Bab 29. A & E

3.1K 335 104
                                    

———————————
***A Y A N N A & E T H A N***
—————

E N J O Y
*********************

Perjalanan menuju ibu kota sedang di tempuh. Di bawah terik matahari menjadi saksi dimana cerita di mulai. Melewati berbagai macam sepak terjang jalanan. Ada kalanya pelan dan penuh kecepatan. Bagaimana handalnya sang pembawa memastikan bahwa keselamatan yang paling utama.

Mungkin jika jalanan tidak macet keduanya sudah tiba tiga puluh menit yang lalu. Kemacetan sering terjadi di hari menjelang sore. Kabut tebal menyelimuti kota menjadi penanda bawah akan datang badai.

Ethan membuka sarung tangannya, menaikkan kaca helm ke atas. Tubuhnya tegap sedikit condong ke belakang. "Mau hujan. Mau lanjut apa berhenti dulu? Masih dua puluh menit lagi sampai rumah lo, itu juga kalau nggak macet seperti sekarang."

Ayanna mendongak menatap langit. Mendekatkan kepalanya pada Ethan. "Lanjut aja."

Ethan mengangguk lalu menutup kembali kaca helm. Melihat kanan kiri mencari jalan karena motornya terjebak antara para pengendara roda dua lain.

Rintik hujan akhirnya jatuh menyentuh tanah. Setelah mencari jalan keluar, perlahan Ethan mengendarai motor dengan kecepatan di bawah dua puluh kilo meter. Sampai akhirnya di depan lampu merah. Hujan turun sangat deras.

Ethan melirik kaca spion lalu kepalanya mendongak ke atas melihat lampu rambu lalu lintas yang masih berwarna merah. Ethan memainkan gas motor, tangan kirinya menarik tangan Ayanna masukkan ke saku jaket miliknya.

Ayanna tidak menolak, ia memasukkan tangan satunya lagi ke saku jaket milik Ethan. Menembus hujan di sepanjang jalan. Ayanna menyembunyikan wajahnya di balik bahu kekar Ethan. Memeluk pria itu tanpa sadar, air hujan membasahi tubuh Ayanna menembus pori-pori. Rasa dingin pun menyelimuti.

Usai perjalanan panjang dan di tempuh dengan waktu kurang lebih dua jam, akhirnya tiba di rumah Ayanna pukul tujuh malam.

Ayanna membuka pintu rumah, melepas helm dan jaket dan segera berlari menuju kamarnya. Sebelum itu Ayanna sudah memberitahu Ethan untuk berganti di kamar tamu.

Membasuh tubuhnya dengan air hangat. Ayanna membersihkan diri. Tidak terlalu lama karena cuaca tidak mendukung. Ayanna memakai hoddie dan celana panjang untuk menghangatkan tubuh. Menguncir rambutnya menjadi cepolan ke atas.

Ayanna keluar kamar, menuruni tangga melihat Ethan sudah duduk di sofa ruang tengah. Kedua kakinya terangkat, di meja ada laptop yang menyala dan beberapa berkas. Ethan sedang berbicara pada seseorang melalui telpon dan tangannya sibuk menulis sesuatu di layar iPad.

Tidak ingin mengganggu, Ayanna menuju dapur. Membuat lemon tea hangat. Melihat isi kulkas siapa tahu ada yang bisa di makan. Karena Ayanna belum berbelanja, hanya ada sisa mini cake yang pernah Algis berikan padanya. Mengambil nampan, Ayanna menghidangkannya ke meja ruang tengah.

Duduk berhadapan dengan Ethan yang masih fokus. Ayanna menatap jendela, suara hujan masih terdengar namun tidak deras seperti beberapa jam yang lalu. Menyesap minuman untuk menetralkan suhu tubuh. Sejak pulang dari puncak, baik Ayanna dan Ethan belum makan. Tadinya mereka ingin makan saat di perjalanan. Batal karena keadaan tidak mendukung.

"Baik. Akan saya usahakan." Ethan melihat jam di pergelangan tangannya. "Barang saya bagaimana? Sudah sampai? Ke apartemen, baik. Terima kasih." Ethan menutup panggilan telpon.

Queen Bubblegum Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang