bonus chapter- giving birth?

224 15 1
                                    

Happy reading!!

Sembilan bulan Jongin lalui dengan lapang dada, semakin besar kandungan Taeyong, semakin membuatnya banyak tingkah, jika tingkahnya hanya membuat Jongin lelah dia tidak masalah, tapi Taeyong membuatnya lelah hati karena cemburu.

Dia minta di elus dengan ini lah, ingin berdua dengan ini dan sebagainya, hingga karena lelah dengan kecemburuannya, Jongin memilih pergi untuk sementara dari rumah dan singgah di rumah mertuanya.

Layaknya anak kecil dia mengadu pada sang mertua, jika tingkah Taeyong sangat mengesalkan. Jongin tidak kembali bahkan tidak menanyakan kabar sang istri, karena ia mau Taryonglah yang menghubungi dirinya terlebih dahulu, bukan dirinya, dia ingin Taeyong mengaku salah dan meminta maaf.

Dan setelah Jongin berada di rumah mertuanya selama satu hari, Taeyong benar-benar menghubunginya, memintanya pulang dengan idaman tangisnya, dan berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, tapi jika di pikir, itu bukan salah Taeyong melainkan salah si bayi yang masih berada di perut Taeyong.

Dia yang menggerakkan keinginan Taeyong selama ini tapi tidak untuk sebuah pakaian ternama yang Taeyong pinta, itu murni permintaan Taeyong dengan alasan keinginan si bayi, dan Jongin hanya menurut saja, dia sudah terlalu mencintai sang istri hingga apapun akan ia lakukan.

Di kehamilannya yang sudah memasuki sembilan bulan ini, Taeyong sudah berhenti bertingkah, dia tidak lagi meminta banyak hal termasuk yang aneh dan membuat Jongin cemburu, dia saat ini sudah sering terdiam menonton televisi.

Tidak ada yang mengesalkan jika hanya begitu, tapi ketika Taeyong menonton televisi, dia tidak akan membiarkan siaa saja mengganti pada chanel yang lain, jika dia ingin melihat itu, maka film itu yang akan terus ia lihat, bahkan Joon yang juga ingin menonton televisi terkalahkan dengan sang mama yang akan menangis.

"Tidak apa-apa, Joon sudah besar." Ujar Joon.

Dan yang paling di nantikan oleh Joon, dia saat ini sudah bisa mengatakan huruf R, segala percobaan ia lakukan hingga saraf lidahnya sudah kembali normal, dia tidak harus cadel lagi.

Saat ini, di minggu pagi Jongin membersihkan lantai, seharusnya itu pekerjaan Taeyong karena ia yang sering melakukannya, tapi karena kandungannya sudah membesar, Jongin sudah tidak memperbolehkan Taeyong untuk melakukan hal berat lagi termasuk membersihkan rumah.

Di minggu yang pagi ini Jongin menginginkan minuman yang segar, seharusnya dia tidak pergi ke dapur karena dia bisa membuat dapur berantakan.

Jongin mengambil kopi sachet dan menuangkan air hangat pada gelas dan mengaduknya, dia juga memasukkan es batu pada blender. Entah kejadian seperti apa yang menimpanya, kopi yang seharusnya ia minum, menjadi tumpah ke lantai bahkan ke stopcontak.

"Astaga apa yang aku lakukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaga apa yang aku lakukan." Ujarnya pada diri sendiri.

Joon yang tak sengaja melihatnya menganga lebar "papa memang tidak bisa melakukan apapun, hanya seperti itu saja tumpah." Katanya.

"Papa memang tidak bisa melakukan hal ini, tapi papa bisa bekerja, pakaian brand ternama yang Joon pakai hasil kerja keras papa." Ujarnya membela dirinya.

Joon pergi meninggalkan Jongin, sepertinya dia akan mengerjakan tugas sekolah yang ia miliki, dia tidak suka menumpuk tugas, dimana terdapat tugas, pada hari itu juga dirinya akan mengerjakannya.

"Anak yang baik akan membantu papanya untuk membersihkannya."

"Tapi Joon sedang memiliki kegiatan yang lain, jadi papa bersihkan saja sendiri." Balas Joon sedikit berteriak.

Jongin membersihkan tumpahan kopi tersebut, dapur yang tadinya berantakan sekarang sudah kembali rapi. Jongin merenggangkan tubuhnya hingga tulangnya berbunyi.

"Sekarang aku akan mencuci baju." Gumamnya.

Kakinya melangkah untuk masuk ke dalam kamar, dia membuka pintu dan menampilkan Taeyong yang sedang tidur meringkuk, Jongin mendekat, dia mengusap wajah Taeyong dan mengecup dahinya cukup lama "bangun sayang." Gumamnya.

Tak mau bangun Jongin membiarkannya, biarkan Taeyong istirahat satu hari ini, Jongin mengambil pakaian miliknya dan juga Taeyong yang kotor, dia membawa keranjang tersebut keluar kamar dan pasti dirinya melewati Taeyong.

"Sshh hyung."

Jongin langsung menoleh dan tubuhnya membeku menatap Taeyong yang sepertinya kesakitan. Jongin melempar keranjang pakaiannya dan menggendong Taeyong, dia harus menjadi suami yang siaga tentu saja.

"JOON!! HUBUNGI NENEK KATAKAN JIKA MAMA AKAN MELAHIRKAN!!" Teriak Jongin.

Joon terkejut akan teriakan sang papa hingga krayon yang ia pegang patah "IYA!!" Balasnya berteriak.

Jongin membawa Taeyong ke dalam mobil, lalu dia berputar dan duduk di kursi kemudi, dia menghidupkan mesin mobil dan menancap gasnya.

Setiap perjalan Taeyong merintih hebat, tangan Jongin yang satunya menggenggam tangan Taeyong, rematan itu sangat kuat hingga Jongin yakin kesakitan yang Taeyong alami lebih sakit "bertahanlah sayang."

Jongin menghentikan mobilnya, membawa Taeyong keluar dengan cepat, dia tidak melewati pintu depan, melainkan pintu belakang. Semua sudah Jongin pikirkan matang-matang, ada dokter khusus yang memang akan melayani Taeyong dan bisa untuk menjaga rahasianya.

Jongin membaringkan tubuh Taeyong di atas brankar, dengan sendiri dia mendorong sang istri untuk sampai ruang operasi "Jongin? Taeyong?"

Di tengah perjalanan Jongin di sapa oleh seseorang, dia suster rumah sakit tersebut, tapi kenapa dia bisa melewati lorong khusus miliknya?

"Aarghh hyung cepat!!" Pekik Taeyong.

"Ah maafkan aku, istriku sedang kesakitan." Jongin tersadar dan langsung mendorong kasur Taeyong.

"Biar aku bantu." Perempuan itu ikut membantu mendorong kasur Taeyong.

"Yoojoon?" Dokter yang akan menangani Taeyong terkejut atas kehadiran salah satu susternya.

"Maaf, saya tersesat dan melewati lorong khusus ini, saya akan membantu persalinannya."

Taeyong hendak di masukkan ke ruang operasi, namun dia menolaknya "aku ingin uuh melahirkan secara normal."

"Tapi itu tidak mungkin Taeyong, menurutlah agar kau cepat bertemu dengan anakmu."

"AKU HANYA BISA MELAHIRKAN DAN MENGANDUNG SATU KALI, BAGAIMANA AKU BISA MEMBUANG KESEMPATAN UNTUK MELAHIRKAN ANAKKU DENGAN JERIH PAYAHKU SENDIRI!!" Teriak Taeyong, dia ingin melahirkan normal, mengejan sekuat tenaga agar bisa melihat anaknya, dia ingin berjuang.

"Tapi Taeyong."

Mata Taeyong berkaca-kaca, dia melirik ke arah Jongin dengan memohon "hyung, tolong, biarkan aku melahirkan anak kita dengan usahaku sendiri, aku tidak mau menggunakan alat-alat itu."

Jongin mendekat mengelus kepala sang istri dan mengecup dahinya "kau yang mengandung juga sebuah usahamu untuk melahirkannya sayang, tolong mengerti."

"Hyung aku mohon." Lirihnya.

Jongin mengangguk pasrah "baiklah, tapi jika kau tidak bisa, katakan. Kita akan menggunakan alat-alat medis." Putusnya, keinginan Taeyong tak pernah ia bantahkan.

Taeyong masuk ke dalam ruangan bersalin, dirinya sudah telanjang dengan kaki yang di kangkangkan dan tak lupa terdapat kain yang menutupinya.

Dokter itu menyembul manatap lubang lahiran Taeyong "masih pembukaan empat tuan, ini akan sangat lama. Ada berbagai cara agara merangsangnya." Dokter tersebut memberikan buku panduan, "silahkan baca ini, kami berdua keluar terlebih dahulu, ketika sakit yang di alama tuan Taeyong sudah cukup lama, tekan tombol itu." Mereka. berdua pergi meninggalkan Taeyong dan Jongin hanya berdua.

Bersambung...

Secret Love [Kaiyong](end) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang