TAK di sangka-sangka, Moana dan Edgar kedatangan tamu yang tak lain adalah Berlian, mama Moana. Beliau datang sendiri dengan maksud ingin berkunjung menemui putri dan menantunya. Berlian juga membawakan masakan untuk keduanya.
Edgar yang mempunyai perut karet berbaik hati menyambut masakan mertuanya. Dia mempersilahkan Berlian duduk di ruang tengah dan Moana di tugaskan membuatkan teh hangat beserta membawakan camilan.
"Maaf menganggu kalian di malam hari. Mama baru dapat waktu jam segini untuk berkunjung," ucap Berlian menyesap teh hangat bikinan putrinya.
"Gapapa, Ma. Edgar sama Moana belum ngantuk juga. Kita akan selalu menyambut kedatangan mama kapanpun itu."
Di lihat dari gelagatnya, Edgar tengah berusaha menjadi menantu idaman. Moana ingin muntah ketika membayangkannya.
"Maunya ngajakin mama kamu tapi katanya beliau lagi ke luar kota sama papa mu." Edgar meresponnya dengan anggukan dan tawa canggung. Dia tidak terlalu bisa mencairkan suasana.
"Moana apa kabar?" tanya Berlian.
"Baik."
"Gimana hubungan kalian? Moana nyusahin kamu, Gar?"
Cowok itu menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia melirik Moana yang tengah mengerucutkan bibirnya.
"Nggak. Moana istri yang baik," pujinya sebagai pencitraan di depan mertua.
Kaki Moana menginjak kaki Edgar. Keduanya duduk berdampingan sembari saling menyenggol jika di tanya hal-hal berkaitan dengan hubungan keduanya.
"Ah, kalian belum buka Tupperware nya, 'kan?"
Keduanya menggeleng kompak.
"Mama bawain telur balado buat kalian. Telur balado kesukaan, Moana. Cicip dulu yuk!" imbuhnya mengambil alih Tupperware dan membukanya.
"Telur balado?" tanya Edgar sedikit gugup.
Moana tidak memikirkan reaksi berlebihan Edgar. Cowok itu seperti belum pernah melihat telur balado saja. Lihat saja matanya yang membelalak lebar.
Di senggolnya lengan Edgar, "Kalo udah kenyang nggak usah ikut makan."
"Gue makan," putus Edgar mengambil sendok plastik di atas meja.
"Edgar suka telur?"
"Suka, Ma."
Tanpa ba-bi-bu Edgar melahap telur balado buatan Berlian. Dia melirik Moana yang menatapnya tidak biasa. Sesekali gadis itu memperhatikan raut wajahnya dengan seksama.
"Kenapa liatin gue?" tanya Edgar berbisik.
"Lo aneh," jawab Moana pendek.
Moana pamit mengambil nasi dan beberapa lauk karena dia belum makan sedari tadi. Padahal dia rencananya mau mengerjakan tugas tapi keburu Mama datang.
"Wah, Edgar ternyata doyan juga sama telur balado. Besok-besok mama bikinin lagi deh."
Lagi dan lagi raut wajah Edgar nampak berbeda. Bukannya excited, Edgar nampak gelisah di tempat. Moana memperhatikannya dalam diam.
"Iya. Edgar ke toilet bentar ya, Ma," izinya kemudian di angguki oleh Berlian.
Kepergian Edgar membawa keheningan di ruang tengah. Berlian merasa Moana masih marah akan kejadian waktu itu. Menjadi seorang yang lemah membuat Berlian merasa tidak bisa menjaga Moana sebaik yang dia bayangkan.
Sesungguhnya ada tembok penghalang di antara ibu dan anak itu. Tembok itu transparan, tidak terdeteksi. Edgar pun tidak merasakan hubungan dingin antara Moana dan Berlian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wife [Completed]
Teen Fiction"Pernikahan ini harus di rahasiakan. Jangan sampai teman-teman sekolah tahu kalo enggak lo tidur di luar selama setahun. Ngerti?!" Moana menggertak Edgar dengan ancaman. Cowok itu tengah duduk bersantai di sofa sambil ngemil sore. "Iya, iya. Gue nge...