pada kebahagiaan seorang gadis di sisinya.

Ketika berbalik ke arah pintu keluar, gadis itu tersenyum gemas memandangi anjing Pomeranian berwarna hitam cokelat dalam gendongannya. Jemari putihnya sesekali menyisiri bulu di bagian kepala anjing kecil itu dan mengecupnya. Nanon mengucapkan terima kasih sembari memasukkan kembali kartu dan selembar struk pembayaran ke dalam dompet, lalu menyimpannya ke dalam saku celana. Pemuda itu ikut tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah si gadis. Nanon melingkarkan lengannya untuk menarik tubuh si gadis lebih dekat. Sebuah kecupan singkat di kening mendarat hangat setelahnya.

Ohm merasakan tubuhnya menegang. Kedua tinjunya mengepal begitu erat. Tapi ia sama sekali tak beranjak dari tempatnya berdiri. Hanya membiarkan pandangannya mengikuti pergerakan Nanon yang berjalan bersama si gadis mungil dalam rangkulan. Sampai punggung keduanya menghilang di ujung jalan.

SUPERMODEL (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang