🌱 16. Irfan bertemu dengan Irfan 🌱

4.6K 428 17
                                    

Ketika jam sekolah kembali dimulai, Irfan baru saja keluar dari parkiran. Ia berdiam sejenak menikmati hawa dingin pagi. Karena dirinya berangkat awal, ia pikir tidak ada seorangpun selain dirinya. Namun, dari gerbang, Aqilla muncul. Gadis itu sendirian dan langkahnya terburu-buru. Aqilla berlari menaiki tangga. Tanpa ia sadari ponsel miliknya terjatuh dari tas.

Irfan bergegas memungut ponsel itu, kemudian menyusul masuk ke kelas.

Aqilla duduk di bangkunya, lalu mengeluarkan beberapa buku dari tas. Tanpa berlama-lama, ia membaca selembar demi selembar halaman. Irfan yang awalnya hendak memanggil, mengurungkan niat begitu melihat Aqilla fokus. Karena tidak ingin mengganggu, Irfan memutuskan diam dan duduk di seberang Aqilla.

Selagi Aqilla mempelajari materi yang akan masuk ke ulangan harian, Irfan mengamati penampilan gadis itu. Satu kata, yaitu kurus. Walau Aqilla agak tinggi, tetap saja tubuh kurusnya membuat prihatin. Juga kali ini aura Haven padanya sangat pekat. Seolah mereka saling berpelukan.

Lama kelamaan, Aqilla sadar ada yang sedang menatapnya. Gadis itu menoleh. Raut wajahnya sedikit terkejut mengetahui Irfan duduk di bangku samping. "Halo," sapanya.

Irfan mengangguk, lalu mengulurkan tangan. "Hape lo, tadi jatuh," ucapnya.

"Makasih." Aqilla menerima ponselnya dan segera ingin melanjutkan belajar.

"Katanya lo punya adek."

"Ha? Iya, aku punya satu adek."

"Lucu nggak?"

"Eh? Iya, lucu. Kan masih bayi."

Sejenak, Irfan diam. Ia memikirkan hubungan Aqilla dengan adik bayinya yang membuat Aqilla ditempeli aura Haven. Masa anaknya? Irfan! Nggak boleh berburuk sangka! Irfan menggelengkan kepala mencoba menghapus pikirannya.

"Maaf, tapi aku mau belajar buat ulangan. Ngobrolnya bisa lanjut lagi nanti, kan?" Aqilla bicara sambil menunjukkan raut menyesal.

Irfan tersadar dan mempersilakan Aqilla melanjutkan. Pada titik itu, Irfan kebingungan. Karena dirinya murid baru, mungkinkah akan ikut ulangan harian atau tidak. Dengan tidak enak hati, ia bertanya, "Sorry, kalo murid baru ikut ulangan nggak?"

Aqilla menoleh sedikit. "Nggak ikut, kan belum belajar semua materinya."

Irfan mengangguk-angguk.

Aqilla menghela napas sembari membaca materi. Tiba-tiba, ia teringat bayi rewel yang melarangnya belajar, membuatnya lelah hingga tidur, dan merengek ingin ikut ke sekolah. Aqilla memegang kepalanya yang pusing akibat tangisan Irfan.

🌱🌱🌱

Setelah bel berbunyi, jam makan siang dimulai. Aqilla mengeluarkan bekal dan pada saat itu juga Mika menatapnya penuh harap. Aqilla tahu Mika ingin sesuatu dari bekal makan siang miliknya. "Mau yang mana?" tanya Aqilla.

"Mau kangkung, tuker sama sosis, ya?"

"Kalo gitu makananmu jadi sayur semua."

"Emang. Gue mau mencoba makan sayur aja. Katanya kulit bisa glowing."

Aqilla menggeleng. "Kalo nggak makan lauk juga, kulitmu jadi keriput," tukasnya.

"Ih, masa? Qilla jangan nakut-nakutin lah."

"Bener kok. Nggak percaya, coba aja sendiri."

Dahi Mika berkerut. Tiba-tiba dirinya tersadar Aqilla sama sekali tidak memperlakukannya dengan dingin. Gadis itu murah hati dan tersenyum seperti hari-hari lainnya. Wajah Mika menunduk. Dalam hati ia bertanya bagaimana bisa bertemu dengan orang seperti Aqilla, bahkan sampai menjadi temannya. Mika, lo jahat banget.

The Prince's CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang