30°

9.5K 355 0
                                    

Mungkin ... ini adalah hari terburuk bagi Aya.

Ia mengusap lembut nisan yang entah kapan ia akan diusapnya lagi. Samuel merengkuh tubuh gadis itu, dibawa ke dalam pelukan seraya mengusap pelan pucuk kepala.

"Udah?" Aya mengangguk dengan tatapan nanar pada dua nisan.

Keduanya melangkah meninggalkan area pemakaman. Sampai di dalam mobil, Aya masih dengan tatapannya yang kosong.

"Ay." Samuel menghela napas pelan. "Maaf."

Aya tidak bergeming. Tatapannya sangat lurus. "Aya." Samuel meraih lembut jemari Aya. Dikecupnya singkat.

"Maaf," ulangnya lagi. Kali ini lebih lirih.

Aya menoleh singkat, lalu mengangguk. "Ayo, pulang. Masih banyak barang kamu yang belum aku beresin."

Samuel memutuskan untuk meninggalkan area pemakaman. Ia lebih baik membawa Aya ke apartemen, dibandingkan ke tempat lain.

Kenapa? Karena gadisnya ini pasti marah-marah, akibat jadwalnya yang padat. Ya, benar. Jadwal membereskan barang Samuel.

"Ay."

"Hm".

"Maaf."

"Ya." Kali ini terdengar lebih acuh dan sedikit ketus.

"Ay, maaf."

"Ay."

"Maaf."

"Ay, maaf."

"Sayang, ma--"

Aya langsung membekap mulut Samuel. Persetan dengan kekasihnya yang tengah mengendarai mobil. Hanya dua detik ia membekapnya.

"Lo jahat, Ay."

Aya tidak membalas. Ia malas debat dengan Samuel. Lebih baik tertidur ditemani berita dari radio terkini.

Sesampainya di lobby, Aya lebih dulu turun. Ia berjalan cepat menuju lift, tanpa mempedulikan Samuel yang masih melepas seat belt.

"Ayy!"

"Ayaa! Lo kenapa, sih?!"

Lift terbuka. Ia langsung masuk, dan Samuel kalah cepat. Lelaki itu mengusap dahinya, di akhiri dengan gerakan menyugar rambut ke belakang.

•••••

"Lo kenapa?" Interogasinya, setelah melihat Aya keluar dari kamar.

Aya mengelus perutnya sendiri. "Mules, Kak. Gak tahann ... maaf tadi aku ninggalin kamu," ucap Aya, di akhiri dengan ringisan kecil.

"Ck, kirain lo marah."

Sontak Aya langsung menjambak rambut Samuel dengan gemas. "Sssh! Ay-ayy! Sakittt! Lo kenapa sih, Ayy?"

"Gemesss!!" Ia mengusap rambut Samuel, setelah menjambaknya dengan cukup kuat.

Samuel mengusap-usap rambutnya yang sakit. Ia juga melakukan hal gemas pada pipi Aya. Tapi ini beda.

Samuel mencium pipinya!

"Aaaghh! Kakkk Sammm! Apaan, sihh?! Pipi aku tuh kulitnya sensitif tauu!!"

Ia langsung masuk ke dalam kamar. Meninggalkan Aya yang hendak menjambaknya kembali.

•••••

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang