22°

8.5K 387 0
                                    

Lusa malam sudah acara prom night. Sepertinya Aya harus memilih baju terlebih dahulu untuk persiapan acara tersebut.

Mengingat pasangannya adalah Samuel, terbesit rasa takut tidak cocok di lihat banyak orang.

Terlebih lagi ini acara khusus kelas XII yang notabene-nya, Aya kurang kenal dengan teman sekelas atau bahkan angkatan Samuel.

Dering ponsel berbunyi. Menampilkan nama Mama di sana. Aya memencet tombol hijau, lalu melambaikan tangan ke layar ponsel.

"Ayaaa!!" Heboh Mama, kala Aya tersenyum singkat.

"Maaf banget, yaa, Ayy ... Mama kayaknya bulan ini gak bisa ke sana dulu. Mama sibuk banget sama Vero, Ay. Tante Dewi soalnya lagi sibuk sama kerjaannya di luar negeri."

Aya terdiam sejenak.

"Kata Bu Tri, kamu kalah perlombaan kemarin itu, ya?? Gapapa ya, Nak. Kalah-menang itu bukan yang utama. Yang penting itu, kamu berani, percaya diri, dan yakin. Segitu aja Mama udah bangga."

Padahal Aya bukan anak kandung dari Mama. Bahkan Samuel yang pintarnya level seperti itu pun jarang mendengarkan kalimat itu dari Mama.

Aya merasa .... sosok ibu dalam diri Mama.

Ia tersenyum getir, sambil berjalan menuju lemari, lalu kasur. "Iya, Ma. Aya juga gak terlalu ambil pusing buat soal itu."

"Iya, Sayangnya Mama ... eh, Ay. Kamu ambil rapot bulan ini, ya??"

Aya mengangguk cepat. Ia menatap Mama dari layar ponsel. Menunggu perempuan itu bicara selanjutnya.

"Kalau diwakilin sama Samuel dulu bisa, kan?? Nanti Mama coba konfirmasi ke Bu Tri atau Pak Hendra deh ya, Ay."

Aya membalas, "Tapi, Ma. Aku takut gitu diwakilin sama, Kak Sam. Takut yang lain ngiranya aku pengin banget diwakilin sama, Kak Sam."

Mama tertawa kecil. "Ck, Ay. Kamu ini. Biarin lah mereka ngomong ini-itu tentang kamu. Ngapain juga dengerin kata orang. Lagian kamu gak rugi ini diomongin sama mereka."

"Tapi, Ma ...." Rengek Aya, lalu membawa ponselnya menuju atas kasur.

Ia memposisikan tubuhnya telungkup, sambil mengarahkan layar padanya.

"Yang suka sama Kak Sam itu hampir satu sekolah tau, Ma. Ada level-levelnya gitu ... dari yang diem-diem, sampai yang ngaku-ngaku jadi mantannya, Kak Sam."

Padahal, Samuel hanya memiliki satu mantan. Yaitu Vania. Mama kembali tertawa mendengarkan cerita Aya. Ia bahkan baru tahu bahwa anaknya ternyata seganteng itu di sekolahan.

"Perasaan menurut Mama, Samuel gak ganteng banget deh, Ay. Gantengan juga Papa."

"Yeeehhh ... itu mah kan Papa emang suami Mama. Selera Mama."

Keduanya melanjutkan obrolan panjang. Membuat Aya tidak sadar, bahwa dirinya belum mandi, belum menyapu, bahkan mencuci baju.

•••••

Sesampainya di apartemen, seperti biasa Samuel membuka sepatu, menaruhnya di rak. Lalu berjalan menuju dapur.

Ia tidak menangkap gadisnya. Ke mana gadisnya?

Samuel lebih dulu meneguk air, sebelum melangkah menuju kamar Aya.

Samuel mengetuk pintu sambil memanggil pelan Aya. "Ay, lo tidur?"

Pintu terbuka. Menampilkan Aya dengan rambutnya yang sangat berantakan seperti singa. Ia menguap cukup lebar, tapi Samuel lebih dulu menutup mulut Aya.

MOST WANTED [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang