PEREMPUAN

709 20 0
                                    

Pukulan dari benda tumpul menghampiri punggungnya sampai ia tersungkur ke sudut ruangan, ketika ia berbalik badan, giliran wajahnya ditampar dengan keras sampai ia merasakan asin di bibirnya, mungkin darah, entahlah.

aku tahu siksaan ini tak akan selesai dengan memohon pengampunan. Namun ada kalanya aku ingin keluar dari semua ini, ingin hidup sebagaimana manusia lain hidup.

Tetapi mungkin orang ini tidak akan membiarkannya hidup normal seperti orang lain, prinsip keluarga kami memang aneh, segalanya hanya tentang yang seharusnya orang luar lihat, keluarga kami yang bahagia, kaya, sempurna dan tanpa cacat.

Sedangkan aku memiliki banyak sekali kecacatan yang berpotensi mempermalukan keluarga di masa depan. Ibuku berulang kali bilang kalau melahirkanku ke dunia ini adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya, harusnya aku tak pernah terlahir.

Tetapi aku tak pernah memikirkannya, aku hanya berpikir untuk terus bertahan hidup. Entah kenapa, mungkin karena terlalu sering aku disuruh untuk menghilang, aku dengan tidak tahu dirinya malah menginginkan Kehidupan.

Sekali lagi pukulan itu mendarat kini di perut bagian atas dekat dengan dadanya. Sakit, itu yang kurasakan, saat akan melawan orang itu berbisik. "Semua ini salah laki-laki itu yang tidak datang di acara pernikahan kalian, jangan salahkan abangmu ini, kamu yang bikin malu keluarga!!"

Mataku mengerjap panas. Ya... dia memang tidak datang, atau memang seharusnya dia tidak pernah datang. Aku bingung mengatakannya, dia bagai sebuah fatamorgana di padang pasir. Pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, hingga membuat sesuatu yang tidak pernah ada menjadi seolah nyata. Laki-laki itu tidak pernah ada, hanya aku saja yang berhayal tentangnya.

Laki-laki itu salah mengulurkan tangannya pada orang sepertiku. Karena setelah dia melakukannya sekali, aku akan terus meminta hal lebih. Sampai dia berkata kalau sudah muak melihatku lagi.

"MEMALUKAN!! KAMU SUDAH MEMPERMALUKAN KELUARGA!!" Teriakan melengking itu menghampiri telingaku.

"Bagus..." ujarku berani.

"BAGUS KATAMU?! BAGUS DARIMANA HAH?!!" rambut sebahuku di tarik sampai terasa tercabut dari kulit kepala.

"Bagus karena dia tidak perlu berurusan dengan keluarga kita" ucapku lirih. "Bagus karena dia aman sekarang" aku sudah tidak tahu lagi bagaimana bentuk wajahku saat itu.

Dengan masih menjambak rambutku, Wajah mengerikan itu berbisik. "Aman katamu? Dia tidak akan pernah aman!!"
Lelaki itu melepaskan rambutku dengan kasar lalu beranjak pergi.

Merangkak dan memeluk kaki lelaki itu, pada akhirnya aku memohon. "Jangan pergiii jangan sakiti dia, saya mohon" namun semuanya terlambat abangku itu sudah berderap pergi dan meninggalkan aku terkunci di kamarku sendiri.

♧♧♧

Aku tak ingat bagaimana kabur dan melajukan mobil di tengah malam sampai di depan unit apartemen tempat laki-laki itu tinggal. Aku mengkhawatirkannya, abangku akan melakukan berbagai cara untuk membuat hidupku sulit.

Abangku tahu-- sangat tahu kalau segala tentang laki-laki itu akan berdampak buruk bagiku.

Pintu apartemennya terbuka lebar, aku sudah panik sesuatu terjadi pada laki-laki itu. Begitu aku masuk dan sampai di depan pintu apartemen, aku mendengar suaranya sedang bertengkar dengan calon kakak iparku.

"KENAPA KAMU NGGA DATANG KE PERNIKAHAN?!"

"Aku ngga bisa datang" jawabnya tenang walaupun yang sedang diajaknya bicara sudah pasti sedang marah.

"KENAPA?!! KENAPA KAMU NGGA DATANG!! KAMU SUDAH BERJANJI PADANYA AKAN DATANG!!"

"Dia sudah tahu semuanya, dia sudah tahu aku hanya memanfaatkan kebaikan dia. Aku ngga punya alasan untuk datang ke pernikahan konyol itu"

Rasanya barusan ada petir menyambar. Kenapa aku harus kesini hari ini? Hanya untuk mendengar perkataan jujur dari dia?

"Aku mencintaimu.... dari dulu hingga detik ini, aku tidak akan mampu membahagiakan orang lain selain dirimu"

"KAMU SUDAH GILA!"

Kakiku membeku seakan tertancap disana bahkan saat mereka memergoki aku menguping, kakiku tak juga mau bergerak.

"Ka--kamu disini? Aku bisa jelasin---" kakak iparku menghampiriku dan mencoba memberi alibi.

"Ngga ada yang perlu dijelasin semua yang kamu dengar barusan adalah fakta!! Menyakitkan? Ohh tentu saja kamu harus merasakan hal yang sama persis seperti yang aku rasakan!!"

Suara tenang dan lembutnya menghilang entah kemana. Berbicara denganku laki-laki itu seperti berbicara dengan musuhnya. Ekspresi itu, ekspresi yang sama ketika ibuku mengatakan menyesal telah melahirkanku. Aku harus pergi seharusnya aku pergi.

"Kenapa? Mau balas dendam? Atau sewa preman untuk memukuliku?! Hah!! Kamu dan keluargamu sama saja!!"

"Cukup!!!" Kakak iparku menjerit untuk menghentikan laki-laki itu berbicara. Lagi-lagi iparku menghampiriku. "Kita pulang..."

Mulutku terkunci, namun lucunya hatiku terus berteriak "kenapa?".

Aku berusaha keras menggerakan kakiku untuk pergi darisana secepatnya sebelum dia berkata hal yang mengerikan lain. Tetapi terlambat--

"Kamu pernah bertanya padaku kenapa orang-orang membencimu . Karena kamu hanya peduli pada dirimu sendiri, seperti abangmu!! Seperti keluargamu yang menggusur orang yang tidak bersalah!! Orang sepertimu tak pantas hidup, sebaiknya kamu ngga pernah ada di dunia ini"

Seperti orang linglung aku berjalan keluar apartemennya. Mendengar perkataan mengerikan itu keluar dari mulutnya Pukulan telak bagiku. Waktu ibuku mengatakannya, aku pura-pura tidak peduli padahal setiap helaan nafas, perasaan bersalah itu selalu muncul. Mungkin memang seharusnya aku tak pernah ada.

♤♤♤

mogaaa sukaa😍
Ternyata kepanjangan kalo satu chapter doang😂

CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang