34.5K 1.4K 4
                                    

"Kak," panggil Aya pelan dari samping, yang seperti tengah mengumpat di lengannya.

"Hm?"

"Itu ... bukannya Dio, ya?" cicitnya pelan, sambil mengarahkan pandangan pada lelaki bertubuh gempal dengan keranjang belanjaannya.

"Gapapa," ucap Samuel singkat, dan kembali menarik pelan tangan Aya ke tempat makanan ringan.

"Ay! Ayy! Ayaaaa!"

Ternyata benar dugaan Aya. Dio akan antusias bertemu dengannya. Samuel juga sudah tahu kabar burung bahwa Dio dan Rian menyukai gadis imutnya ini.

"Eh?--mmm ... Dio? Kamu lagi belanja juga?"

Dio menampilkan deretan giginya. "Iya, nih, Ayy ... btw, lo lagi belan--loh, kok lo bisa sama Samuel? Kalian saling kenall??"

Samuel sibuk memilih makanan, masih bisa mendengar pertanyaan Dio. "Sepupu."

Dio menatap ke arah Samuel dari belakang yang baru saja membalas pertanyaannya. "Ooohhhh ... sepupu ...." Dio membulatkan mulutnya seraya mengangguk-anggukkan kepala.

"Pantesan aja, sama-sama pinter."

Aya tersenyum kikuk. "Kamu juga pinter, kok, Di. Aku suka denger cerita dari Kak Samuel."

Dio kembali salah tingkah. Ini adalah ide cemerlangnya agar bisa mendapatkan Aya yang menjadi sepupunya Samuel.

"Ngg--Di, aku lanjut belanja lagi, ya. Duluan ...."

"Iya, Ay. Hati-hati, ya ...."

•••••

"Kak, beli ini, ya?"

"Hm."

"Kak."

"Hm."

"Kak, beli ini dua gapapa?"

"Hm."

Aya membalikkan tubuhnya. Mendapati wajah Samuel yang sangat datar. "Kenapa sih, Kak? Ham-hem-ham-hem mulu dari tadi. Aku kebanyakan ya belanjanya?"

Samuel tidak menjawab. Ia justru mengambil ponsel milik gadisnya yang ada dalam genggaman jemari mungil itu. "Mau ngapain??"

Tidak ada jawaban dari Samuel. Dengan cepat Aya mendekati Samuel. Tapi usahanya sia-sia, sebab tinggi lelaki itu membuatnya mendesah kecil.

"Ah, Kak. Ngapain sih? Jangan buka-bukain chat aku, dong ...."

"Kak." Aya menggoyangkan pelan lengan Samuel.

"Kak Sam, ngapain, sihh?"

Samuel menyimpan ponsel Aya ke dalam saku celananya. "Udah?"

Aya mendengus pelan. Ia sendiri tidak mengerti kenapa Samuel mendadak lebih datar dan menyebalkan seperti ini? Atau penyebabnya tadi? Dio?

Aya menahan lengan Samuel sebelum lelaki itu melangkah kembali. "Kamu cemburu, ya?" bisik Aya, membuat lelaki itu mendelik tajam.

"Tuh, kan bener ... aku sama dia gak ada apa-apa tau. Jangan marah dong, Kak. Aku takutt ...."

Samuel dengan raut wajah datarnya, mengaitkan jemari dengan jemari mungil milik Aya. Keduanya kembali berjalan mencari kebutuhan yang sudah habis.

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang