🌱 22. Kalian nge-date? 🌱

4.9K 446 50
                                    

Kilau terik masuk melewati celah korden. Bersamaan dengan itu, suara gaduh menyapa. Haven mengucek mata, kemudian berguling ke samping. Namun, tidak berhasil. Ia mencoba lagi untuk mendapatkan hasil yang sama. Haven pun memutuskan tetap berbaring sambil menonton Irfan yang sibuk mencari sesuatu. Melihat penampilan laki-laki itu, sepertinya Irfan akan berangkat sekolah.

Haven menoleh ke kanan. Ada Farel yang tidur nyenyak. Semalam, mereka tidur larut akibat Haven mengomel tentang mengirim pesan kepada Aqilla. Lalu, itu berujung pada perdebatan di antara mereka.

Irfan kian ribut mencari barang entah apa. Hal itu membangunkan Farel. Melihat betapa payahnya Irfan, Farel berceletuk, "Hari ini sekolah libur."

Ucapan itu sontak menghentikan Irfan. Remaja itu menoleh. "Libur kenapa?" tanyanya.

"Sabtu, sekolah libur."

Irfan terkekeh. Sebelah tangannya meraup wajah. Ternyata hari ini sekolah libur. Irfan meremat dasi yang akan dipakainya. Kemudian, ia menertawakan dirinya yang ingat untuk sekolah di hari Sabtu, sementara lupa sekolah di hari Senin.

🌱🌱🌱

Tiga laki-laki itu menuruni anak tangga. Di meja makan, mereka disapa Bella yang tengah menyajikan beragam masakan. Mata Farel berbinar melihat aneka makanan, sedangkan Irfan terdiam.

"Ayo duduk, sarapan dulu. Alex mau makan apa?"

Saat pertanyaan itu meluncur, Farel dan Irfan sama-sama tahu alasan Bella menyajikan banyak hidangan.

Bella mendekat sambil merentangkan tangan. Haven langsung menolak dengan memalingkan wajah ke belakang punggung Farel.

"Semalem Kakak nggak pulang?" tanya Irfan.

Bella mengalihkan perhatian. "Iya. Ini karena rasa tanggung jawab ke Alex," balasnya.

"Kak Rion nggak marah?"

"Enggak."

"Kalo nanti Kak Rion ke sini, jangan pake aku buat alasan," sahut Irfan, lalu mengambil duduk di kursi.

"Iya, iya. Farel, ayo duduk, sarapan. Alex, sini sama Kak Bella."

Lagi, Haven menolak. Dirinya tetap memalingkan muka. Ia memang suka diperhatikan, tetapi perhatian Bella berlebihan sehingga membuatnya muak.

"Lel, ana," titah Haven.

Farel tersenyum kepada Bella, kemudian duduk di sebelah Irfan.

"Nenek pulang?" Irfan bertanya sembari menyendok nasi. Matanya menatap Bella yang menunduk memandang ponsel.

Bella mengangkat wajah. "Iya. Nenek pulang tadi pagi. Nggak bilang mau ke mana. Eh, kalian berdua mau bantu Kak Bella nggak?" katanya.

"Bantu apa?" Irfan bertanya

"Belanja bulanan. Mau, kan? Nanti kalo uangnya sisa, kalian boleh pake buat jajan."

Irfan memutar mata. "Iya, boleh dipake. Soalnya uangnya sisa dikit," tukasnya.

"Kali ini nggak gitu. Tak tambahin deh. Mau, ya? Ajak Alex sekalian juga."

"Kak Rion mau ke sini?"

Bella tertawa. Dengan tangan memegang pisau, ia menawarkan, "Mau, ya?"

🌱🌱🌱

Di atas pangkuan Farel, Haven berdiri menengok ke luar jendela. Rasanya cukup lama dirinya tidak melihat jalanan kota. Mengingat jalanan kota, ia jadi ingat ketika Mika memberinya kutukan. Haven tidak tahu jika rasa cemburu membuat wanita mampu berbuat sedemikian rupa. Haven merinding saat teringat kali pertama berubah wujud.

"Fan, masih jauh nggak?" tanya Farel.

Irfan yang sedang menyetir menyempatkan menoleh. "Enggak. Depan lagi, udah sampe. Kenapa?"

"Nggak pa-pa." Farel mengulas senyum, tetapi dalam hatinya ia takut dengan mobil di belakang mereka. Mobil hitam dengan kaca yang sama hitamnya itu tampak familiar di mata Farel. Tadinya ia kira mobil itu searah dengan tujuan mereka. Namun, setelah mengamati sejauh ini, Farel sadar mobil itu mengikuti mereka.

Pada waktu Irfan memutar mobil ke kiri, Farel khawatir mobil di belakang juga mengikuti. Namun, mobil itu justru tetap melaju lurus. Farel menghembuskan napas lega.

Mobil memasuki area parkir. Usai melepas sabuk pengaman dan kunci, mereka keluar, lalu melangkah memasuki supermarket. Tatapan aneh seketika menyerang tatkala Farel dan Irfan masuk ke lift yang berisi dua orang lain. Lewat matanya, Irfan bertanya kepada Farel. Farel sendiri pun tidak mengerti dan hanya bisa menggeleng.

Pintu lift terbuka, kemudian dua orang tadi buru-buru pergi.

"Kenapa sih? Gue terlalu ganteng, 'kah?" monolog Farel.

"Ape."

Farel mengalihkan pandangan ke tubuh gemuk yang ia gendong. "Bayi nggak boleh main hape," lirih Farel.

Haven mendengus. Tubuhnya bergerak minta diturunkan. Walau tubuhnya berubah, setidaknya ia memiliki sepasang kaki yang masih berguna.

Mengetahui pergerakan Haven, Irfan yang baru saja mengambil troli mengambil Haven. Haven sudah mengira dirinya akan dibiarkan jalan kaki sendiri. Namun, kenyataan menghantamnya. Haven didudukkan di troli, di kursi khusus bayi.

"Ndak au! Au tan yi! We au yan!"

Ekspresi Irfan datar ketika mendorong troli diiringi omelan Haven yang tiada henti.

Irfan berjalan menuju rak detergen. Di sampingnya, Farel memegang kertas belanja sembari mencocokkan dengan merk yang diminta Bella. Selagi mencari barang incarannya, Farel sadar dirinya sedang ditatap oleh SPG perempuan di ujung rak. Farel balas menatap dan SPG itu langsung pergi.

Apaan sih? Dari tadi liatin. Kalo mau kenalan, ya ke sini. Dasar cewek, maunya dideketin duluan. Farel geleng-geleng kepala.

Di koridor seberang, Mika dan Aqilla berdiri menghadap rak masker kecantikan. Keduanya membawa keranjang. Mereka memiliki rencana untuk menghabiskan waktu bersama dengan berbelanja.

"Qilla, bagusan masker item apa pink?" tanya Mika.

Aqilla memberi saran, "Dua-duanya, 'kan, warna kesukaan kamu. Ambil aja."

Mika tersenyum. "Iya juga. Ambil sekardus deh," tukasnya, "beli pewangi sekalian aja kali, ya."

Dua gadis itu berpindah ke rak detergen. Mika langsung sibuk memilih pewangi pakaian. Sembari menunggu Mika, Aqilla iseng melihat ke kaca yang dipasang di dekat langit-langit. Tanpa diduga, matanya menangkap siluet bayi yang ia kenal. Aqilla membalikkan tubuh. Pada waktu itu juga pandangannya bertemu dengan Haven.

"Ila! Ila! Ila!" jerit Haven bertubi-tubi.

Irfan dan Farel menoleh, kemudian melihat arah pandang Haven. Mika juga menoleh. Ia langsung menutup mulut menggunakan tangan.

"Ila!" Haven memanggil dengan keras sampai suaranya serak. Hal itu memunculkan simpati pada diri Aqilla. Gadis itu bergegas mendatangi Haven.

"Halo, Alex," sapa Aqilla, "halo juga Irfan, Farel."

Di belakang Aqilla, Mika berjalan sambil bersedekap. Matanya melihat Irfan dan Farel dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Kalian nge-date?" tanyanya.

The Prince's CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang