[𝕽𝖔𝖞𝖆𝖑 𝕹𝖎𝖌𝖍𝖙𝖒𝖆𝖗𝖊]

1.3K 166 14
                                    

Niat awal haechan adalah menemui jaemin tadinya, ia ingin meminta maaf atas kejadian beberapa hari lalu.
Namun melihat renjun yang lebih dulu bersama pria tersebut membuatnya berpaling dan berhenti di depan ruangan milik jeno.

Ruang raja, ruang kerjanya.

Ia meminta para pengawal untuk mengizinkannya masuk serta menyuruh mereka memberitahukan kehadirannya kepada Raja Jung di dalam sana.

"Masuklah pangeran" Haechan berterimakasih sebelum pada akhirnya berjalan memasuki ruangan besar tersebut.

Indah nan cantik, jeno merancang kerajaan dengan cukup, ah tidak.
SANGAT indah

"Kau datang?" Tanya jeno, mengisyaratkan haechan untuk duduk pada kursi depan  yang hanya di batasi oleh meja kaca panjang miliknya

Haechan menarik kursi sembari mengangguk "bersama seluruh saudaraku juga" Jawab haechan, ia masi menatap kagum pada ruangan jeno

Jeno menyatukan alis "bertemu mark?" Kali ini pandangan haechan tepat ke jeno, ia menggeleng "Tidak" Jawabnya singkat.

Jujur ia tak ingin menemui pria itu untuk beberapa saat, mengingat bahwa mark pernah hampir membunuh renjun hanya karena dirinya.

Ia menangis, meraung semalaman meminta maaf kepada renjun setelah cerita itu di ceritakan oleh Shotaro yang menyelamatkan renjun sendiri.

Hening.

Pikiran haechan berisik, ntah yang mana satu yang harus haechan utamakan.
Sedangkan jeno diam, menunggu haechan yang sepertinya ingin melanjutkan pembicaraan ini

Helaan nafas terdengar sangat berat dari haechan "Maaf jeno"

Jeno bingung, sungguh
"Untuk?" Tanyanya pelan

"Segalanya, aku dan mark yang menciptakan kekacauan ini semua. Aku sungguh minta maaf, jika saja hari itu kami sama sama tidak egois maka keadaan tidak akan seluruh sekarang, dan ibum-

"Tak apa, takdir"
Haechan meremat bajunya menahan tangis, ia kesal kepada diri sendiri

Jeno tak ingin membahas tentang kematian ibunya, itu sensitif, ia tak ingin menangis dan terpuruk terus terusan.

"Jeno aku bena-

"Haechan dengar" jeno mengubah posisi duduknya agar sedikit merasa lebih nyaman "satu satunya manusia yang pantas mendapatkan maafmu itu hanyalah renjun, shotaro dan chenle. Terlepas dri mereka semua, maka tak ada yang perlu kau khawatirkan lagi"

Mau bagaimana lagikan, maaf maaf maaf.
Jeno agak sedikit muak dengan kata itu, dari mulai ayahnya, kakanya bahkan sekrang pria yg ada di hadapannya

Kata maaf terus terngiang didalam otaknya.

"Ka-

"Kau berduaan bersamanya?" Suara berat mark membuat atensi jeno dan haechan teralihkan

"Maaf Raja, kami sudah menahan pangeran pertama untuk tidak masuk"

"KENAPA??KENAPA AKU TIDAK BOLEH MASUK HAH?!" Pria gila, ntah apa masalahnya sekrang.

Baru tadi pagi dirinya meminta maaf, sekarang sudah berulah lagi "keluarlah" perintah jeno kepada pengawal yang baru saja di marahi mark

Jeno berdiri, ia berjalan mendekati kaka pertamanya "ada apa?" Tanya jeno dengan tenang, tanpa di jawab pun jeno tau apa yang ada di pikiran mark.

Mark melangkah, mengabaikan pertanyaan jeno yang hilang terbawa angin "Jangan sekali kali mendekatinya mark"

Mark tak peduli sungguh, ia hanya ingin membawa haechan jauh dari jeno.
Mark menarik tangan pria yang lebih kecil dari dirinya untuk keluar, namun haechan dengan sekuat tenaga menahan diri

"Aku tak mau!" Tolak haechan, apa kalian pikir mark peduli? Tidak.

Melihat hal itu, jeno memutar bola mata malas, ia mendekati mark dan mengeluarkan pedang miliknya
"Lepaskan tanganmu dari tangan calon ratuku!!"

Diam, mark diam sejenak disaat mendengar perintah itu, ia menatap jeno dengan pandangan terkejut "Lepaskan, atau tanganmu yang kulepaskan dengan pedang ini" ancam jeno mutlak.

Mark kini menatap haechan yang tengah mengadu kesakitan karena cengkeramannnya.

Dengan perlahan cengkeraman itu memudar, mata mark memanas, dan hatinya sakit.
Fakta bahwa haechan bukan lagi miliknya, adalah fakta yang tak bisa ia terima setelah kematian ibunya.

Bruk

"Tidak haechan, jangan tinggalkan aku, ku mohon" mark bersimpuh di kaki haechan dengan air mata yang mengalir

"Haechan kau tak bisa melakukan ini padaku, maafkan aku ku mohon sayang, maafkan " Mark meraung, ia hanya ingin haechannya sekarang.

Haechannya yang selalu menerima kedatangannya, haechan yang menerima tangisnya, haechan yang tertawa bersamanya.
Dia ingin haechan kembali pada pelukannya

Tak ada jawaban, haechan hanya diam enggan menatap mark yang ada di bawahnya

Mark kini merangkak pada jeno, ia bersimpuh padanya "Ku mohon jeno, kembalikan haechanku, aku tak memiliki siapapun sekarang.
Kalian membenciku, aku hanya butuh haechan jeno, ku mohon jeno, ku mohon kembalikan dia" Mark kini bersujud di bawah kaki adiknya.

Dia kesepian, dia sendirian.
Ia tau, ini semua ia dapatkan dri keegoisannya

Ibunya pergi, ayahnya dipenjara.
Lantas pelukan yang mana lagi yg harus ia dekap disaat sang pemberi pelukan selain haechan telah pergi entah kemana.

Para adik adiknya slalu menatap mark dengan penuh kebencian, bahkan jisung yang slalu mengagumi mark kini enggan menatapnya

Ia salah, tapi ia juga butuh tempat bersandar.
Ia tak kuat, bebannya terlalu berat.

Ia ingin membenci ayahnya yang telah membawanya pada titik kehancuran ini, tapi ia tak mau, karena darah sosok itu mengalir pada darahnya juga.

Jeno menjatuhkan pedang miliknya, ia menyamakan tingginya dengan mark dan membangkitkannya dri kesujutan yang mark lakukan

Jeno memeluk kakaknya, tangisnya pecah.

Tangis keduanya terdengar pilu  sekali jika di dengar "Ibuku jeno, ibuku juga enggan melihatku lagi jeno, ib-bukuuu"

Jeno semakin mengeratkan pelukan itu, mark terluka hebat. Ia tau, ia paham.
Lantas bagaimana, ia juga marah kepada sosok itu.

"Jeno maafkan aku jeno, aku mohon.
Jangan menatapku dengan penuh kebencian lagi, aku sakit jeno, aku terluka jeno.
Jii-sung bahkan tidak ingin melihatku "
Dalam tangisnya, jeno mengangguk yang mungkin tidak akan membuat mark tenang sedikitpun

"Sungchan marah padaku jeno, apa yang harus kulakukan untuk menembus ini semua, AKU JUGA MARAH PADA DIRIKU YANG BODOH INI PERCAYALAH JENO" Lagi lagi jeno mengangguk, ia mengusap punggung mark

"T-tak apa mark, tenang lah"

Nafas mark yang tadinya memburu, kini terlihat sangat tenang, jeno menjauhkan diri dari pelukan tersebut dan betapa terkejutnya disaat melihat mata mark yang
Memejam

Ia menangkup pipi sang kakak dan mulai menamparinya dengan pelan "Mark, mark bangun"

Haechan yang tadinya hanya diam menyaksikan keluhan mark, kini mulai mendekati sang kekasih hati "Mark, buka matamu"

Jeno memberikan mark dipangkuan haechan, ia berlari kedepan dan menyuruh pengawal untuk memanggil tabib kerajaan serta beberapanya memanggil setiap anggota kerjaan.

Mark yang malang, apa kau merasakan sakit yang mendalam??

Benar kata orang, manusia tidak akan mengerti jika tidak merasakannya sendiri.

Sekrang seharusnya mark sudah mengerti kenapa renjun tak ingin pulang pada kerajaan royaley disaat mark terus terusan memaksa renjun untuk pulang.

Benar, karna seluruh manusia disana pernah menatap renjun dengan penuh kebencian hanya karena status kematian haechan yang masi tak jelas arahnya.

Bersambung...

𝕽𝖔𝖞𝖆𝖑 𝕹𝖎𝖌𝖍𝖙𝖒𝖆𝖗𝖊Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang