21°

9K 405 1
                                    

"Gimana, Kak? Bisa ujiannya?" sambut Aya, lalu melepas jaket yang dikenakan oleh Samuel.

"Bisa," balas Samuel sekenanya.

Aya mengangguk singkat. Melangkah mengikuti lelaki itu menuju dapur.

"Tadi mereka ke sini, kan?" tanya Samuel memastikan.

"Iya, ke sini. Tuhh, liat aja, berantakan."

Samuel berdecak pelan. "Nanti gue tegur."

"Tapi jangan dimarahin ya, Kak. Kasian--"

"Kasian ke diri lo atau ke mereka?" sela Samuel dengan cepat.

Aya menaruh gelas berisi air di hadapan Samuel, agar lelaki itu meminumnya.

"Y-ya ... kasian dua-duanya, sih." Gugup sekali mendapatkan tatapan menyelidik dari Samuel.

Ia akhirnya berjalan menuju kulkas. Mengeluarkan kue yang baru dibeli kemarin.

"Mau?" tawar Aya, sambil menyodorkan sendok berisi potongan kue.

"Suapin."

Aya merotasikan bola matanya malas. "Kalau ketauan Mama, kamu bisa kena geplak, Kak."

"Mama gak liat."

"Ya, nanti aku laporin."

Samuel menaruh ponselnya. Kini beralih menatap Aya yang tengah duduk di sampingnya sambil memakan kue.

"Lo jangan gemes-gemes kenapa sih, Ay."

Aya terkekeh. Menyuapkan kue ke dalam mulut Samuel yang menatap wajahnya dengan intens.

"Itu larangan atau pujian?"

"Dua-duanya." Samuel menempelkan dahinya pada dahi Aya. Membuat gadis itu mendorong pelan dada Samuel.

"Lo home schooling aja, ya?"

"Gak-gak-gak mau. Kamu kenapa sih Kak, tiba-tiba ngomong gitu?"

"Takut ada yang ngincer lo."

Aya tertawa kecil setelah menampilkan wajah sungutnya tadi. "Anehh! Aku ini bukan bidadari. Lagian banyak kok, cewek SMA Tunas Bangsa yang cantik-cantik. Iya, kan?"

"Gak."

"Ah, masaa?? Itu, Kak Vania?"

"It--"

Baru saja hendak menjawab ucapan Aya, tapi Samuel lebih dulu dikagetkan oleh kucing yang mengetuk kakinya.

Ia membawa kucing itu ke dalam pangkuan. "Mau makan?" tanya Samuel, mengelus lembut kepala kucing itu.

Miaaww

"Lo belum kasih makan, Ay?"

"Ihh, udah, kokk! Dia nya aja yang caper sama kamu! Dasarr caperr!" Aya mengusap kepala kucing antara gemas dan jengkel.

Samuel melirik singkat pada Aya. Ia berdecak melihat kelakuan gadis mungil itu yang membuat kucingnya merasa ternistakan.

"Ayyara ...," tegurnya dengan nada pelan. "Kasian."

Aya melengkungkan bibirnya ke bawah. Melihat kedekatan kucingnya dengan Samuel, membuatnya iri.

"Awas aja, aku gak urusin kamu lagi." Ancam Aya pada kucingnya.

•••••

"Kangenn," rengek Aya sambil mendekap foto kedua orang tuanya.

"Bun, aku pengin cerita banyak tentang bulan ini." Monolog Aya, dengan posisi tubuhnya yang tengkurap di atas kasur.

"Dari yang Kak Sam cuek banget, Kak Vania tau hubungan aku sama Kak Sam, sampai Kak Sam sayang banget sama aku."

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang