haiii .. hallo
aku juga nulis di platform sebelah yaa gengs tetap gratis kok tenang aja wkwk
jadi kalau disini agak lama aku upload bisa cek disana @shafarizki
***
Di dalam body armour ada seseorang yang sedang mempertaruhkan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan banyak orang. Pekerjaan yang dipilih Syailendra memang bukanlah pekerjaan yang sederhana walaupun di dunia ini semua pekerjaan pasti memiliki tingkat kesulitan masing-masing. Namun Syailendra tetap mencintai pekerjaannya itu.
Pekerjaan Syailendra adalah penjinak bom, dia lulus dari akademi 6 tahun yang lalu dan secara resmi bergabung dalam Pasukan Gegana satu tahun lalu. Pasukan Gegana tergabung dalam Brigade Mobil (Brimob) yang memiliki kemampuan khusus anti terror, penjinak bom, intelejen, anti anarkis, dan penanganan KBR (Kimia, Biologi, Radioaktif). (Sumber: Wikipedia).
Dalam 24 jam terakhir Syailendra dan tim nya berhasil menjinakan 2 bom, satu bom buku, satu lagi bom pipa. Kali ini, Lendra harus meledakan bom yang berada dalam sebuah panci presto. Tentu sebelumnya tim memerintahkan untuk warga supaya menjauh dari lapangan tempat akan diledakannya bom yang ditemukan dalam sebuah tas, tergeletak begitu saja di perempatan jalan raya.
Entah motif apa yang membuat para pelaku melakukan terror dengan menyebar bom berkekuatan kecil di sejumlah tempat. Menurut pengalaman Lendra, kejadian ini mirip seperti kejadian tahun 2008 di Mumbai-India. Dimana pelaku menyebar terror bom serentak lalu melakukan penyandaraan terhadap para pengunjung Hotel Mumbai.
Pertanyaan selanjutnya jika memang kejadian terorganisir ini mirip dengan kejadian Mumbai belasan tahun lalu itu, dimana dan siapa yang akan disandera. Tim kepolisian dibantu TNI bergabung untuk mengamankan sejumlah tempat. Termasuk Istana Presiden yang berdekatan dengan kejadian-kejadian terror tersebut.
Lendra meletakan dengan sangat hati-hati panci presto yang berada di tangannya, melalui body armour yang dikenakannya seberat 27kg, ia melihat sekali lagi panci tersebut dan memastikan supaya tidak meledak sebelum ia pergi dari tempat. Dari tengah lapangan yang luas, Lendra berlari sebisa mungkin walaupun mustahil dengan pakaian seberat itu untuk berlari kencang.
Ia bergabung dengan tim nya di sisi lapangan. Sedangkan tim lain bersiap untuk menembak dari jarak jauh supaya bom dapat meledak. Untuk beberapa saat di dalam keheningan malam, terdengar suara tembakan dan suara debam bom panci, cahaya merah mendominasi malam.
Langit kelam berubah menjadi bercahaya untuk sesaat saja sebelum kembali gelap dan menyisakan percikan api2 kecil bertebaran di sekeliling lapangan. Masyarakat di sekitar tempat bom itu di ledakan sudah diamankan supaya menjauh dari lokasi kejadian. Walaupun di zaman sekarang sepertinya orang-orang lebih memilih berada di dekat bahaya hanya untuk konten.
Terdengar ucap syukur dari semua tim yang hadir di tanah lapang sebuah perumahan terbengkalai tersebut. Syukur karena sampai saat ini tidak ada korban dari serangkaian terror bom hari ini. Namun mereka semua juga masih waspada apalagi besok adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia. Pelaku pasti merencanakan serangkaian terror ini dengan seksama dan bisa saja gong nya terjadi besok.
"Hallo sayang, iyaa aku baik-baik, anak-anak gimana? Udah tidur?"
"Bu... iya bu ini ade, Alhamdulillah baik bu—"
"__ tidur duluan yaa jangan nungguin__"
Syailendra tersenyum tipis memandang teman-temannya yang langsung menelepon rumah masing-masing untuk mengabarkan kalau mereka semua baik-baik saja. Ia berhasil mencopot semua body armour dibantu oleh sejumlah temannya.
Belum sempat Lendra menelepon sahabat—satu-satunya orang yang sangat dipedulikannya. Seorang polisi berpakaian lengkap menghampirinya. Perasaannya makin tidak enak kala ia diajak masuk ke sebuah mobil van yang di dalamnya terdapat layar-layar yang menunjukan sejumlah cctv dari berbagai tempat.
"kami baru saja mendapatkan kabar buruk"
Keringat bercucuran di pelipis Lendra. Mobil van yang sempit sekaligus pengap membuat suasana semakin menegangkan. walau banyak pelatihan yang sering Lendra ikuti tetap saja jika kejadian ini terjadi tiba-tiba, membuatnya tidak menguasai keadaan.
"Alex..." Syailendra menggumamkan sebuah nama. Matanya menangkap pergerakan dari sebuah cctv yang menunjukan keadaan di halaman sebuah sekolah berkebutuhan khusus. Berkali – kali Syailendra berkunjung ke Sekolah itu karena Alex mengajar disana.
Kepala Syailendra mendekat ke layar seolah dengan begitu, apa yang ia lihat sekarang bukan Alex sahabatnya. Bagaimana mungkin Alex ada disana bersama dengan beberapa orang bersenjata api dan salah satunya ada di pelipis kepala Alex.
***