Duarrr!!
Suara deru petir kembali terdengar baik dari dalam kamar 720 atau pun dari seberang telepon.
"Ohm? Bisakah kamu datang sekarang?" Nanon nyaris lupa bahwa dirinya masih tersambung dalam panggilan telepon. Suara isak tangis gadis di seberang kembali terdengar, ada nada ketakutan yang tidak dibuat-buat dari bibirnya.
Nanon baru saja akan menjawab ketika ponsel di telinganya seketika direbut oleh pemiliknya. Suara petir yang baru saja menggelegar ternyata membangunkan tidur sang kekasih.
Ohm menekan tanda loudspeaker pada layar agar Nanon juga bisa mendengar apa yang akan mereka bicarakan. Matanya sama sekali tidak memutuskan pandangannya pada sang kekasih.
"Fah. Apa kamu sendirian?" Ohm mulai bicara.
"Iya, Ohm. Aku sendirian. Bisakah kamu datang? Hiks..." Nanon bisa mendengar jawaban Fah dengan sangat jelas.
"Fah. Dengarkan aku baik-baik. Pergilah bersembunyi di balik selimut. Tarik napas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Berusahalah untuk tenang, oke?" Ohm bicara dengan nada yang biasa saja, tapi Nanon yakin Fah menerimanya berbeda. Kekasihnya ini memberikan nada yang cukup lembut. Nanon mulai tidak menyukainya.
Ohm yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya menangkap raut wajah Nanon dengan sangat jelas. Jemarinya yang bebas dari menggenggam ponsel bergerak meremas punggung tangan Nanon seolah mengatakan bahwa 'aku di sini bersamamu'.
"Apa kamu sudah merasa lebih tenang?"
"Iya. Tapi... Hiks... Aku ingin kamu datang memelukku... Seperti yang biasa kamu lakukan dulu..."
Nanon tidak ingin mendengar rengekan gadis itu lebih jauh lagi. Ia merasa tidak perlu tahu pula tentang nostalgia kedekatan mereka di masa lalu. Ia hendak menarik tangannya dari cengkeraman Ohm tapi kekasihnya itu sama sekali tidak mau melepaskan, justru semakin mengeratkan genggaman.
"Fah, maaf. Kita bukan lagi Ohm dan Fah di masa remaja. Aku tidak tinggal di rumah dan bisa selalu ada untukmu. Aku juga sedang bersama seseorang yang membutuhkanku sekarang. Bisakah kamu menelepon orang tuamu saja dan meminta mereka untuk segera pulang menemanimu?"
Diam. Tak ada jawaban. Hanya suara isak tangis yg sesekali terdengar.
Tut. Tut. Tut.
Fah mengakhiri pembicaraan begitu saja tanpa kata penutup. Hanya isak tangis yang terakhir kali terdengar sebelum panggilan terputus.
Nanon sama sekali tidak menduga kalimat penolakan itu akan keluar begitu mudahnya dari mulut Ohm. Mata mereka kembali bertemu. Ada semburat senyum getir di wajah Ohm, berusaha menyampaikan perasaannya dengan tulus, bahwa Nanon lah satu-satunya yang paling penting dalam hidupnya saat ini.
Masih dengan ponsel dalam genggaman, Ohm merengkuh dan mendekap tubuh Nanon dari samping. Dikecupnya lembut bahu sang kekasih lalu beranjak ke pipi sebelah kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERMODEL (OhmNanon)
FanficPLEASE DO NOT READ IF YOU'RE UNDER 21!! Di malam pesta bujang sebelum pernikahan sahabatnya, Ohm Pawat harus menepati janji yang mereka sepakati bersama untuk melepas keperjakaan di tempat prostitusi elit. Naas karena menjadi yang paling tidak antus...