37°

5.8K 245 1
                                    

"Ma, Aya naik angkutan umum aja ya, Ma? Gak mau dianter-jemput gitu sama, Kak Altar. Banyak yang julidin Aya, Ma. Naik angkutan umum aja, ya? Ya, Ma? Oke?"

Mama mengurut pelipisnya pening. "Kamu ini, Ayy ... Ayy. Jadi, kamu milih dijulidin atau terjadi sesuatu yang enggak-enggak sama kamu, hmm?"

Vero menepuk pelan pipi Aya, membuatnya menoleh. "Kenapa, Sayang?"

"Ayo, mainn!!"

Aya mengulurkan tangannya pada Vero yang sudah berdiri. Tapi sebelum ia meminta pertolongan pada Vero untuk berdiri, ia menunggu jawaban Mama yang pasti terlebih dahulu.

"Ya, Ma?" ulangnya lagi.

Mama menggeleng pelan. "Enggak, Cantik. Mama gak akan ngizinin kamu naik angkutan umum ke sekolah. Di sini tuh rawan, Sayangnya Mama yang cantik, baik, imut. Kamu mau di anu-anuin sama anak sini, hm?"

Aya mengernyit. "Anu-anuin?" beonya.

"Di raba-raba, Ayyara. Kamu mau? Enggak, kan? Yaudah. Nurut aja sama, Mama."

Aya menghela napas panjang. Ia kembali mengulurkan tangan pada Vero. "Tarik aku, Ver."

Dengan sekuat tenaga, anak lelaki itu menarik Aya sambil meringis. "Kak Ayang, kok enteng, sihh??"

Aya mengecup singkat tangan Vero. "Aku kan, gak sebanyak kamu makannya. Jangan diikutin, ya."

Vero mengangguk. "Ayoo, liat Bubuu!!" seru Vero, sambil meninju tangannya ke atas.

"Katanya mau main."

Vero mendongak. "Iyaa ... tapi main sama Bubu, Kakk. Ayo Kak Ayangg!!"

Akhirnya mereka berjalan menuju kamar. Membuka gembok yang mengunci pada kandang Bubu.

Dengan gemas, Vero membawa Bubu ke dekat kasur. Sesekali lelaki kecil itu mengecup Bubu yang menggemaskan.

Sedangkan Aya sekilas memerhatikan interaksi antara Vero dan Bubu dari tepi ranjang. Tatapannya beralih pada meja belajar yang terdapat sebuah bingkai.

"Kak Ayy!"

"Kak Ayangg!"

"Kakk!"

"Bubu, pup di baju akuuu!!!"

Aya mengerjapkan mata. Ia melihat Vero yang sudah menjepit hidungnya dengan satu tangan, dan satu tangannya lagi menahan agar Bubu tidak kabur.

Ia langsung membawa Bubu ke kamar mandi. Tidak biasanya Bubu seperti ini. Bubu itu sudah tahu tempat yang dijadikan untuk buang hajat.

Vero mengikuti Aya sampai kamar mandi. "Kamu jangan lepas baju sendiri, ya. Sebentar dulu. Aku mau urusin Bubu, terus nanti kamu mandi lagi. Oke?"

Lelaki kecil itu mengangguk. Tangannya semakin kuat menjepit kedua hidung.

Setelah selesai mengurusi Bubu, ia membersihkan kotoran kucing yang tidak terlalu banyak yang menempel pada baju Vero.

Aya tertawa kecil. "Ini tandanya kamu belum mandi, Vero sayang ...."

"Ihhh! Aku udah mandi tau, Kak Ayyy! Enak ajaa! Aku tuh dimandiin sama Kak All! Terus tadi Kak Al bilang, tahun depan aku harus disunat biar--"

"Oh ya?" putus Aya, mengalihkan topik pembicaraan. "Kalau udah mandi, kenapa hidungnya masih ada, hm?"

Vero tertawa. "Kak Ayang, lucu bangett dehhh! Cocok jadi pacarnya Kak Altarr yang mukanya datarr."

Tawa Aya memudar. Ia fokus menyabuni tubuh Vero, lalu mengguyur pelan dengan air.

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang