28°

8K 331 0
                                    

"Kak, aku ke bawah bentar, ya. Mau beli makanan di minimarket."

Samuel mengangguk sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Gue nitip rokok."

Aya mendelik tajam, saat memakai jaket dan meraih dompet di dekat Samuel duduk.

"Hah?? Apaan itu rakak-rokok-rakak-rokok? Gak ada rokok. Baru juga sembuh." Ketus Aya.

Samuel berdecak pelan. "Satu batang aja, Ay."

"Seperempat batang," ucap Aya, memberi tawaran pada Samuel.

"Terserah lo."

Tanpa Samuel sadari, Aya tersenyum simpul. Ia mendekatkan jarinya pada pipi lelaki itu, lalu mencoleknya begitu saja, dan melangkah meninggalkan apartemen.

Shit. Cewek gue nakal.

Saat tatapannya fokus pada televisi, mendadak bel apartemen berbunyi. Membuatnya harus beranjak dari duduk, dan melangkah menuju pintu.

"Atas nama Ayyara Ghazi?"

Beli apa lagi sih ni bocah? Batinnya merutuk kesal. "Iya," balas Samuel, lalu mengambil alih paket tersebut, dan menutup pintunya kembali.

Mungkin, kurirnya sudah hafal dengan wajah Samuel yang tiap kali menerima paket, Aya pasti keluar.

Sistem di apartemen ini, kurir boleh masuk dengan syarat atas izin pembeli barang yang bertanda tangan di atas kertas.

Ya, bisa disebut kurir tadi adalah kurir langganan. Samuel membawa paket itu ke sofa. Dan di deskripsi, tidak dijelaskan apa isi dari paket tersebut.

Ia harus menuntaskan tontonannya yang sedikit lagi berakhir. Tidak lama kemudian, pintu terbuka. Menampilkan Aya yang membawa dua paper bag penuh.

"Kak, itu paket aku, ya?"

"Hm."

Aya langsung menaruh belanjaannya di dekat sofa, dan mengambil paketnya dengan posisi berdiri di hadapan Samuel.

"Ck, minggir, Ay."

"Aya."

"Minggir."

"Ayyara, minggir."

Aya terlalu fokus dengan paketnya. Ini adalah buku yang ia incar sejak tahu lalu, dan baru keluar dengan versi terbaru lagi.

Samuel meraih pinggang Aya, lalu mendudukkan gadis itu di atas pangkuannya.

Sedangkan sang empu, masih belum tersadar akan hal itu. Tatapannya amat dalam pada judul buku yang membuatnya tergila-gila.

Saat merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya, sontak Aya menoleh. "Ish, ngapain sih?" Ia beranjak, menatap kesal Samuel.

Samuel menaikkan satu alisnya. "Masih nanya, hm?"

"Enggak. Gak nanya. Aku gak nanyeaa."

"Oh."

Aya mencebikkan bibirnya. Mengambil barang belanjaan, kemudian menaruhnya di atas meja pantry.

Dengan kesal, ia melayangkan sebungkus rokok pada Samuel, dan sialnya, bungkus itu tepat terkena tengkuk Samuel.

"Ssssh, Ay ...." Samuel menoleh ke arah meja pantry. Mendapati Aya yang tengah menata barang belanjaan.

Ia tersenyum simpul, sebelum mengambil bungkus rokok pesanannya tadi. Bagaimana pun juga, Aya masih memakai uang keluarga Samuel.

Sepertinya tidak ada hak untuk melarang setiap keinginan Samuel. Kecuali ... tunangan.

•••••

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang