BAB 1. A & E

6.5K 351 24
                                    

Diantara tangan yang tersedia kenapa harus dia untukku meminta perlindungan?
———————————
***A Y A N N A & E T H A N***
—————

E N J O Y
*********************

Derap langkah gelisah di keramaian jalanan kota Jakarta. Di sepanjang jalanan terlihat banyak toko yang masih buka menyalakan musik agar suasana semakin ramai. Ada yang datang dan pergi. Sendirian, berdua maupun berkelompok saling tertawa.

Langit kota Jakarta di malam minggu sangat bersahabat saat ini. Cerah seperti sepasang kekasih sedang jatuh cinta. Pepohonan sengaja di tanam sepanjang jalan bergoyang seirama.

Banyak jenis manusia di malam minggu. Mereka tertawa mengangkat gelas merayakan hari istimewa. Menuntut sesuatu yang terkadang tidak tersanggupi namun harus ada meski didapatkan dengan cara yang salah. Itulah pilihan, bagaimana manusia bertahan hidup di tengah himpitan ekonomi. Semakin larut semakin ramai, itulah ibu kota.

Sepasang sepatu sneakers putih bergerak cepat melewati pejalan kaki. Derap langkah takut dengan tangan mencengkram kuat tote bag hitam di bahu kiri.

Jarum jam menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Perempuan dengan rambut di kuncir kuda berjalan cepat tanpa menatap ke belakang. Tubuhnya bergetar, perjalanan menuju tempat tinggalnya masih jauh. Otaknya berpikir keras. Ia harus melakukan sesuatu agar bisa pulang dengan selamat.

Dengan jantung berdegup kencang, ia mengambil langkah yang membuatnya sial seumur hidup. Menghampiri sekumpulan pria yang sedang duduk di atas motor. Perempuan itu datang seolah para pria yang duduk tersebut memang sedang menunggunya. Ia dengan akrab melingkarkan satu tangannya pada salah satu pria yang tubuhnya di balut jaket kulit hitam. Kenapa ia memilihnya? Karena ia menyukai aroma tubuh pria itu.

"Hai." Sapanya tersenyum kepada para pria di hadapannya membuat percakapan yang terjadi bungkam seketika. "Sebentar aja." Bisiknya tertahan pelan mencengkram lengan berotot yang menatapnya mengintimidasi.

Bukan hanya pria tersebut yang bingung dengan kedatangan tamu tidak di undang. Melainkan ketiga temannya yang saling menatap satu sama lain.

Pria berjaket kulit tersebut memutar kepalanya ke belakang. Memperhatikan sekelilingnya, memang ada satu pria yang menatap ke arahnya, lebih tepatnya menatap perempuan di sampingnya yang sedang ketakutan. Ia mengacungkan jari tengah pada pria yang berdiri di dekat toko. Hanya dengan tatapan tajamnya berhasil mengusir pria tersebut.

"Waw, cewek mana lagi ini? Hamil juga?" Tanya temannya berbaju biru sambil terkekeh pelan.

"Bangsat." Maki pria tersebut pelan. Pria itu mendorong kepala perempuan yang tiba-tiba merangkul lengannya menjauh seolah mengusir lalat. Menatap dari bawah ke atas.

Perempuan itu memutar kepalanya ke belakang, memastikan pria yang mengikutinya pergi. Ia bernapas lega karena tidak melihatnya lagi.

"Ayanna?" Panggil salah satu pria yang dari tadi memperhatikan apakah benar perempuan tersebut orang yang ia kenal.

"Iya?" Perempuan tersebut berdiri merapikan rambutnya. "Max?" Tanyanya tidak yakin.

"Demi apa? Sumpah lo, Ayanna?" Tanya sekali lagi pria bernama Max berdiri mendekati perempuan berbaju kaos putih dengan celana jins panjang.

"Iya, ini habitat asli gue, Max. Kaget, ya?" Katanya santai. "Senang bertemu lo lagi. Gue harus pulang. Bye—"

"Pulang?" Pria berjaket kulit menarik rambut perempuan tersebut hingga tubuhnya hampir jatuh ke belakang.

Queen Bubblegum Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang