"Kak, bangun." Berkali-kali usapan lembutnya di pipi Samuel, sama sekali tidak mengusik tidur lelaki itu.
"Kak, udah siang. Ayo, bangun," ulangnya.
Kali ini gadis mungil itu memukul pelan lengan yang berada di ujung sofa.
Keadaan apartemen setelah perdebatan tadi sangatlah kacau.Meski lelaki itu tidak melukai kekasihnya, tapi lelaki itu melukai dirinya sendiri.
Meminum dua botol yang memabukkan, tiga bungkus rokok, dan sebungkus kacang kering yang sampahnya berceceran ke setiap sudut ruangan apartemen.
Pasrah dengan segala cara, akhirnya ia mengangkat sedikit kepala lelaki itu, dan berhasil membuatnya terduduk meski dengan kedua mata yang terpejam.
"Ngg ...."
"Bangun, Kak. Emangnya kamu gak mau sekolah apa?"
Ia membuka matanya perlahan. Menangkap wajah cantik yang selalu menyapanya setiap pagi.
Ayyara Gazhi. Selain cantik, lucu, dan manis, ia juga pandai dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Kepintarannya sudah diakui sampai tingkat nasional, lomba bulan lalu.
Kehidupannya sudah dijamin oleh keluarga dari Pratama. Tidak lain, adalah Samuel Elvaro Pratama. Yang kini menjadi kekasihnya.
Mungkin bisa dikatakan, ini adalah keputusan yang paling bodoh: Menjadi orang ketiga dalam hubungan Samuel dan Vania.
Tapi, ia tidak bisa membalas semua ini, kecuali dengan cara yang Samuel tawarkan.
Keluarga Samuel bahkan sangat baik menunjang hidupnya sampai menikah nanti. Juga memberi tumpangan di apartemen milik Samuel dengan cuma-cuma.
"Kak, ayo ... ini hari Sabtu, lho. Masa gak masuk sekolah, sihh???"
Aya mengambil outer-nya, lalu berjalan menuju Samuel yang masih terduduk di sofa dengan kedua mata yang sedikit terbuka.
"Emangnya kamu gak kangen apa sama, Kak Vania?"
Meski sedikit sakit mengucapkan nama perempuan itu, Aya tidak boleh egois. Bagaimana pun juga, Vania adalah kekasih Samuel yang lebih lama darinya.
Samuel menyugar rambutnya ke belakang. Ia mengulurkan satu tangannya pada Aya untuk dibantu berdiri.
Sudah tahu badan Aya yang kecil seperti ini, disuruh menarik badan Samuel yang lebih besar darinya.
"Lo berangkat sendiri aja."
•••••
Sialnya, sampai depan gerbang, Aya sudah melihat ada gembok yang mengunci gerbang tersebut. Ia menghela napas panjang.
Jam di pergelangan tangan memang sudah menunjukkan pukul tujuh lewat. Ini semua karena Samuel yang susah dibangunkan. Dan perdebatan semalam yang membuat jam tidurnya berkurang.
Pada akhirnya, Aya berangkat sekolah sendiri tanpa Samuel. Ia mengedarkan pandangan.
Melihat ada sebuah warung yang menjual minuman dingin, membuatnya tergiur bukan main.
Saat langkahnya hendak menuju ke warung seberang sekolah, mendadak lengannya ditahan dengan tangan kekar. Ia tahu siapa pemilik tangan itu.
Saat tubuhnya sepenuhnya ke arah pelaku, ia tidak menampilkan wajah kaget atau bahkan tersenyum tipis. Kini Aya bisa mengubah raut wajahnya menjadi sangat datar.
"Masuk," perintah Samuel dengan tegas.
"Gak. Aku gak mau masuk. Lagian gerbangnya juga udah di kunci, kan? Udah, aku mau beli minum aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOST WANTED [END]
Teen FictionMenjadi orang ketiga, adalah bencana terbesar dalam hidupnya. Jika bukan karena penawaran untuk biaya hidupnya selama ini, ia tidak akan menjalin hubungan gelap dengan seorang most wanted di sekolahnya. -Most Wanted- 9aglie© (BELUM REVISI) RANK🏅...