Extra Chapter - After Party

3K 151 37
                                    

Pucuk kepala dua pemuda yang merebah saling menempel di atas peraduan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pucuk kepala dua pemuda yang merebah saling menempel di atas peraduan. Ada lekuk berbentuk hati pada salah satu keningnya, sementara satu kening yang lain terpampang lebih lebar karena helaian rambut tersingkap jatuh di sekitarnya. Tepat di bawahnya, dua pasang mata berkedip-kedip menerawang, seolah memandangi langit-langit kamar, tapi dengan begitu jelas terlihat sedang memikirkan hal lain.

"Kamu begitu manis menyiapkan lamaran untukku. Aku benar-benar tidak menyangka kamu akan melakukan itu di depan semua orang. Aku bahkan berencana, aku lah yang akan melamarmu tadi malam." Jemari Ohm yang diangkat di atas kepala bergerak membelai pipi Nanon yang menciptakan lesung akibat bibirnya melengkung.

"Melamarku setelah makan malam romantis di ruangan VVIP restoran Perancis kesukaan kita? Apakah itu rencanamu?"

"No way!" Ohm beralih posisi jadi berbaring telungkup dengan tubuh bertumpu pada kedua lengan tangan yang mengatup. "Bagaimana kamu bisa menebaknya?"

"Maaf, tidak bermaksud mengacaukan rencanamu. Tapi... Sebenarnya aku sudah melihat kotak cincin beludru biru itu di dalam laci tempo hari. Aku penasaran dan...membuka untuk melihat isinya." Nanon nyengir canggung menampilkan deret giginya yang rapi.

"Ah?! Kamu curang sekali..."

"Maaf..."

"Tidak bisa. Kamu harus dihukum!" Ohm mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir Nanon sebanyak tiga kali.

Mmmuah.

Mmmuah.

Mmmuah.

"Ah, tidak seru! Kejutanku menjadi tidak bergunaaa..." Dengan gemas Ohm mengusakkan hidungnya berulang kali pada leher Nanon yang menggelinjang dan terbahak kegelian.

"Hahahaha. Ampun. Ampun. Aku tidak bermaksud begitu. Hahahaha. Ai'Ohm..."

Pergumulan terhenti ketika Ohm memilih untuk melingkarkan lengan kirinya ke pinggang Nanon, sementara tangan kanannya menyangga kepala.

"Apakah kamu sudah mencoba cincinnya juga?"

"Tidak. Itu lancang namanya. Aku hanya mengintip."

"Bukankah itu tetap lancang?"

Nanon menampilkan cengiran canggungnya sekali lagi. "Maaf. Memangnya kamu tidak tahu ukuran jariku?"

"Entahlah. Aku hanya mengira-ngira. Kuharap ukurannya pas."

"Haruskah kita mencobanya sekarang?"

"Nanti saja. Lalu bagaimana kamu bisa merencanakan semua itu? Bukankah kamu baru melihat undangan Joong dan Fah setelah aku selesai mandi pagi kemarin?"

"Sebenarnya tidak. Ibu sudah memberitahuku lebih dulu saat membantunya membuat sarapan."

"Dan kamu sama sekali tidak bertanya padaku?"

SUPERMODEL (OhmNanon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang