Aku mengira selama masih punya Bhanu hidupku akan baik-baik aja. walaupun aku hidup luntang lantung tidak jelas, yang tidak bisa membanggakan kedua orang tuaku atau bahkan menyamai kisah sukses Mentari. Kupikir semuanya baik-baik saja asal sama Bhanu.
Dia ngga pernah menyalahkanku atas semua kegagalan dalam hidupku. Bhanu tetap menjadi pendengar yang baik dengan segala keluhanku pada hidup, dia tetap ada disana di tempat yang hanya bisa kujangkau.
Tetapi sepertinya aku harus berjalan sendiri mulai hari ini. Bhanu menganggapku beban. Hhh.... mungkin Mentari juga berpikir begitu terhadapku. Memiliki adik yang membebani hidupnya yang sempurna.
Fine
Si beban semua orang ini akan melakukan apapun sesuka hati. Motor matic tua ku meluncur di jalanan yang ramai. Berhenti di sebuah parkiran salon yang tampak sepi.
"Arunika!! Matahari paling cantik kesayangan paman" seorang laki-laki paruh baya mengenakan celana merah dan kemeja bunga bunga berwarna ungu merentangkan kedua tangannya dan membawaku dalam pelukan.
"Bukannya Bhanu baru minggu kemarin cukur rambut disini darling? Atauu hari ini dia mau cukur yang lain?" Paman mengerling padaku. Melihatku yang hanya diam, paman mengerti dan langsung menyuruhku duduk di kursi pelanggan menghadap ke kaca besar yang memantulkan wajahku.
"Listen darling, semua masalah itu datang bersama obatnya bersama solusinya" entah kenapa kata-kata paman malah membuatku kesal. "Kenapa? kamu disuruh cepet-cepet nikah lagi sama mama mu? Kan ada Bhanu, apa paman harus ikut ngomong sama laki kamu itu?"
Aku menggeleng cepat. "Ngga usah. Aku udah putus sama dia"
"Welah dalah masa putus? Minggu kemarin Bhanu minta ke paman buat ngurusin nikahan kalian---"
"Aku mau potong plus warnain rambut" cepat-cepat aku memotong perkataan paman sebelum sesuatu yang bernama harapan itu muncul.
●●●
Aku mengendarai jeep grand cherokee merah dengan sangat hati-hati. Tadi paman meminjamkan mobil karena katanya kabur perlu kendaraan yang bagus kalau menggunakan matic tua ku sudah pasti Bhanu bisa mengejarku.
Tapi kan Bhanu ngga ngejar juga
Benar, Bhanu kan ngga tahu aku kabur dari rumah. Yaa udah lah, rezeki anak teraniaya kan di pinjemin mobil sebagus ini padahal paman selalu rewel soal mobil mahal nya.
Aku mengibaskan rambut sebahuku yang kini di warnai dengan teknik balayage hair berwarna ash brown. Aku bernyanyi keras-keras mengikuti lagu entah berbahasa apa latin? Spanyol? Meksiko? Sebodo amat.
Di persimpangan lampu merah hape ku berdering berkali kali. Ternyata ada puluhan missed call dari Mentari, mama, papa juga Bhanu. Kulihat jam di layar ponsel yang menunjukan angka 01.30 am. Ohh baru sadar mereka aku ngga ada.
Bhanu kembali menelepon, aku bimbang haruskah mengangkatnya. Namun Terngiang percakapan Bhanu dengan Mentari, dengan sekali tarikan napas aku mematikan ponsel kemudian bernyanyi lagi.
Aku sudah berada di Bandung, setelah tadi jalan lewat puncak . Teman-temanku banyak yang bekerja di Bandung, besok pagi aku akan mencoba menanyakan lowongan pekerjaan pada mereka.
Aku harus kuat, karena sekarang Bhanu ngga ada aku ngga bisa ngeluh lagi. Itu tidak jadi masalah, malah bagus kan hari-hariku ngga lagi di penuhi oleh makian pada dunia yang kejam ini.
●●●
Sahabatku yang kerja di Bandung ada 4 orang tetapi barusan hanya ada Renal dan Adisa yang datang menemuiku di restoran hotel, itu pun karena tempat kerja mereka berdua tidak jauh dari tempatku menginap.
Yeepp karena acara kabur kali ini di sponsori oleh pamanku yang dermawan, aku bisa tinggal di hotel dengan nyaman. Kadang ada enaknya juga jadi keponakan kesayangan dan ada untungnya paman ngga menikah.
Renal menawarkanku ikut dengan komunitas kurator seni miliknya. Komunitasnya memang masih kecil tetapi masih ku pertimbangkan.
Sedangkan Adisa menyuruhku segera apply di perusahaan tempatnya bekerja sebagai animator. Lagi, perusahaan rintisan, kantornya saja masih di perumahan. Mereka mengupload serial animasi anak-anak setiap minggunya di kanal youtube milik mereka yang sudah memiliki 500k subscriber.
Sepertinya aku akan ambil dua pekerjaan itu. Jadi animator hal baru bagiku, tapi itu terdengar sangat menyenangkan. Kalau kurator seni, sekarang pun aku cukup sering mengadakan pameran di Jakarta, sebelum corona menyerang aku bahkan sudah meng-agendakan sejumlah pameran dari sejumlah pelukis Indonesia. But yeahh rencana hanyalah tinggal rencana.
Terpaksa aku mengaktifkan handphone tadi pagi untuk menghubungi teman-teman di Bandung. Bhanu tidak berhenti menelepon dan mengirimi pesan lewat chat walaupun aku tidak pernah membalas chat atau mengangkat teleponnya.
Salah satu chat Bhanu membuatku tertegun beberapa saat.
Please jawab teleponku Nika... kamu dimana? Aku nyariin kamu, paman ngga mau bilang kamu kemana, aku harus nyari kamu kemana lagi? Maafin aku Arunika.. aku akan memperbaiki semuanya asal kamu kembali padaku...
●●●
Seandainya ada yang sponsorin kabur kayak Arunika😭😭