44°

6.9K 247 0
                                    

Aya meraih helm dari tangan Altar. Biasanya, yang memakaikannya ia helm adalah Samuel. Tapi kali ini Aya harus mandiri.

Setelah selesai, ia menumpu tangan pada bahu Altar untuk naik ke motor. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya untuk mengatakan, "Kita ke hotel Rajawali dulu gapapa, Kak?"

"Ngapain?" Altar menoleh sebatas bahu.

Aya menjauhkan tubuhnya dari Altar. Menatap lelaki itu dari spion. "Ada temen aku yang dateng. Terus nginepnya di sana. Aku udah chat Mama kok tadi. Diizinin juga," papar Aya.

Tidak ada sahutan lagi dari Altar. Lelaki itu melajukan motornya meninggalkan area parkir.

Membelah jalanan dan melewati beberapa jajaran toko kerajinan khas daerah ini.

Tidak lama untuk menuju hotel tersebut. Akhirnya keduanya sampai. Aya tidak turun lebih dulu. Ia menelepon Rian untuk memastikan keberadaan.

"Halo, Yan? Aku udah ada di depan hotel, nih. Kamu bisa samperin aku gak? Gak enak kalau aku tinggalin. Soalnya aku sama temen aku ke sini, hehehe."

"Ohh! Oke-oke!! Gue ke sana sekarang, ya. Tunggu bentar."

Aya berdeham, dan memutus sambungan teleponnya sepihak. Sesekali ia melirik Altar dari spion yang tengah bermain ponsel.

"Nunggu bentar gapapa, Kak?"

"Hm."

Tidak lama kemudian, Rian dan Dio meneriaki nama Aya. "Ey! Ey! Ay! Ay! Yeyyy! Ayaa!!" Kompaknya dengan gigi yang terlihat.

Aya turun dari motor. Menaruh helm di jok, dan memeluk keduanya. "Huuwuwuwuwuwww! Kangeenn!!" Histeris Dio.

Aya merangkul kedua lelaki itu, lalu terkekeh. Yang di motor hanya bisa melihat ketiga manusia yang sedang berpelukan.

Rian mengendurkan pelukan. Diikuti oleh Dio dan Aya. "Btw, Ay. Itu orang yang lo ceritain waktu itu?" bisik Rian, yang mendapat anggukan samar dari Aya.

"Anjir. Gantengnya melebihi muka gue. Gak bisa dibiarin nih lo deket sama dia. Kalau lo kepincut gimana?" desis Rian.

"Gak lahh!! Aya kan pacar guee!!" teriak Dio, menuai tatapan singkat dari Altar.

Rian menepuk pelan bahu Dio. "Lo kalau mimpi jangan setinggi tembok China ya, Bro. Soalnya nanti kalo jatoh, bpjs gak nanggung."

"Sialan lo!!" Kesal Dio.

Aya tertawa kecil. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. "Nih, buat kalian."

Dio langsung mengambil alih plastik pemberian Aya.

Plak!

"Sopan dikit bisa gak sih nyett?" Geram Rian, lalu melirik singkat pada plastik tersebut.

"Halahh! Lo juga kepo, kann??"

Dio menjauhkan plastik itu dari jangkauan Rian. Ia tersenyum hangat ke arah Aya. "Tengskyu ya, Ay. Lo tau aja sih kalau gue butuh baju cakep," ucap Dio, yang semakin membuat Rian penasaran.

"Apaan isinya? Kasih tau gue satt. Kan Aya tadi bilang, buat kalian. Bukan buat lo doangg!"

•••••

Sesampainya di pekarangan rumah, Samuel beralih menatap motor yang ada di halaman. Ia menaruh helm, lalu masuk ke dalam rumah.

Matanya menangkap Aya tengah duduk sambil memangku Vero. Di sampingnya juga ada Altar yang tengah menyandarkan tubuh pada ujung sofa.

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang