D. Kenyataan Pahit

1.1K 150 15
                                    

Pesta yang diadakan oleh para tentara sekutu berlangsung hingga malam melewati puncak- sebelum mereka berangkat melanjutkan perjalanan menuju Ijen subuh tadi.

Para penari dan penabuh yang kelelahan banyak yang memilih tidur di sanggar, untuk baru besok pagi kembali ke rumah masing- masing setelah matahari terbit.

Namun apa yang terjadi setelahnya, benar- benar di luar dugaan mereka.

Pagi itu, kesemuanya dibuat gempar.

Mbak Indah yang terbangun paling awal, menemukan Manggar tengah terlelap di sudut  ruang serbaguna penyimpanan gamelan. Ia tergeletak di antara botol- botol bir kosong.

Dalam keadaan telanjang  - penuh bekas merah di seluruh tubuh.

Sementara kemben dan jarik tarinya teronggok begitu saja bersama pakaian beberapa tentara sekutu.

"MANGGAR!!" Mbak Indah histeris seketika- membuat Manggar tersentak bangun.

"Nggih Mbak-" Manggar yang baru saja membuka mata, juga tak kalah terkejut menemukan dirinya  dalam keadaan seperti itu.
Ia segera menyambar jarik tari, berusaha menutupi tubuhnya.

"GADIS SUNDAL!!" Mbak Indah yang emosi langsung menjambak rambut Manggar, dan menariknya keluar ruangan.

"Aduh! Mbak Indah! Ampun!!" Manggar hanya bisa mengerang menahan sakit, terpaksa berjalan mengikuti Mbak Indah menuju pendopo. Sebisanya ia mengikat kemben jarik itu menutupi tubuhnya.

Mbak Indah mencampakkan Manggar begitu saja di tengah lantai pendopo yang dingin dan masih basah. Lalu menamparnya keras- keras.

-PLAAAK!!!

"DASAR BIADAB!!" Mbak Indah melotot penuh amarah, dengan suara meninggi. "Wanita asusila! Berapa lelaki yang bersenggama denganmu semalam, hah?"

Sementara Manggar tersungkur di tanah, memegangi pipinya yang terasa perih. Ia juga berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi- kenapa ia bisa dalam keadaan begitu.

"Ini- aku, aku tidak-"

"Tidak bagaimana?" Mbak Indah menyela menunjuk Manggar di wajahnya. "Lihat saja tubuhmu, penuh bekas merah dan lendir seperti itu! Liar juga kamu!!"

Manggar tak bisa berkata apa- apa. Ia mencoba menahan kepalanya yang terasa berat seperti habis dipukuli.

Semalam setelah acara tari berakhir, para tentara asing itu mengajaknya minum bir. Manggar tentu saja menolak, namun entah bagaimana ceritanya akhirnya tertenggak juga.

Ia ingat para tentara itu tertawa- tawa, sambil terus mencekokinya alkohol. Dan lalu entah apa selanjutnya.

Astaga! Apakah ia memang melakukannya?

"Padahal aku berharap banyak padamu," suara Mbak Indah terdengar gemetaran karena emosi.

Ribut- ribut di luar membuat sebagian besar penari dan penabuh gamelan terbangun. Mereka berjalan keluar, mengerumuni keduanya karena penasaran dengan apa yang terjadi.

Manggar menunduk tak berani menatap kerumunan. Ia bisa mendengar bisikan- bisikan mereka yang membicarakannya. Berkata- kata tak pantas untuknya.

"Kamu menodai kesakralan penari kedok! Melacurkan dirimu kepada pemaju- oh ya Tuhan!" Mbak Indah berjalan perlahan mengelilingi Manggar.

"Padahal kedok Panji telah memilihmu- yang merupakan perwujudan kesucian!!

Dan lihat perbuatanmu sekarang!! Mengumbar nafsu dengan banyak lelaki sekaligus!?"

Manggar menggigiti bibirnya menahan tangis. Ia tahu bahwa ia tidak begitu. Semalaman saat menari saja ia terus melakukan tangar- menepis tangan- tangan para tamu demi menjaga kehormatannya.

KUTUKAN KEDOK PANJI [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang