43°

6.5K 257 0
                                    

"Aku mau udahan."

Samuel semakin mengeratkan pelukannya pada Aya. Ia memejamkan mata dengan setetes air yang keluar dari kelopak.

Semilir angin di dekat danau menerpa wajahnya yang sedang gelisah akan gadisnya.

Aya terus terisak sambil meremas kuat ujung baju milik Samuel bagian belakang.

Tidak ada pembicaraan atau bisikan. Keduanya saling hening dan saling nyaman dalam dekapan.

Beberapa menit saling mendekap, Aya lebih dulu menjauhkan tubuhnya dari Samuel. Ia menaikkan wajah, dan mengulurkan tangan pada pipi kekasihnya.

Menepis lembut air mata yang hendak keluar lagi dari kelopak mata milik Samuel.

Ia terus memfokuskan iris matanya pada Aya dengan wajah yang sembab. Tangannya masih melekat di pinggang gadis mungilnya.

"Aku masih bisa hidup tanpa kamu, Kak," ucap Aya dengan sangat pelan, di akhiri senyum tipis--miris--yang amat singkat.

"Gue gak bisa."

Aya menghela napas, menundukkan kepala dengan jemari yang masih dalam genggaman Samuel.

"Hari ini ... hari terakhir aku anggep kamu jadi pemeran utama di cerita hidup aku." Ia menaikkan wajah pelan.

Mengunci tatapan Samuel yang melemah. "Aku udah gak akan pernah bisa masuk ke kehidupan kamu lagi, Kak," lanjut Aya dengan lirih.

"Ay--"

"Kamu egois."

"Ayyara--"

"Kamu juga jahat."

"Ay, gue--"

Aya menggeleng pelan sambil terkekeh miris. "Udah gak ada yang bisa aku pertahanin dari hubungan ini."

Samuel menghela napas panjang. "Ay, gue mau--"

"Mau aku bertahan lagi sama kamu?" Aya menggeleng kuat. "Aku gak bisa, Kak."

"Hubungan itu bukan cuman satu pihak yang bertahan. Tapi dua-duanya saling menguatkan."

Tatapan mereka kembali terkunci. Aya menahan semua gejolak emosi di hadapan Samuel.

Bahkan lelaki itu sama sekali tidak berlaku kasar pada Aya. Paling parah mungkin hanya kalimat yang sedikit meninggi. Itu pun bagi Aya nada Samuel tidak setinggi seperti Ayahnya.

"Gue gak mau lo pergi, Ay," ucap Samuel dengan nada sangat lembut. Bahkan suaranya yang berat itu membuat Aya melemah.

Aya mengusap pelan jemari Samuel. "Bukannya selama ini kamu yang sering pergi ninggalin aku?"

Samuel terdiam. Tandanya pertanyaan Aya jawabannya itu 'iya'. Sebab selama ini yang sering pergi meninggalkan Aya sendirian di apartemen itu Samuel.

Pergi kencan bersama Vania. Bahkan saat merasa hubungannya sedang hangat-hangatnya, Samuel justru kuliah di luar negeri.

"Kita pulang, dan kamu harus anggep aku kayak orang di awal kita ketemu."

Asing.

•••••

"Kak Ayanggg! Ishh! Ke mana aja, sihh?? Ini aku bawa legonya! Ayoo main sama, Bubuu jugaa!!"

Aya mencium gemas pipi Vero setelah menaruh tas selempang di atas sofa depan televisi.

"Suapin bentar ya, Ay. Mama mau keluar dulu beli sayur mateng."

"Iya," balas Aya, lalu mengambil mangkuk berisi sayur milik Vero.

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang