~•~
SMA LASKAR ARIMBI
~•~~•~
ANGKRINGAN MAUNG
~•~~•~
ZECARLOS GANG G09Zalvero Anasta Redyana
Magmatra Saguna
Arlanzyan Eros Bratadikara
Segran Adhitama
Kelvin Lateza Aprilio
Elvin Lateza Aprilio
Galang Abhimanyu
Aksara Rasendraya
~•~~•~
Aila Pandhita
Mollavina Amora
Kamala Nara Segina
Cika Putri Adeliana
Anesya Pamelia
Binar Ayu Royyana
Keyara Putri Mandrazan
Venia Grainelia
~•~
•♥•5 Tahun Kemudian
Sinar mentari pagi dengan malu-malu menerobos masuk melalui sela-sela korden. Membuat seorang gadis yang masih terlelap itu terganggu. Mata lentik nan cantik itu terbuka perlahan. Memperlihatkan sepasang netra coklat tua yang begitu indah. Gadis itu pun bangun dan duduk dibibir ranjang. Mengumpulkan kesadarannya. Setelahnya, dia pun bangun dan menjedai asal rambutnya. Membuka korden jendelanya agar sinar mentari pagi bisa masuk dengan bebas. Dia pun mengambil handuk dan membersihkan dirinya di kamar mandi. Selesai mandi, gadis itu memakai pakaian rapi bersiap untuk berangkat kerja. Gadis berusia 23 tahun itu tak lain adalah Mollavina Amora.
“Bunda, Molla berangkat kerja dulu ya. Sarapannya di kantor, Assalamualaikum!” pamitnya tampak buru-buru.
“Walaikumsalam. Hati-hati sayang, jangan ngebut!” Any memeringati.
Molla hanya mengangguk kemudian memakai helmnya. Menjalankan motor hasil dia bekerja dengan hati-hati. Tak memerlukan waktu lama, Molla kini sampai di perusahaan besar. Dengan ramah, Molla menyapa para rekan kerjanya seperti biasa.
“Heels yang cantik Mollavina,” puji salah satu rekan kerjanya.
“Rambut bergelombangmu juga indah, Safia.” Molla berbalik memuji. Gadis itu menuju ke ruangannya dengan menaiki lift.
Molla tersenyum tipis. Dia menyukai pekerjaannya saat ini. 2 tahun kuliah kemudian setelahnya memutuskan fokus bekerja. Kini Molla dijuluki wanita karir oleh para sahabatnya. Yah bagaimana tidak? Aila, Cika, bahkan Nara sekalipun sudah berkeluarga. Sedangkan dirinya fokus bekerja. Oh iya, Molla menjadi karyawan tetap di perusahaan besar Azura Group selama lebih dari 3 tahun. Molla menaruh tas kerjanya dan tampak salah satu rekan kerjanya menghampiri.
“Ingin teh atau kopi?” tawarnya.
“1 sandwich dan teh,” balas Molla.
“Astaga kau belum sarapan? Baiklah, 1 sandwich dan teh.”
Wanita itu pun pergi bersama salah satu temannya. Molla tersenyum tipis kemudian menatap layar komputernya, “semangat bekerja Mollavina!”
Tak berapa lama, tampak wanita tadi membawakan kotak bekal dan teh untuknya. Kening Molla mengerut, “kotak bekal? Dari bundaku Tis?”
KAMU SEDANG MEMBACA
MOLLARLAN[End]
Teen FictionWARNING⚠ Cerita ini mengandung ujaran kasar, sex bebas, obsesi, tawuran, kekerasan, dan juga hal negative lainnya. Dimohon yang masih dibawah 15 tahun jangan baca pada chapter yang Aceng kasih peringatan. Demi kebaikan bersama, okey??🤸♂️ [Seri I] ...