41°

6.6K 243 1
                                    

Hangat menyelimuti tubuhnya yang mungil. Semilir angin membuat anak rambutnya perlahan tergeser.

Tangan kekar milik kekasihnya mengeratkan jaket yang lekat di tubuh gadisnya.

"Udah?" tanya Samuel memastikan.

Aya mengangguk samar, semakin mendekatkan tubuhnya pada Samuel yang berjalan di sampingnya.

Kini kedua insan itu tengah berjalan menuju sebuah meja yang sudah terdapat dua gelas minuman dan beberapa menu makanan penutup.

Acara malam ini berjalan cukup lancar. Dibukanya kedai kopi di tempat yang strategis, dan dijual dengan harga pelajar.

Katanya, usaha ini akan dipegang oleh Aya, yang uangnya bukan dari keluarga Samuel. Melainkan dari Ayah dan Bunda Aya yang kala itu menitipkan warisan.

Keduanya terduduk bersampingan. Samuel dengan lekat menatap gadis di sampingnya yang tengah meneguk air.

"Padahal udah disiapin kursi di depan aku," gumam Aya, melirik singkat pada Samuel.

"Biar mata lo dijaga."

Aya menoleh. "Apaan jaga-jaga segala?" cibir Aya, di akhiri lirikan sinis pada Samuel.

"Lo kok gitu sih, Ay?" tanya Samuel keheranan.

Ia menghadapkan tubuhnya pada Samuel. Dua tangannya menangkup rahang tegas milik lelaki itu.

"Bercanda doang, Kak Samuelkuu," balas Aya dengan gemas.

Ia terkekeh melihat Samuel yang mengubah rautnya menjadi sangat datar.

Kala keheningan menyelimutinya yang sedang saling tatap dengan kedua tangan Aya yang masih menangkup wajah Samuel, mendadak suara Mama membuat keduanya mengerjapkan mata.

"Dicariin ke mana-mana sama Mama, taunya di sinii ... hadeuuhhh!"

Mama mendudukkan tubuhnya di hadapan Aya dan Samuel. Perempuan itu malam ini tampak cantik dengan sentuhan kemeja putih dan celana panjang berwarna cokelat muda polos.

"Sam," panggil Mama sambil menatap Samuel dengan begitu serius.

"Hm."

"Kamu kan udah lumayan lama ya pacaran sama Vania." Mama menjeda ucapannya.

Jadi, Kak Sam belum ngasih tau soal hubungannya sama Kak Vania yang udah putus? tanya Aya dalam benak.

Dari bawah meja, lelaki itu meraih lembut jemari Aya. Digenggamnya erat tanpa menoleh ke arah Aya yang sudah dipastikan gugup.

"Mama sama Papa mau kamu jalin hubungan yang lebih serius lagi sama dia, Nak. Terlebih lagi kamu tinggal di sana sendirian."

Samuel menghela napas. "Aku tinggal di sana juga bisa jaga diri sendiri, Ma. Ada apa, sih?"

Mama mengernyitkan dahi. Menoleh ke samping saat suaminya datang dan duduk di sebelahnya.

"Harusnya kamu yang ada apa, Sam? Apa kamu lagi ada masalah sama, Vania?" tanya Papa, menatap fokus Samuel yang tengah menatap piring di hadapannya.

"Papa sama Mama cuman mau kamu lebih serius sama Vania, Nak. Gak lebih." Imbuh Mama.

Aya mengedarkan pandangannya. Ia berusaha menampilkan wajah baik-baik saja dengan genggaman hangat dari Samuel.

"Ma--" Ucapan Samuel terputus, kala perempuan dengan pakaian senada dengan Mama datang, dan saling memberi kecupan singkat di pipi.

"Mana Vania nya? Ikut, kannn??" tanya Mama, yang membuat Aya perlahan melepas genggaman dari tangan Samuel.

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang