- Kalian menunggu ku??? Kasih semangat biar aku selalu ada energi buat nulis dan update. Vote dan komen serta share cerita ini ke teman-teman, sahabat, pacar, keluarga dan siapapun yang kalian kenal. Happy reading!!!
***
HARI kedua di bumi perkemahan berjalan lancar seperti rencana meski ada sedikit hambatan. Di hari kedua ini seluruh peserta kemah yaitu para calon pengurus osis baru mengikuti acara penjelajahan. Beberapa panitia sudah berjaga di lima pos yang akan di lewati peserta. Alumni osis pun ada yang turut hadir.
Moana beserta empat anggota osis yang tidak menjaga pos di tugaskan menjaga tempat perkemahan. Moana, Lisa dan Regina sibuk berkutat di dapur yang ada di bumi perkemahan. Mereka bertiga memasak untuk seluruh peserta serta panitia.
"Moana, lo yang kupas bawang merahnya gue nggak siap nangis gara-gara bawang," kata Lisa menaruh se-baskom bawang merah di depan Moana yang duduk lesehan.
Moana mengiyakan saja karena dia sudah selesai membersihkan sayuran.
"Mau gue bantuin?" tanya Regina.
"Nggak usah, Gin. Lo bantuin Lisa motong cabe sama sayurnya aja."
Regina akhirnya menghampiri Lisa lalu Moana mencari tempat duduk ternyaman. Baru beberapa butir bawang sudah membuat air mata keluar, perih.
"Woi, ngupas bawang malah nangis!"
Seorang cowok datang menghampiri Moana dan duduk di sebelahnya. Di tempat kemah ada tiga cewek dan dua cowok yang stand by kalau ada peserta yang pingsan ataupun mengalami insiden kecil.
"Perih, pe'a! Lo dari tadi nggak ngapa-ngapain, 'kan?"
Cowok itu menggeleng santai, "Nggak. Gue males aja di pos depan. Sejauh ini masih amanlah pesertanya."
"Good. Daripada lo diam mending bantuin gue ngupas bawang biar bareng-bareng nangisnya," ajak Moana memindahkan baskom sehingga ada di tengah-tengah mereka berdua.
"Karena gue baik, gue bantuin."
"Nah gitu dong! Sesekali lo jadi cowok yang suka tolong menolong, Yan."
Abyan mencibir Moana yang memujinya di kala ada maunya. Dia langsung mengambil sebutir bawang dan mengupasnya. Matanya pun menjadi perih sehingga Moana tertawa karena pertama kalinya melihat Abyan menangis meski gara-gara bawang.
"Lis, bawain gue minum dong!" teriak Abyan menyuruh Lisa mengambilkannya minum.
Lisa datang membawa segelas air putih dengan dongkol. Dia meletakkannya di samping Abyan dengan kasar.
"Nggak ikhlas banget!"
"Gue lagi masak lo malah nyuruh-nyuruh gue! Kalo tempenya gosong gimana?!" protes Lisa mengacungkan sendok yang dia gunakan untuk menggoreng tempe.
"Hehehe, maaf. Gue mager bangun," kata Abyan cengengesan.
Sebelum benar-benar memukul kepala Abyan, Lisa lebih baik menghampiri Regina. Abyan memang suka sekali memerintah osis cewek ini itu. Makanya dia sering kena amuk anak cewek kalau lagi berulah.
"Moa, mantan lo kayaknya lagi naksir adik kelas," tutur Abyan. Bau-baunya cowok satu ini akan mengajak Moana bergosip.
Moana mengangkat bahunya, "I don't care." Kalian tahulah siapa yang di maksud oleh Abyan.
"Dia nggak cerita sama lo?"
"Apaan dah. Gue mah selow kali, Yan. Mau dia cerita atau enggak gue santai," ucap Moana. Dia tidak ingin turut campur dengan kisah asmara mantannya walaupun keduanya masih sedekat itu.
"Lo sama Kendr—"
"Sttt! Mulut lo kontrol deh, Yan." Moana menengok ke arah dua orang yang tengah sibuk menggoreng tempe. Dia kembali menatap Abyan serius. "Kalau sampai bocor lo gue teror selamanya!" ancam Moana.
"Serem amat, Neng."
"Bodo. Tuh kasih bawangnya ke Regina gue mau ke toilet bentar," suruh gadis itu meninggalkan Abyan.
"Wah, ngelunjak tuh bocah!"
***
Sesudah menyelesaikan urusannya di toilet Moana mencari tempat yang aman karena tiba-tiba Edgar video call.
"Nyusahin nih cowok!" keluh Moana bersembunyi di bawah pohon yang rindang.
Dia menekan tombol hijau kemudian terpampang jelas wajah Edgar dengan rambut berantakan tanpa baju.
"Ngapain ngajakin video call, sih?!"
"Gue chat lo nggak balas makanya gue video call buat ngetes."
Pingin di tonjok virtual nih cowok. Moana menarik nafasnya beberapa kali dan menengok kanan kiri. Memastikan kalau hanya dia yang ada di sana.
"Gue sibuk, Gar."
"Sibuk tapi masih bisa nerima video call dari gue. Masih bisa balas chat Sergio, anjay nggak tuh." Terdengar seperti nada sindiran dari Edgar.
"Ini gue lagi izin ke toilet. Sergio nanyain Dwi makanya gue balas. Lo dasarnya emang cemburuan, ya?" tanya Moana gregetan.
Sergio sempat menanyakan Dwi yang tiba-tiba ikut kemah karena di paksa anak-anak PMR.
"Cemburu? Kagak!"
"Hih, enggak jelas. Ya udah, mau ngapain nih ceritanya video call gue?"
"Gabut."
Lagi lagi ada perasaan ingin menonjok wajah Edgar berkali-kali. Mungkin jika Edgar berada di sekitarnya Moana sudah kalap menonjol seluruh tubuh cowok itu.
"Anjir!"
"Sekalian ngetes lo masih hidup atau enggak."
"Oke, fix. Sekarang lo udah tahu kalo gue masih hidup, sehat walafiat dan tidak kekurangan apapun. Bisa jangan ganggu dulu sampai malam nanti? Gue balik besok jadi lo bisa sebebasnya, terserah mau ngapain gue."
"Boleh di apain aja?" Edgar tampak mengelus dagunya dan tersenyum menyeringai. "Harus mau di apain aja karena elo yang udah siap di apa-apain."
"Sinting lo!"
"Biarin. Nanti malam Sergio mau nyamperin lo ke tempat kemah."
"Udah tau," balas Moana cuek.
"Udah deh. Bosen video call sama lo."
BIP.
Layar ponsel Moana tidak lagi menampilkan wajah menyebalkan Edgar. Dia langsung keluar dari persembunyian dengan wajah di tekuk. Ponselnya dia matikan supaya tidak di ganggu oleh makhluk jadi-jadian seperti Edgar.
***
*Part ini pendek.~_~
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Wife [Completed]
Novela Juvenil"Pernikahan ini harus di rahasiakan. Jangan sampai teman-teman sekolah tahu kalo enggak lo tidur di luar selama setahun. Ngerti?!" Moana menggertak Edgar dengan ancaman. Cowok itu tengah duduk bersantai di sofa sambil ngemil sore. "Iya, iya. Gue nge...