28.7K 1K 1
                                    

"Mau jalan?" tawar Samuel, saat melihat Aya sedari tadi cemberut sambil memasukkan makanan ringan ke dalam mulut.

"Mager," balasnya cukup ketus. Ia tidak menghiraukan Samuel yang terus menatapnya dari samping.

"Ay."

"Hm."

"Ay."

"Hm."

"Aya."

"Apa sih, Kak? Apa??"

"Lo kenapa?"

Aya menoleh singkat pada Samuel. Ia memilih untuk beranjak, lalu berjalan masuk ke dalam kamar.

Tidak lupa juga menutup kamar dengan cukup keras, membuat Samuel menghela napas panjang.

Sesampainya di dalam kamar, Aya langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Ia menatap langit-langit dengan sangat fokus. Pikirannya tertuju pada ucapan Mama Samuel yang membuatnya terngiang-ngiang.

"Nanti kalau Samuel kuliah ke luar negeri, kamu gapapa kan sendirian di apartemen?"

Aya tidak tahu bisa atau tidak sendirian di apartemen ini. Bukan permasalahan ekonomi.

Melainkan teman curhat yang biasa Aya jadikan keluh kesah di setiap kejadian yang membuatnya sedih dan kecewa.

"Ay, gue mau keluar."

Aya sontak beranjak dari kasur. Ia berjalan cepat menuju keluar. Saat Samuel membalikkan tubuh, ia langsung menahan lengan lelaki itu.

"Mau ngapain?" tanyanya dengan ketus. "Mau minum lagi kan kamu?"

Samuel menyentil pelan dahi Aya. "Buang pikiran jelek lo tentang gue."

Aya meringis pelan sambil mengusap dahinya yang terkena sentilan dari Samuel.

"Ya, terus kamu mau ngapain, Kak? Ini udah malem. Gak inget apa besok sekolah? Jangan mentang-mentang kesayangan guru, kamu seenaknya gitu, deh. Lagian, kan--"

"Bawel."

Samuel membalikkan tubuh. Berjalan ke arah sofa, lalu mendudukkan tubuhnya di sana.

Melihat lelaki itu yang memilih duduk di sofa, membuat Aya menghampirinya.

"Kenapa gak jadi pergi? Bukannya tadi kebelet banget, ya?"

Samuel menarik cepat lengan Aya. Membuat perempuan itu terduduk di sampingnya. Aya berdecak pelan. "Jangan ngagetin gitu bisa gak, sih?"

"Gak."

Aya menyingkirkan pelan tangan kekar milik Samuel yang berada di pinggangnya. "Awas, ah. Aku mau tidur."

Samuel justru menyandarkan kepalanya di bahu Aya. Menghirup dalam aroma parfum yang perempuan itu pakai.

Sampai saat ini, Samuel tidak tahu jenis parfum yang Aya pakai. Seperti campuran harum yang manis dan menyenangkan.

"Parfum lo apa?"

Aya mendelik. "Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

"Jawab, Ay."

"Kepo banget deh kamu, Kak. Kalau udah tau parfum yang aku pakai, terus mau kamu apain? Kasih ke Kak Vania? Iya?"

"Gue lagi break, Ay. Bahas yang lain selain, Vania. Gue capek."

Aya menghela napas panjang. Matanya sayu mengingat dirinya lebih capek menahan rasa cemburunya saat berada di sekolah.

"Kalau bahas capek, aku juga capek, Kak." Aya menggenggam perlahan tangan kekar milik Samuel.

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang