"kamu gak tidur Q? Kemarin dari mana aja tiba-tiba menghilang? Kamu gak buat masalah kan?" ibunya memburu dengan pertanyaan ketika mereka sarapan. "ibu sudah bilang jangan ngerepotin Patu, kasihan dia kemarin nyariin kamu"
Q malas mendengar omelan ibunya. Ia mengambil roti tawar kemudian berdiri. "Q duduk" perintah ayahnya. "makan yang bener"
"kalian berdua saja yang makan, aku sudah kenyang" katanya sambil berlalu meninggalkan kedua orang tuanya.
Ia sudah lelah menghadapi ayah dan ibunya yang memarahinya setiap hari. Q membanting gerbang rumahnya dan berlari mengelilingi komplek rumahnya. Q mengingat gadis itu lagi, tanpa sadar kakinya berlari ke Blok B.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai di Blok itu. Kepalanya menengok kesana kemari berharap ia akan menemui Najma lagi. Pagar rumah-rumah disana begitu tinggi sampai ia tidak bisa melihat keadaan di dalam rumah. tetapi kakinya terus berlari mendengarkan kata hatinya daripada otaknya. Tiba-tiba ketika ia sedang beristirahat karena kecapean, gerbang di samping tempatnya berdiri terbuka lebar. Nampaklah ada sebuah mobil menderu di dalamnya. Keluar dari rumah sepasang kakek dan nenek berpakaian rapi. Tunggu dulu, itu kan? Mantan menteri yang terkenal 'bersih' tanpa cela itu. mata Q hampir copot. Gadis yang di carinya muncul dari dalam rumah kemudian mencium tangan mereka. Kakek nenek itu menunjuk-nunjuk ke arah Najma kemudian masuk ke dalam mobil.
Mobil melewati Q begitu saja. Ia melihat ke arah Najma yang masih berdiri. Mata mereka bertemu, kakinya melangkah. Tetapi Najma tidak melakukan apapun bahkan tidak membalas senyumannya. Tatapan itu sama seperti pertama kali mereka bertemu kemarin. Ia berhenti melangkah dan hanya memandangi Najma dari kejauhan. Tidak mungkin dia melupakannya, setelah seharian kemarin mereka berdua bersama. Tapi kenapa tatapannya seolah dia belum pernah bertemu dengannya? Apa Najma mengikuti usulnya untuk pura-pura tidak mengenalnya?
***
Sejak kejadian itu Q menjadi gampang marah dan lebih suka menyendiri. Ia merasa Najma benar-benar keterlaluan sampai tidak mengenalinya. Pintunya diketuk keras. Ia menggusur kakinya dan membuka pintu. Ayahnya berdiri di sana memakai pakaian rapi.
"sekarang ganti baju kamu yang rapi, ikut ayah sama ibu ke acara syukuran di Blok B"
"Blok B?" tanpa protes Q berlari ke walk in closet mengganti pakaiannya.
Tekadnya kuat untuk menemui Najma. Tujuan utamanya ke acara syukuran sepertinya sukses, karena baru saja ia memasuki rumah ia sudah bisa melihat Najma duduk diapit oleh kakek neneknya. Matanya tidak lepas dari Najma. gadis itu sepertinya sadar dilihat olehnya. Mata mereka bertemu, tidak ada reaksi dari Najma untuk beberapa saat. Tetapi gadis itu berbisik pada kakek neneknya kemudian bangkit berdiri meninggalkan ruangan. Saat itulah Q mengikuti Najma keluar rumah.
Najma duduk di kursi yang menghadap ke kolam ikan koi. Perlahan Q duduk disampingnya.
"apa kita saling kenal?"
"iya" jawabnya buru-buru ia menambahkan. "sudah cukup pura-pura tidak kenalnya"
"aku tidak pura-pura"
Kening Q berkerut. "aku tidak mengerti sama sekali"
Najma memandangnya. "Prosofagnosia" katanya. "penyakit itu sudah ada sejak aku lahir, aku sulit mengenali wajah. Bukan hanya ada di dalam novel, penyakit ini benar-benar ada"
Q tidak bisa berkata-kata. Ia mengurut keningnya kemudian menghembuskan napas panjang. "kalau begitu, aku akan menyebutkan namaku sekali lagi" katanya. "Quthb Arkana, orang lain mengenaliku sebagai Q seorang penulis novel"
Mata Najma melebar kaget. "jadi Arkan, kamu Q? Lalu kenapa kemarin kamu memakai baju Anti Fans?"
"kita berteman kan?" tanyanya. Najma mengangguk. "aku akan menjelaskannya perlahan dan juga aku akan melakukan apapun yang membuat kamu bisa mengenaliku setiap harinya....."
-SELESAI-