🌱 2. Pengalaman pertama 🌱

9.8K 831 2
                                    

Usai bubuk putih dilempar, Haven berubah menjadi bentuk lebih kecil. Laki-laki itu berubah bentuk menjadi seorang bayi, dan bayi itu sedang pingsan. Mika berjalan mendekatinya, lalu memasangkan baju beruang. Biarpun dirinya berbuat agak jahat, ia tidak bisa membiarkan Haven kedinginan.

Menunggu setengah jam, Haven bangun. Ia berkedip dengan mata bulatnya yang jernih.

"Wah, Pangeran Haven imut banget." Mika tulus mengatakannya. Tidak ada yang bisa menyangka bahwa laki-laki yang gemar tebar pesona serta mempermainkan hati wanita bisa menjadi menggemaskan.

Haven diam. Seingatnya Mika menyumpahinya, tetapi mengapa kini gadis itu memujinya? Haven hendak bicara. Beberapa waktu kemudian, ia menyadari suaranya berubah. Haven memegang bibirnya dan mencoba bicara. Bukan suara aslinya yang keluar, melainkan suara bayi. Ia menatap Mika dengan mata melebar.

"Kelihatan bagus. Dengan begini, Pangeran Haven bakal tahu rasanya menderita. Walau kejadiannya nggak sama, efek sakitnya nggak jauh beda," ucap Mika.

"Dan semoga ada orang baik yang nolongin. Bye, Haven Brengsek. Mika pulang dulu, udah ditunggu Mama di rumah," pamit Mika lalu berbalik pergi.

"Tata ... tata."

Haven berteriak. Kedua tangannya menjangkau ke depan. Namun, hal tersebut tidak membuat Mika berhenti. Gadis itu semakin menjauh hingga punggungnya hilang di cakrawala. Dengan putus asa, Haven menunduk. Ia melihat kakinya menjadi seukuran bola tenis.

"Ika! Ika!" teriak Haven lagi. Ia mencoba berdiri dan langsung terjatuh.

Haven tidak tahu mengapa perasaannya sangat sedih. Belum lagi air yang mengaburkan pandangannya. "Ika! Ika!" panggilnya dan kembali mencoba.

Usaha Haven hampir berhasil. Sedikit lagi dan dia bisa berdiri.

Pada saat yang sama, seekor kucing gemuk berwarna coklat datang. Seketika Haven waspada. Kucing over berat badan itu bisa melakukan apa saja terhadap tubuh kecilnya. Haven mengepalkan tangan di depan tubuh.

Kucing mendekat. Mata kuningnya berkilat di bawah langit jingga.

Haven sudah menutup mata jika kucing itu sungguh menerkam dirinya. Kenyataannya, kerah baju belakang ditarik dan tubuh Haven berpindah ke arah berlawanan dengan Mika. Seketika Haven berteriak sebisanya.

Hampir lima belas menit lamanya kucing coklat menyeret tubuh mungil Haven. Pada durasi yang sama, Haven melepaskan banyak omelan serta teriakan. Lalu tiba-tiba, kucing berhenti menyeretnya.

"Eh, bayi? Diseret kucing?"

Di ujung gang, Aqilla sedang dalam perjalanan pulang dari pasar. Gadis yang memakai seragam sekolah itu keheranan melihat seekor kucing menyeret bayi.

Aqilla mengulum bibir. Ia heran melihat dua makhluk di depannya. Saat berjongkok, kucing coklat memasang ekspresi waspada. Bulu-bulunya berdiri tegak dan ekornya naik.

"Kenapa kucing culik bayi?" gumam Aqilla. Tangannya merogoh ikan dari kantong plastik.

Tangan Aqilla terulur menyerahkan ikan. Secepat cahaya, kucing mengambil ikan, lalu kabur.

Aqilla menatap lama bayi yang duduk itu. "Ganteng, kamu dari mana?" tanyanya yang membuat Haven tersenyum pongah.

Jadi bayi aja gue tetep ganteng.

"Tata, tata."

Haven terkejut mendengar suaranya sendiri. Tangannya menutup mulut. Memalukan sekali berada dalam tubuh ini dan suara ini. Namun, sepertinya ia pernah melihat gadis itu.

"Ila!" seru Haven setelah membaca name tag di seragam Aqilla. Kini ia ingat bahwa gadis ini adalah teman Mika.

Dari balik kacamata, iris coklat Aqilla berbinar. Bayi yang ia temukan amat manis. Masalahnya entah siapa orang tuanya. Kalaupun dibuang tidak mungkin. Dia terlalu lucu. Mungkin bayi ini diculik dan kucing gemuk tadi menyelamatkannya. Lain kali Aqilla akan memberi banyak ikan untuk kucing itu.

Dentuman dari langit menyadarkan Aqilla. Gadis itu mengambil Haven dari tanah. Sejenak, ia mengamati wajah tembam itu. Tidak bisa lagi menahan diri, Aqilla menggesekkan pipi mereka. "Gemes," katanya.

"Ganteng begini, mana mungkin sengaja dibuang. Bayi Kecil, tenang ya? Kakak bakal rawat kamu sampai orang tua kamu ketemu."

Haven terkejut. Tangannya membentuk kepalan dan memukul-mukul. Menyadari usahanya percuma, tanpa bisa dikendalikan air matanya mengalir deras.

"Huwaa ...."

🌱🌱🌱

"Qilla, ini siapa?"

Sampai di rumah, Bunda Aqilla langsung bertanya. Bayi yang dibawa putrinya sangat tampan. "Kamu disuruh jaga?" tanyanya kemudian.

"Enggak, Bun. Qilla nemu bayi ini di jalan, diseret kucing. Kasihan, kan? Tadi mau cari orang tuanya, tapi keburu hujan," balas Aqilla.

"Kamu mandi dulu, nanti kita pikir lagi gimana cari orang tuanya. Sini, kasih Bunda," ucap Bunda sambil merentangkan tangan.

Dalam sekejap, Haven berpindah tangan. Aqilla pergi meninggalkan ruang tamu sementara Bunda duduk di sofa sambil memangku Haven. Bunda mencari apapun yang bisa dijadikan petunjuk di baju Haven. Hal tersebut membuat Haven risih.

Apa sih? Kok gue digrepe-grepe?

"Aduh, ngompol," tukas Bunda sedikit terkejut.

Mata Haven melebar. Sesuatu basah terasa di bagian bawah tubuhnya. Haven enggan memeriksa, tetapi karena penasaran ia melakukannya. Pada saat itu juga air matanya mengalir bagai hujan. Haven menangis keras.

"Qilla! Tolong beliin pampers!"

Setengah jam kemudian, Haven tenang. Tubuhnya bersandar pada Bunda dan wajahnya sedikit memerah. Haven menatap ke segala arah, asalkan bisa menghindari konfrontasi dengan Aqilla.

"Lucu banget."

Pipi Haven menggembung. Dirinya yang sudah berusia 17 tahun, hari ini minum dari botol bayi juga mengenakan popok. Meski tidak ada yang mencela, Haven merasa malu. Apalagi memakai pakaian bayi yang entah dari mana asalnya. Jika nanti sudah kembali seperti semula, dirinya harus menginterogasi Mika. Bisa-bisanya ada manusia kejam seperti itu.

"Qilla Kamu nemu bayi ini di mana?" tanya Bunda sambil menepuk pelan lengan Haven.

"Di gang deket mall. Tadi pas Qilla temuin, lagi diseret kucing gemuk. Kayaknya bayi ini habis diculik, terus kucing itu nyelamatin," jelas Aqilla.

Bunda mengangguk-angguk. Ia melihat ke luar jendela. Hujan turun dengan deras beserta kilat menyambar. "Besok kamu libur sekolah, kan? Besok kita cari orang tuanya," usul Bunda dengan suara pelan mengingat Haven sudah pulas meninggalkan botol susu yang habis setengah.

The Prince's CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang